Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Virus Zika dan Dugaan Bioterorisme AS


Oleh : Ainun Dawaun Nufus 
(Muslimah HTI Kab. Kediri)

“Ancaman bioterorisme harus menjadi perhatian yang serius bagi umat Islam maupun pemerintah, mengingat gembong teroris Amerika Serikat dan negara-negara Barat baik atas kemampuannya sendiri ataupun karena dukungan sponsor para kapitalis beroperasi untuk melakukan serangan dengan menggunakan senjata nuklir, kimia dan biologi.” Kata Ustadz Umar Syarifudin, Lajnah Siyasiyah DPD HTI Kota Kediri.

Seiring dengan semakin merebaknya wabah virus zika di negara-negara Amerika Latin, hampir semua negara di dunia mulai mempersiapkan diri agar virus ini tidak memberikan masalah kesehatan yang besar. Meskipun berjarak cukup jauh dari wilayah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, kita yang tinggal di Asia Tenggara juga harus tetap waspada akan adanya penyebaran virus ini. Kewaspadaan ini harus kita lakukan mengingat pakar kesehatan ternyata melihat kultur masyarakat Asia Tenggara yang banyak tinggal di kawasan padat penduduk dan kumuh ternyata rentan untuk mempercepat penyebaran virus ini. 

Sebagaimana kita ketahui, virus Zika dengan mudah menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang juga bisa membawa masalah demam berdarah yang kini menjadi masalah besar di berbagai penjuru tanah air. Secara logika, dengan lingkungan yang kumuh dan cenderung padat, maka nyamuk aedes aegypti bisa menggigit lebih banyak orang dalam jarak yang tidak terlalu jauh sehingga bisa membuat penyebaran virus zika menjadi lebih cepat. Jika seseorang terkena virus zika dan menularkannya pada ibu hamil, maka janin yang ada di kandungannya beresiko mengalami kecacatan microcephaly berupa ukuran tempurung kepala dan otak yang jauh lebih kecil dari ukuran normal.

Virus Zika pertama ditemukan pada seekor monyet resus di hutan Zika, Uganda, pada tahun 1947. Virus Zika kemudian ditemukan kembali pada nyamuk spesies Aedes Africanus di hutan yang sama pada tahun 1948 dan pada manusia di Nigeria pada tahun 1954.

Virus zika menjadi penyakit endemis dan mulai menyebar ke luar Afrika dan Asia pada tahun 2007 di wilayah Pasifik Selatan. Pada Mei 2015, virus ini kembali merebak di Brazil. Penyebaran virus ini terus terjadi pada Januari 2016 di Amerika Utara, Amerika Selatan, Karibia, Afrika, dan Samoa (Oceania). Di Indonesia sendiri, telah ditemukan virus zika di Jambi pada tahun 2015.

Virus zika sifatnya yang menular juga dapat menjangkit ibu hamil kepada bayinya selama masa kehamilan, masa inkubasi, selama dua sampai tujuh hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi.

Bioterorisme

Bioterorisme adalah penyebaran virus, organisme atau bakteri secara sengaja yang menimbulkan kematian manusia, tumbuh-tumbuhan atau hewan. Bioterorisme berbeda dengan serangan kimia, atom atau radioasi. Serangan-serangan tersebut dibarengi dengan kebakaran, ledakan dan kerusakan. Sementara bioterorisme tidak memiliki dampak atau tanda-tanda tersebut. Sehingga perlu waktu sampai akhirnya jaringan kesehatan mendeteksi penyebaran sejenis penyakit baru.

Unsur atau bahan-bahan yang digunakan dalam bioterorisme biasanya dapat ditemukan di alam dan lingkungan sekitar, hanya saja kemampuan infeksinya ditingkatkan sehingga sangat mematikan dan kebal terhadap obat-obatan. Elemen biologis tersebut dapat menyebar melalui udara, air dan makanan.

Terdapat definisi lain dari bioterorisme yang lebih mengesankan aspek konflik dan permusuhan yaitu; bioterorisme adalah menciptakan kekhawatiran dan ketakutan dengan menggunakan elemen-elemen biologis. Adapun peralatan perang biologis antara lain adalah sarana yang digunakan secara sengaja untuk menyebarkan organisme penyebab penyakit atau sejenisnya melalui air, makanan dan serangga. Pandangan baru terhadap fenomena bioterorisme sudah keluar dari lingkup aksi teror dan militer dan segala bentuk aksi terencana yang secara langsung maupun tidak langsung mengancam kesehatan individu dan publik sebuah masyarakat dalam jangka pendek atau panjang, melalui ancaman keselamatan fisik, makanan dan lingkungan, juga termasuk bioterorisme. 

Selain kewaspadaan terhadap kemungkinan adanya genetic weapons, hal lain yang perlu diwaspadai adalah adanya genetic imperialism atau penjajahan genetik. Yang dimaksud dengan penjajahan genetik adalah ketergantungan suatu negara terhadap negara lain akan sumber genetik. Indonesia dalam hal ini telah menjadi korban selama bertahun-tahun dan bila dianalisis sebenarnya telah menimbulkan kerugian ekonomi yang luar biasa besarnya atau telah menimbulkan economic dependence.

Kemajuan-kemajuan bioteknologi yang perlu diwaspadai antara lain: pertama, pesatnya perkembangan bioteknologi dan rekayasa genetika. Kedua, munculnya kembali penyakit lama (reemerging diseases) dan penyakit baru (new emerging diseases). Ketiga, munculnya kemungkinan untuk membuat senjata yang hanya menyerang target tertentu. Keempat, mudahnya  pembuatan senjata biologi. Kelima, sulitnya membedakan kegiatan penelitian yang ditujukan untuk perdamaian atau permusuhan. Keenam, kemampuannya memperbanyak diri. Ketujuh, kemungkinannya untuk meningkatkan ketergantungan suatu negara dengan negara lain (genetic imperialism).

Antara Teori dan Praktik

Contoh bioterorisme baru adalah Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan farmasi Amerika Serikat menjadikan masyarakat negara-negara miskin dunia sebagai kelinci percobaan mereka untuk mengujicoba kinerja obat-obat mereka guna mendapat ijin dari lembaga pangan dan obat-obatan negara itu. Bujet yang telah ditetapkan sesuai UU di Amerika Serikat, dibelanjakan di negara-negara miskin, guna mempercepat proses pengembangan obat baru untuk anak-anak dan ujicobanya. Negara-negara yang diacu adalah yang tingkat layanan kesehatannya rendah dan langkah perusahaan-perusahaan farmasi Amerika Serikat di sana terkesan seperti langkah kemanusiaan. Padahal yang terjadi adalah gelombang bioterorisme terselubung dan meluas terhadap masyarakat miskin dan anak-anak tidak berdosa di negara-negara itu.

Meski senjata biologi tampil sebagai ancaman abad 21, akan tetapi jauh di sejarah masa lampau, sarana-sarana teror seperti itu telah digunakan. Sebagai contoh di masa lalu, pasukan penyerang meracuni sumber-sumber air kota dengan berbagai macam tumbuhan dan jamur beracun yang akan menimbulkan mencret dan berhalusinasi.

Pada abad 21, tercatat berbagai kasus kematian akibat epidemi virus-virus berbahaya yang oleh para ahli, semuanya harus dikategorikan dalam pembahasan bioterorisme. Termasuk di antara virus tersebut adalah flu babi. Virus berbahaya H1N1 yang menyebar di India, Cina, Pakistan, Tibet pada tahun 2009 itu semakin meningkat pada tahun 2014. Ribuan orang meninggal akibat virus tersebut.
Flu burung, adalah penyakit lain yang menjangkiti banyak masyarakat di berbagai negara dunia khususnya di Asia. Selain korban jiwa, virus ini juga menimbulkan kerugian ekonomi untuk banyak negara. Akibat virus tersebut pasar Korea Selatan menyaksikan penurunan indeks 1,6 persen sementara Australia bahkan mengalami penurunan indeks hingga minus 0,4 persen. Virus flu burung juga merugikan sektor penerbangan dan harga saham perusahaan-perusahaan penerbangan pun anjlok.

SARS, adalah satu lagi virus berbahaya yang penyebarannya tercatat mulai tahun 2002. SARS menyebar di Cina dan kemudian dengan cepat ke berbagai negara Asia Timur seperti Hongkong, Vietnam dan Singapura, kemudian di negara-negara Amerika Utara seperti Kanada dan Amerika Serikat.

Kemudian ada pula MERS, sebuah virus yang menyerang saluran pernafasan. MERS  menyebar pertama kali di Arab Saudi dan kemudian ke lima negara regional, antara lain Uni Emirat Arab, Qatar, Oman, Yaman dan Kuwait. Beberapa kasus MERS juga ditemukan di Inggris, Korea Selatan, Thailand, Perancis, Tunisia, Italia, Malaysia dan Amerika Serikat. Hingga kini belum ada vaksin atau penawar untuk virus tersebut.

Dan sekarang adalah Zika, Dalam jangka waktu enam bulan sejak Januari 2016, jumlah orang yang terjangkit virus zika di Thailand sebanyak 97 orang. Minggu lalu penderita virus zika terdeteksi di provinsi Chiang Mai, Chanthaburi, Phetchabun, dan Bung Kan.

Penelitian yang dilakukan University of Cambridge menunjukkan bahwa virus lebih berbahaya ketika menginfeksi korban di pagi hari. Tingkat keberhasilan virus untuk menginfeksi di pagi hari 10 kali lipat jika dibandingkan pada waktu-waktu lainnya. 

Ingat, bioteror mampu merusak dan menghancurkan daya kekuatan tubuh manpower suatu bangsa atau negara. Salah satu penyerangan yang tercatat dalam sejarah adalah yang dilakukan Jenderal Jeffrey Armherst terhadap suku bangsa Indian di Amerika Serikat. Menurut Jerry D Gray, Amerika Serikat yang pertama menggunakan bioteror terhadap penduduk asli Indian dan yang ketagihan untuk memakai cara-cara keji dalam berperang dengan musuh yaitu dengan perang biologi atau bioteror terhadap negara-negara dunia ketiga yang tidak disukai Washington atau Zionis Israel. Waspadalah. Waspadalah. [VM]

Posting Komentar untuk "Virus Zika dan Dugaan Bioterorisme AS"

close