Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sorotan S*ks Bebas di Kediri


Oleh : Umar Syarifudin 
(Syabab HTI Kota Kediri)

Kekerasan s*ksual yang terjadi di Kota Kediri beberapa waktu yang lalu mendapat perhatian dari Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibah. Bahkan, Lilik Muhibah mencatat sedikitnya 40% pelajar di Kota Kediri pernah berhubungan s*ksual. Neng Lik mencatat, sedikitnya 40% siswa di Kota Kediri sudah pernah melakukan hubungan s*ksual. Hal tersebut dikutip oleh Neng Lik dari pernyataan guru – guru di sekolah di Kota Kediri. “Kalau diporsentase sudah ada 40% yang sudah pernah berhubungan, itu atas pernyataan guru-gurunya di sekolah,” Jelas Lilik Muhibah Wakil Wali Kota Kediri. (adakitanews.com 27/8/15).

Kabar mengejutkan muncul dari pengakuan salah seorang penjual sex toys atau alat pemuas s*ksual, bahwa para mahasiswi di Kota Kediri paling banyak menjadi konsumennya. Pengakuan ini disampaikan Sutriawan, 21 penjaga toko yang menjual perlengkapan s*ksual di Jl Dr Saharjo no 24 Kelurahan Campurejo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Dia ditangkap polisi dan menjalani pemeriksaan di Mapolresta Kediri karena menjual alat yang tidak mendapat izin edar resmi (kompas.com 6/10/2009).

Berdasarkan survei oleh LSM Rahima, Jakarta, disimpukan, di tiga kota, Jombang, Kediri dan Lamongan, terdapat 1,7 persen remaja sudah melakukan s*ks oral (oral sex) saat berpacaran. Ini diungkapkan Direktur LSM Rahima,  AD Eridani, di tengah acara pelatihan gender di Pondok Pesantren Kyai Mojo, Tambakberas, Desa Tambakrejo, Kecamatan Jombang Kota, Rabu (21/11/2012).

Menurut AD Eridani, survei dilakukan sejak Mei 2012 lalu. Teknik penggalian data menggunakan empat metode. Yakni, wawancara mendalam, diskusi kelompok terfokus atau Focus Group Discussion (FGD), sampel secara random dengan alat bantu kuisioner, serta studi literatur. (tribunnews.com 21/11/2012)

Dalam tahun 2014, Dinkes Kota Kediri mencatat sebanyak 141 warga Kota Kediri mengidap HIV/AIDS. Hampir 50 persen dari pengidap tersebut merupakan remaja berusia produktif. Sementara pada tiga bulan tahun 2015 ini petugas mencatat pengidap HIV/AIDS di Kota Kediri bertambah 25 jiwa. Selama dua tahun ini peningkatan penyebaran HIV/AIDS di kalangan remaja mencapai 45 persen. (http://koranmemo.com/remaja-potensial-terserang-hivaids/).

Jumlah orang yang diduga terjangkit virus HIV-AIDS (ODHA) di Kabupaten Kediri disinyalir terus meningkat. Hasil dari pantauan Dinas Kesehatan sampai akhir November 2009 tercatat sekitar 990 orang yang diduga mengidap virus HIV-AIDS. Dari jumlah itu yang terpantau untuk menjalani pemeriksaan rutin hanya 141 orang. Sisanya sekitar 850 orang tidak jelas tempatnya. viva.co.id (7/12/2009).

Menurut BKKBN jumlah remaja Indonesia yang mencapai 64 juta jiwa rentan menjadi pengguna narkoba, s*ks pranikah dan HIV/AIDS. Karena itu pihaknya berusaha akan mengawal remaja Indonesia agar dapat menghindari hal-hal tersebut. Fakta itu sungguh membuat negeri ini sudah darurat perzinahan. Tentu kita tidak ingin disebut bangsa dan negeri mesum. Karena itu perzinaan baik pelacuran atau s*ks bebas harus diberantas. Sebab jika tidak, sama artinya kita mengundang datangnya azab.

Lemahnya Kepribadian Islam

Hal serupa dengan pelacuran tapi justru lebih tersebar luas dan bahkan lebih berbahaya mengancam masyarakat adalah pergaulan (s*ks) bebas, perzinahan tanpa unsur komersil dan dilakukan suka sama suka. Dalam sistem saat ini, perzinahan seperti itu nyaris tak bisa diapa-apakan selama tidak dipertontonkan kepada publik. Sebab selama dilakukan suka sama suka nyaris tidak bisa ditindak secara hukum. Merebaknya video mesum hampir dari semua kalangan baik profesi, usia, daerah, dsb, adalah buktinya.

Secara umum sejauh ini upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani persoalan s*ks bebas di kalangan remaja belum menampakkan hasil yang optimal. Terbukti dari terulangnya kasus-kasus s*ks bebas dengan pelaku remaja. Hal itu terjadi karena penanganan yang dilakukan tidak menyentuh akar persoalannya. Selama ini pemerintah hanya fokus pada pencegahan penyakit menular s*ksual (PMS), tapi bukan pada faktor-faktor yang mendorong munculnya perilaku s*ks bebas.

Ada beberapa sebab remaja menjadi demikian permisif, serba boleh dalam pergaulan termasuk s*ks pranikah. Salah satu faktor utama adalah merosotnya nilai agama. Mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim. Akan tetapi keislaman yang marak di negeri ini lebih tampak sebatas ritual ibadah belaka. Termasuk di kalangan remaja. Akibatnya remaja muslim di tanah air menjelma menjadi generasi galau. Memperturutkan hawa nafsu termasuk nafsu syahwat.

Banyak orang tua yang sudah merasa puas bila anaknya melakukan shalat, bisa membaca al-Quran, dan menutup aurat. Akan tetapi orang tua dan masyarakat kurang peka dengan kemaksiatan lain seperti pacaran. Padahal aktifitas asusila, seperti meraba lawan jenis, berciuman hingga berzina sudah dianggap hal yang biasa dalam pacaran yang dilakukan para remaja.

Merosotnya pemahaman agama menyebabkan keimanan masyarakat juga semakin tipis. Tidak ada lagi perasaan takut pada remaja untuk melakukan perbuatan asusila. Orang tua juga tidak merasa berdosa membiarkan anaknya berpacaran, dan masyarakat juga tidak menganggapnya sebagai permasalahan. Padahal keimananlah yang bisa menjadi rem penahan seorang muslim dari berbagai kemaksiatan termasuk perzinaan. 

Di sisi lain masyarakat juga makin tidak peduli dengan tingkah laku remaja. Kegiatan pacaran bahkan yang menjurus pada mesum terus dibiarkan. Akhirnya para remaja tidak malu lagi mempertontonkan tindakan asusila seperti berduaan, berpelukan bahkan berciuman di muka umum.

Keadaan ini semakin diperparah dengan masuknya tayangan pornografi dan pornoaksi ke tengah masyarakat. Dengan alasan seni dan budaya beragam tayangan dengan konten pornografi dan pornoaksi dapat disaksikan oleh remaja di ponsel-ponsel mereka. Padahal konten pornografi adalah stimulan/rangsangan besar bagi kawula muda yang baru memasuki usia pubertas. Masa di mana hormon-hormon s*ksualnya tengah meluap.

Pornografi dan pornoaksi menjadi legal di tanah air di bawah payung demokrasi. Dengan dalih kebebasan berekspresi dan seni, beragam jenis pornografi dan pornoaksi bertebaran di tengah masyarakat.

Di sisi lain, kondisi perekonomian dan gaya hidup konsumtif juga membelit remaja. Kemiskinan menjadi alasan klasik yang mendorong remaja terjun ke dunia prostitusi. Di Bandung, ketika pemkot melarang praktek pengemis dan pengamen jalanan, banyak di antara pelakunya yang melakoni profesi PSK untuk menyambung hidup.

Bermartabat Hanya dengan Islam

Islam mewajibkan pemerintah untuk membina keimanan dan ketakwaan warganya. Dengan iman dan takwa itu mereka menghindarkan diri dari perzinahan karena dorongan takwa, bukan sekedar karena malu atau takut terkena penyakit kelamin.

Selanjutnya Sistem Islam akan mencegah pelacuran, perzinahan dan s*ks bebas dengan membentuk pola pikir yang Islami melalui sistem pendidikan. Segala hal yang mendorong pelacuran dan perzinahan juga dihilangkan. Wanita dan laki-laki diperintahkan menutup aurat. Pornografi, pornoaksi dan erotisme dibersihkan dari kehidupan publik. Begitu pula dorongan himpitan ekonomi akan diatasi dengan penerapan sistem ekonomi islam yang bisa mendistribusikan harta secara adil dan merata. Islam mewajibkan negara memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok tiap individu (pangan, papan dan sandang) dan kebutuhan dasar masyarakat (kesehatan, pendidikan, dan keamanan).

Bagi para pelaku, akan menerima sanksi. Bagi penerima sanksi itu akan bisa menjadi penebus atas dosanya di akhirat. Sekaligus, sanksi yang tegas dan keras ini juga efektif menimbulkan efek jera mencegah orang melakukan perzinaan. Dengan perangkat sistem aturan yang diberikan Islam itu, maka pelacuran, perzinahan dan s*ks bebas bisa diberantas dan dibangun masyarakat yang bersih, bermartabat lagi mulia. [VM]

Posting Komentar untuk "Sorotan S*ks Bebas di Kediri"

close