Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rusia Bangkit, Berikutnya… Khilafah Islamiyah


Oleh : Umar Syarifudin
Syabab HTI (Pengamat Politik Internasional)

Dalam dinamika politik dunia yang penuh dengan kejutan ini, mulai dari indikasi akan kembalinya khilafah Islam, lemahnya perekonomian China, pegolakan internal Uni Eropa, anjloknya pasar saham Amerika, termasuk lahirnya kembali kekuatan Rusia di bawah Vladimir Putin. Sistem internasional, geoaliansi, dan lanskap penguasaan informasi (media-massa) dunia telah jauh berubah sejak berakhirnya perang dingin. Monopoli politik Amerika Serikat sendiri menuju pudar. Dinamika yang patut kita cermati.

Di awal tahun 1990-an Rusia merupakan sebuah negara yang kalah. Uni Soviet, yang membuat Rusia sebagai sebuah negara superpower, kemudian runtuh dan meninggalkannya sebagai sebuah negara, yang untuk dekade selanjutnya juga hancur karena korupsi dan merajalelanya kekuatan kapitalis. Kemudian negara itu kehilangan banyak wilayahnya. Ekonominya ambruk sementara militernya menjadi sangat lemah. 

Banyak dari sumber alam Rusia, termasuk gas dan minyak bumi, yang kemudian dijual kepada pihak swasta dan perusahaan-perusahaan luar negeri karena kebutuhan uang yang banyak. Namun pada hari ini, di bawah Vladimir Putin, Rusia sedang mengejar ambisi nasionalismenya dan politik luar negerinya lagi secara agresif dan sekali lagi berusaha memenuhi kepentingan-kepentinganya lagi. Politik luar negeri yang baru ini telah membawa Rusia ke dalam konflik politik dengan Barat, dan telah membawanya kepada kemungkinan terjadinya sebuah perang dingin yang baru.

Hal ini merupakan lompatan baru, mengingat bahwa Rusia telah disingkirkan dari Eropa Timur, kehilangan setengah penduduknya, tidak memiliki  sektor pertanian, tekonolgi tinggi maupun konsumen modern, serta menderita penurunan 50 persen dalam harga ekspor minyak. Ekonomi Rusia waktu itu bahkan lebih kecil daripada Inggris, Perancis atau Jerman dan tidak bergerak ke arah kapitalisme demokrasi Barat.

Faktor Putin

Secara keseluruhan, Federasi Rusia dengan bentangan luas wilayah 17 juta km2 atau hampir delapan kali lipat luas Indonesia, terdiri atas 83 subjek federal, terbagi dalam 46 provinsi, 21 republik, sisanya daerah administratif khusus, otonomi dan dua kota federal (Moskow dan St Petersburg). Besaran fisik wilayah Rusia diikuti pula oleh besaran GDP dan PPP yang menurut IMF pada 2012 masing-masing menduduki peringkat delapan dan lima dunia. Dalam konteks perpolitikan dunia, profil Rusia saat ini sedang mendapat perhatian luas.

 Di tengah ancaman Amerika Serikat untuk menyerang Suriah, proposalnya mendorong agar sumber daya persenjataan kimia Suriah ditempatkan di bawah pengawasan PBB, dianggap terobosan menyelamatkan posisi semua pihak, termasuk AS sendiri dan masyarakat dunia tentunya. Suatu proposal pragmatis, pada saat masyarakat dunia semakin realistis dan letih dan penat dengan berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan, serta terkurasnya kemampuan menanggung beban dari kemungkinan menjulangnya harga minyak bumi dunia apabila peperangan terjadi.

Usul ini semakin favourable karena tetap menjunjung multilateralisme dengan keterlibatan peran Dewan Keamanan PBB. Tidak terkirakan dampaknya bagi dunia jika pembahasan tentang isu Suriah antara Putin dan Obama mengalami kebuntuan pada saat jamuan makan malam G-20 bulan lalu di St Petersburg. Kesepakatan ini setidaknya telah meredam berkembangnya suatu krisis regional menjadi krisis global. Kebijakan luar negeri mencerminkan domestic order dan prioritas nasional suatu negara. Sosok Vladimir Putin yang telah dua kali menduduki jabatan presiden dan satu kali jabatan perdana menteri di negara berpenduduk 143 juta ini menjadi sangat sentral. Kepemimpinan dan kepiawaiannya dalam mengelola negara dan sebagai pembuat keputusan keputusan yang taktis diakui dan disegani, baik di dalam maupun di luar negeri.

Visi dan Misi menuju "Rusia baru"

Dalam suatu forum diskusi prestisius, Valdai International Discussion Club, pada 19 September 2013, di Moskow, presiden bernama lengkap Vladimir Vladimirovich Putin ini telah menyampaikan "curhat"-nya mengenai visi dan misinya mentranformasikan Rusia. Para pengamat Rusia mengatakan, "curhat"-nya Putin di forum diskusi Valdai ini sebagai ekspresi terbuka, jujur dan powerful. Pokok-pokok pemikirannya mengenai nilai-nilai, strategi dan masa depan pembangunan Rusia yang sempat tercurahkan adalah :

Pertama. Diperlukan strategi baru untuk memelihara identitas nasional Rusia di tengah perubahan cepat dunia yang semakin terbuka, transparan dan interdependen.

Kedua. Untuk membangun negara, perlu dimiliki spiritual, kultural, dan national self-determination. Tanpa ini semua, Rusia tidak akan mampu menghadapi tantangan internal dan eksternal, serta akan kalah dalam kancah persaingan global. Pesimisme tidak mendapat tempat dalam doktrin ini;

Ketiga. Rusia memiliki penguasaan militer, teknologi dan ekonomi yang sangat memadai. Namun, yang lebih menentukan keberhasilan pembangunan adalah kualitas warga negara dan kualitas masyarakat dalam artian ketangguhan intelektual, spiritual dan moralnya, serta sejauh mana mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai bagian dari sejarah, nilai dan tradisi bangsa. Hal ini kemudian membutuhkan elemen pemersatu, berupa rasa tanggung jawab dan tujuan bersama yang jelas. Sektor pendidikan dinilai memegang peranan penting sebagai sumber pembentukan keunikan watak dan mentalitas, sekaligus sebagai fondasi nasionalisme.

Keempat. Kemerdekaan serta kedaulatan spiritual, ideologi dan politik (luar negeri) adalah bagian tak terpisahkan dari karakter nasional Rusia. Aspirasi dan identitas nasional tidak dapat dibentuk oleh suatu monopoli ideologi karena sifatnya akan menjadi rentan. Untuk itu diperlukan kreativitas historis mengingat identitas nasional itu tidaklah bersifat statis.

Kelima. perlu ditingkatkan kesadaran Rusia terbentuk secara multietnis dan multibudaya serta upaya pemajuan jiwa patriotisme dan kebanggaan atas sejarah bangsa. Eksploitasi faktor kesukuan hanya akan menggerogoti integritas nasional Rusia.

Keenam. Rusia dibangun suatu keberagaman, harmoni, dan keseimbangan yang ketiga unsur ini terproyeksikan pada posisi Rusia dalam berbagai isu di percaturan politik global.

Ketujuh. Abad-21 akan diwarnai persaingan intens antarnegara, sehingga integrasi dengan negara-negara sekitar kawasan menjadi prioritas.

Eurasian Economic Union merupakan kesempatan bagi negara-negara eks-Sovyet untuk menjadi pusat pertumbuhan global yang independen, tidak tergantung pada kawasan lain. Dengan demikian, Rusia harus berkontribusi signifikan terhadap dunia di Abad-21.

Sikap Konfrontatif

Sangat jelas untuk melihat sekali lagi bahwa Rusia berada dalam konflik dengan Barat dari mulai masalah politik hingga ekonomi. Analisa dari kejadian-kejadian yang mutakhir, tampak jelas bahwa hal ini bukanlah front baru. Tapi ini adalah perjuangan yang lama dengan sebuah realitas yang baru, sementara tiap Negara mendikte tindakan-tindakannya itu dikarenakan oleh kepentingan-kepentingan pribadi. Setelah keruntuhan Uni Soviet, Rusia menjadi lemah karena kehilangan sistem politik yang menjadi panduannya. Selama 16 tahun, Rusia berada dalam keadaan kacau balau hingga Vladimir Putin mampu mengembalikan stabilitas politik Rusia. 

Rusia di antara kekuatan-kekuatan besar dunia bertindak aktif dan bersedia untuk campur tangan dalam membantu sekutu-sekutunya. Negara-negara Eropa tidak lagi negara kuat seperti sebelumnya dalam Perang Dunia II. Jepang dan Jerman  benar-benar merasakan bahwa kekuatan mereka melemah pasca  kekalahan di Perang Dunia II. China terengah-engah untuk menjadi negara adidaya. Amerika Serikat di bawah Presiden Obama mementaskan aksi semi-penarikan diri dari wilayah-wilayah utama dunia.

Pertumbuhan kekuatasn dan pengaruh Rusia berkait langsung dengan kenyataan bahwa di bawah Putin, kekuasaan dan otoritas pemerintah pusat telah menjadi badan pembuat keputusan yang lebih tersentralisasi. Kemudian, pemerintahan lebih terkonsolidasi dengan terjadinya kenaikan harga minyak dan gas dunia, yang telah membantu menstabilkan ekonomi Rusia dan memberikan dana untuk melakukan modernisasi. Rusia mengetahui bahwa untuk bisa didengar di kancah perpolitikan dunia, maka negara itu harus memiliki kekuatan militer yang kuat. Karena itu negara tersebut kemudian memperkuat angkatan bersenjatanya.

Maka menjadi jelas dari penelahaan singkat atas realitas yang terjadi pada saat ini bahwa keberpihakkan di dunia telah terbagi. Sebagian mengikuti kepentingan mereka sendiri, dan menggunakan perangkat politik, pengaruh dan sumber daya alamnya untuk mencapi tujuan-tujuannya. Ketika Rusia mengusir perusahaan-perusahaan minyak Inggris, negara itu mengundang perusahaan minyak asal Perancis, Total untuk bekerja sama. Rusia menggunakan sumber daya alamnya untuk memecah belah negara-negara Barat dan untuk mematahkan persatuan mereka.

Sedangkan keberadaan Khilafah sebentar lagi akan menjadikan Islam sebagai sebuah sistem hidup yang menyeluruh diterapkan di tengah-tengah kaum muslimin. Berdirinya Khilafah juga akan mempersatukan umat Islam di seluruh dunia. Khilafah juga akan melakukan pembebasan negeri-negeri Islam yang ditindas dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia. Inilah yang mereka takuti, Khilafah akan menghentikan penjajahan mereka terhadap dunia Islam sekaligus menumbangkan penguasa-pengusa boneka Barat yang selama ini setia melayani kepentingan rakus penjajah Barat.

Walaupun Rusia adalah sebuah negara tiran, yang telah menumpahkan darah kaum muslim yang tidak berdosa di Suriah, Chechnya dan tempat-tempat lainnya, kebangkitannya akan memecah cengkraman Amerika di dunia. Ditambah dengan kebangkitan China, dunia sedang bergerak menjauh dari situasi dimana Amerika berkuasa di banyak bagian dunia dan dimana kekuatan perlu adanya saling keseimbangan dan saling membatasi satu sama lain. Sebelumnya negara-negara di dunia dengan mudahnya diarahkan ke arah tertentu, pada saat ini negara-negara itu akan terpecah diantara kamp-kamp yang berbeda, dimana kepentingan mereka juga terpisah. 

Inilah kenyataan di dunia saat ini, dimana hanya kepentinganlah yang akan mendikte tindakan-tindakan dari Negara-negara. Tidak ada teman dan musuh yang abadi bagi sebuah negara. Seperti halnya yang terjadi sekarang dimana Rusia sedang berusaha menonjolkan negaranya sendiri melalui sumber daya alam dan meningkatkan posisi politiknya di dunia walaupun Negara-negara di Dunia seperti Amerika membencinya. Jadi seperti itulah Daulah Khilafah akan melakukan hal manuver politik serupa untuk mencapai tujuan-tujuannya. 

Daulah Khilafah akan berada pada posisi tawar yang lebih baik. Berdirinya Khilafah merupakan peristiwa besar yang menggoncang dunia, dimana akar-akarnya tertanam kokoh dalam wilayah yang di atasnya Khilafah berdiri; kekuasaannya menjamin keamanan dalam negeri dan luar negeri atas wilayah tersebut, serta menerapkan Islam di dalam negeri; mengembannya ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad. [VM]

Posting Komentar untuk "Rusia Bangkit, Berikutnya… Khilafah Islamiyah"

close