Menyemai Harapan Dengan Islam
Oleh : Mahfud Abdullah
(Syabab HTI Kota Kediri)
“Keburukan demokrasi telah dirasakan Umat. Umat di berbagi negeri melihat Syariah Islam sebagai solusi Final. Dan gelombang Khilafah adalah keniscayaan, tidak akan mampu dihentikan oleh kekuatan apapun di bumi ini” Umar Syarifudin Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri.
Dunia saat ini berada di persimpanagan jalan. Kita hidup di masa masa yang sulit.Dunia berada pada posisi tidak stabil.Namun demikian ,insyallah masa depan dunia sungguh cerah.Tanda tanda berakhirnya “Era Amerika” sudah sangat nyata.Siapapun yang mempunyai wawasan memadai akan dapat melihat realitas ini dengan jelas. Amerika mulai melemah. Amerika mulai kelelahan. Amerikapun mulai rapuh dari hari ke hari. Ambisi global Amerika di lawan oleh negara negara kecil, seperti Korea Utara. Amerika tidak lagi bisa sendirian mengendalikan dunia. Ia tidak bisa berbuat banyak menghadapi kebangkitan China dan Rusia. Namun demikian Amerika menghadapi tantangan yang lebih besar, yakni mempertahankan status quonya sebagai satu satunya negara global yang masih tersisa.
Coba bandingkan kedudukan Amerika pada saat perang dunia II, dengan kedudukannya ketika pada perang di Afganistan. Sepanjang sejarahnya militer Amerika belum pernah mendapatkan penentangan sedemikian besar. Kekuatan militernya yang menjangkau Asia Pasiifik hingga Atlantik dan Timur Tengah hingga Asia Tengah mulai kehilangan dominasinya. Masyarakat dunia menolak keberadaan pangkalan militer AS. Bahkan di negara negara sekutu terdekatnya, Jepang misalnya, mulai berkembang opini umum yang menolak keberadaan pangkalan militer Amerika. Semangat personel Amerika juga berada pada posisi terendah. Banyak serdadu Amerika menolak penugasan mereka di lokasi-lokasi konflik dan tidak merasa berat menghadapi persidangan militer.
Perang terakhir di Irak dan Afganistan menunjukkan betapa tidak efektifnya apa yang disebut-sebut sebagaai kekuatan super power (adi daya) Amerika. Hampir tiap hari mereka kehilangan sekutu sekutunya dari kalangan negara negara NATO. Bahkan sejatinya mereka telah gagal memenangkan peperanag di Afganistan, peperangan melawan gerakan gerakan perlawanan yang hanya menggunakan persenjataan buatan tahu 1970-an.dan tidak pernah mengikuti latihan perang formal. Peperangan yang lebih lama dari pada PD I, PD II, maupun Perang Vietnam. Jika saja mereka tidak mendapatkan dukungan dan bantuan dari penguasa Pakistan dan Iran, Amerika sudah sejak lama mengalami kekalahan. Para komandan tinggi Amerika niscaya akan mengajukan kompromi kepada Taliban. Sebelumnya, Amerika juga mengalami kekalahan yang memalukan di Somalia. Demikian pula, Amerika gagal mlindungi sekutu-sekutunya sebagaimana terjadi pada Georgia dalam perang Ossetia Selatan.
Disisi lain perekonomian Amerika mengalami kebangkrutan. Perang Irak telah menghabiskan sekitar 10% dari seluruh GNP Amerika. Krisis keuangan telah menghancurkan dunia industri jasa keuangan Amerika. Pada bulan September 2010 lalu telah kolaps bank Amerika yang ke-300. Perusahaan-perusahaan seperti Lehman Brothers bahkan telah bangkrut dari tahun 2007 hingga 2010, perekonomian Amerika telah mengalami defisit hingga lebih dari 16 triilun dolar AS. Rancangan program penyelamatan ekonomi Amerika kini tak jelas lagi arahnya, sementara sudah tiga tim konsultan ekonomi yang mengundurkan diri. Amerika juga menjadi salah satu negara dengan tingkat pengangguran paling tinggi di dunia, yaitu 17%, angka pengangguran tertinggi 45 tahun terakhir. Setiap bulannya, rata-rata 0,65 juta warga Amerika kehilangan mata pencahariannya. Secara teknis ke-48 negara bagian AS telah bangkrut. Hutang perkapita penduduk AS merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Tiap warga AS mempunyai hutang 13 kali lebih besar daripada pendapatan mereka.
Dari aspek moral, Amerika adalah bangsa yang bangkrut. Angka penderita AIDS di Amerika merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Pada saat yang sama, ia adalah negara dengan pendapatan tertinggi dari apa yang disebut “pornografi remaja”.
Cacat Demokrasi
Demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan kepemilikan (liberalisasi ekonomi) pada faktanya telah melahirkan kemiskinan sistematik. Liberalisasi pengelolaan sumber daya alam adalah salah satunya. Sebagaimana kita ketahui, kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah ternyata tak bisa dirasakan kemanfaatannya oleh rakyat sepenuhnya. Sumber daya alam (SDA) yang sejatinya adalah bentuk kepemilikan umum ternyata telah beralih kepada negara yang berkolaborasi dengan para pengusaha baik asing maupun lokal. Padahal sejatinya, sumber daya alam adalah milik umum yang pengelolaannya seharusnya dapat dimanfaatkan bagi seluruh rakyat Indonesia. Akibatnya rakyat hidup serba kekurangan. Kalaupun dapat hidup hanya sekedar menjangkau kebutuhan pokoknya saja. Inilah kemiskinan yang diciptakan oleh demokrasi dengan liberalisasi ekonominya.
Bukan hanya kepemilikan umum (sumber daya alam) yang diliberalisasi, demokrasi juga melahirkan liberalisasi layanan umum. Negara seharusnya menguasai dan bertanggung jawab atas layanan umum warga negaranya. Namun demokrasi telah mengalihkan fungsi negara tersebut kepada korporasi (swasta). Tentu saja, korporasi tidak mungkin melakukan pelayanan karena mereka pasti mengejar keuntungan. Akhirnya, layanan umum pun dibisniskan kepada rakyat. Rakyat harus membayar mahal untuk menikmati infrastruktur yang berkualitas. Untuk menggunakan jalan, jasa transportasi, kesehatan yang memadai bahkan sekolah yang berkualitas, rakyat harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Kondisi ini tentu semakin membuat miskin keluarga yang sudah dibuat miskin melalui liberalisasi SDA.
Kemiskinan yang menghimpit keluarga tentu berimbas luas pada pemenuhan berbagai kebutuhan keluarga. Betapa banyak keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan hingga kelaparan dan kurang gizi. Sulit mendapatan rumah layak huni, hingga harus rela hidup berdesakan di rumah sempit hingga memungkinkan munculnya berbagai kejahatan seksual terhadap anak di rumahnya sendiri.
Sulit memperoleh pendidikan yang memadai. Karena sekolah-sekolah swasta yang berkualitas identik dengan biaya mahal maka rakyat terpaksa mencukupkan diri dengan pendidikan gratis yang diselenggarakan negara (sekolah negeri) dengan resiko rendahnya kualitas pendidikan dan kerawanan sosial yang selalu membayang-bayangi dunia pendidikan sekuler.
Keluarga pun harus menanggung rasa was-was yang berkepanjangan karena keamanan tak bisa dimiliki oleh keluarga miskin. Hanya orang kaya yang bisa membangun sistem keamanan serba canggih, mampu membayar satpam, hingga tinggal dalam lingkungan nyaman dan aman. Sementara sebagian besar keluarga di Indonesia harus mencukupkan diri tinggal berdesak-desakan yang rawan kejahatan bahkan bencana (seperti kebakaran, kebanjiran dan sebagainya).
Kemiskinan juga mengikis keharmonisan keluarga. Ketika kemiskinan akhirnya membawa isteri/ibu bekerja dengan meninggalkan rumah dan anak-anak, terjadilah disfungsi anggota keluarga. Ibu gagal membina hubungan yang harmonis dengan seluruh anggota keluarga. Tingkat stress pun meningkat. Benih-benih perpecahan antar anggota keluarga pun tak bisa dihindari lagi. Perceraian dan perselingkuhan selalu membayang-bayangi. Dan tentu saja, anak-anak yang akan menjadi korbannya.
Selama berpuluh tahun, Barat selalu berupaya menunjukkan bahwa demokrasi sekular merupakan satu satunya sistem pemerintahan yang mampu mendatangkan kemakmuran bagi sebuah negara. Salah satu hal yang sering kali di sebut sebut menjadi biang keladi terjadinya pemiskinan di dunia Muslim saat ini adalah kurang demokrtisnya pemerintahan mereka. Beberapa tulisan yang mengemuka:-Mancur Olsen (Univercity of Maryland) “power and prosperity” (2000) -Jan Fidrmuc (2003), -Campos (1997), -Michael T. Rocks (2009) dan masih ada ribuan makalah serupa yang menunjukkan bahwa demokrasi adalah prasyarat bagi pembangunan .Namun demikian ada sejumlah makalah akademik yang mengkritisi temuan temuan tersebut, di antaranya Christian Bjornkov (2010), Sirowy dan Inkeles (1991),dan sekarang temuan temuan fakta sejenis semakin banyak.
- Pakistan-,di bawah kepemimpinan diktator Jendral Perves Musharraf,Pakistan ada di jurang kehancuran ,sedang ketika di bawah Asif Ali Zardari yang demokratis,pakistan –secara teknis- menjadi negara yang bangkrut,(menjadi negara gagal dalam 60 th dibawh sistem sekular).
- Bangladesh- selama 20 tahun terakir mempratikan demokrasi,tahun 1990 angka kemiskinan 48%, tahun 2010 sekitar 51% penduduk bangladesh hidup di bawah garis kemiskinan.
- Selandia Baru- penganut demokrasi tertua di dunia (sejak 1907),di banding AS (1965) Ekonomi AS lebih maju.
- Bangladesh- 20 tahun dengan Demokrasi (model terbaik di negri muslim) masih lebih makmur yang di atur dengan sistem kerajaan (Kuwait,Arab Saudi,Uni Emirat Arab,Qatar,dan Brunei).
- China - Rusia - Jerman - mencapai kemajuan tanpa demokrasi (Adnan Khan Geopolitical Myth,2009)
Kembalilah Ke Islam
Indonesia sebagai negeri muslim terbesar di dunia semestinya tidak lagi mengandalkan sebuah sistem rusak dan merusak buatan manusia, seperti halnya demokrasi. Sebagai negeri muslim, Indonesia semestinya menyandarkan kehidupan berbangsa dan bernegara hanya kepada Pencipta saja. Menyerahkan kehidupan diatur hanya dengan aturan yang datang dari Pencipta yang mengetahui kelemahan, kekurangan dan keterbatasan manusia. Karena menyandarkan kepada demokrasi bukan hanya telah nyata kerusakannya, namun juga demokrasi bertentangan dengan Islam dalam segala hal hingga dalam masalah aqidah, karena demokrasi dibangun diatas asas atau aqidah sekulerisme yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Aqidah demokrasi adalah sekulerisme, sebuah paham yang memisahkan agama dari negara, yang artinya memisahkan aturan Syariat Islam dari pengaturan urusan masyarakat. Kehidupan berbangsa dan bernegara dalam demokrasi harus steril dari aturan Pencipta. Manusia dijadikan ‘Tuhan’ mengalahkan Tuhan Pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan yaitu Allah SWT.
Maka, seharusnya sebagai muslim, kita tak memerlukan demokrasi karena aturan Allah telah ada sejak dahulu kala yang telah Allah turunkan untuk mengatur kehidupan umat manusia seluruhnya, bukan hanya muslim. Dan kita tak perlu membela demokrasi yang rusak dan merusak, yang telah nyata pertentangannya dengan Islam. Maka seharusnya kita campakkan demokrasi, dan menggantinya dengan sebuah sistem terbaik yang datangnya dari Allah SWT yaitu Khilafah Islamiyah. [VM]
Posting Komentar untuk "Menyemai Harapan Dengan Islam"