Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Indonesia Ciptakan Perdamaian di Timteng? Syaratnya…


Oleh : Ainun Dawaun Nufus 
(MHTI Kab. Kediri)

Pemerintah Indonesia sedang merancang pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia. Untuk memberikan saran dan pengalamannya, President Board of Trustee IIIT (International Institute of Islamic Thought), Prof. DR. Abdul Hamid Abu Sulayman pun menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di kantor Wakil Presiden siang ini.  "Kita minta advice bagaimana biar universitas internasional yang baik yang dapat mengajarkan Islam yang tentu tinggi dan juga moderat dan tentu rahmatan lil alamin. Ini tidak mudah, menggabungkan kemampuan tentang pendidikan tinggi tapi juga peradaban dan akhlak serta ilmu pengetahuan," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (3/10).

Ingat, Indonesia saat ini menjadi sekutu kuat AS dan pemerintah tunduk pada dikte AS. Dan dalam beberapa dekade terakhir, kita melihat Amerika telah memperparah konflik yang terjadi di Timur Tengah dan Asia Selatan. Baik konflik di Afghanistan maupun konflik di Irak, berlangsung lebih lama dari yang direncanakan. Banyak korban tewas dan tinggi biaya yang telah dikeluarkan. Timur Tengah memiliki beberapa problem paling rumit di dunia, yang di dalamnya Amerika telah turut campur sejak negara itu muncul sebagai negara kuat selepas PD 2.

Amerika tidak berbagi perbatasan wilayah darat maupun laut dengan Timur Tengah, survei juga menunjukkan bahwa dukungan terhadap kehadiran Amerika di kawasan itu sangat rendah dan negatif. Akan tetapi, Amerika terus saja melibatkan diri dalam berbagai problem di wilayah itu. Hal ini telah menyebabkan banyak orang di Amerika yang memperdebatkan agar Amerika mengurangi kehadirannya di Timur Tengah, namun para politisi Amerika tidak dapat meninggalkan Timur Tengah karena mereka mengetahui betapa penting dan strategisnya wilayah itu. Nilai strategis dan pentingnya Timur Tengah dapat dilihat dari beberapa perspektif.

Pertama, secara geografis, Timur Tengah terletak di antara persimpangan tiga benua—Asia, Afrika dan Eropa. Beberapa peradaban yang paling awal di dunia berasal dari wilayah itu. Wilayah tersebut juga merupakan tempat terjadinya sabuk perang ideologis antara Rusia dan Kapitalis Barat. Wilayah itu adalah garis pertahanan pertama dalam melawan Komunisme yang mencoba untuk memperluas pengaruhnya ke Afrika. Timur Tengah dikelilingi oleh lautan dan perairan serta rute darat, yang di sepanjang sejarah memainkan peran yang sangat penting. Terusan Suez tetap merupakan rute terpendek dari Barat ke Timur, yang tanpanya, kapal-kapal di dunia ini akan membutuhkan biaya bahan bakar ekstra, serta perjalanan yang jauh lebih lama di laut karena mereka harus mengelilingi benua Afrika. Selat Hormuz (selat paling penting untuk lalu lintas minyak di dunia), Bab el-Mandab, dan Terusan Suez adalah rute bagi lebih dari 40% minyak dunia.

Kedua, Timur Tengah telah diberkahi dengan kekayaan mineral; negara-negara ekonomi dunia banyak tergantung kepadanya. Wilayah ini adalah wilayah yang paling awal dikenal oleh AS dan menyebabkan pertemuan terkenal tahun 1945 antara Presiden AS Franklin D. Roosevelt dengan Raja Saudi Abdul Aziz bin Saud di Kapal USS Quincy.

Pada tahun 1944, Kementrian Luar Negeri Amerika menggambarkan Timur Tengah sebagai, “Sumber minyak yang merupakan sumber kekuatan strategis yang menakjubkan, dan salah satu material terpenting dalam sejarah dunia.”

Islam berasal dari Timur Tengah dan selama beberapa abad, Agama Kristen telah terlibat dalam pertempuran dengan dunia Muslim. Sementara, kekalahan dunia Muslim dalam Perang Salib, merosotnya Imperium Ottoman pada abad ke 19, memberikan orang-orang Eropa kesempatan untuk mengakhiri ancaman dari Timur. Negara-negara buatan dibentuk untuk memecah belah Timur Tengah menjadi kelompok-kelompok palsu, dengan harapan bahwa Islam akan lenyap dan tidak pernah menjadi ancaman bagi Barat. Eropa menempatkan monarki-monarki dan otokrat-otokrat untuk mempertahankan arsitektur palsu ini dan Israel juga diciptakan untuk bertindak sebagai garis pertahanan kedua jika kesatuan politik muncul dari kaum Muslimin di wilayah tersebut. Setelah PD 2 dan dengan runtuhnya Inggris dan Perancis, AS mewarisi wilayah itu dan mempertahankan arsitektur ini. Kematian Komunisme pada tahun 1991 membawa kembali bentrokan langsung dan terbuka antara peradaban.

Timur Tengah memiliki sumber-sumber alam dunia yang paling strategis dan itu didominasi oleh Muslim yang percaya pada cara hidup politis secara alami, sehingga setiap kesatuan pada keyakinan ini akan membuat AS kehilangan wilayah strategis ini. Inilah sebabnya mengapa AS, sejak PD 2, mendukung para otokrat dan diktator untuk memastikan agar kesatuan (politik) di antara penduduk tidak pernah terjadi. Karena rakyat di wilayah ini, secara budaya berbeda-beda terhadap Barat, Amerika Serikat dan Barat tidak pernah mengambil kesempatan untuk membiarkan pemilu yang sebebas-bebasnya. Sebab, selalu ada kemungkinan bahwa rakyat akan memilih suatu rezim yang sejalan dengan nilai-nilainya, tetapi tidak sejalan dengan kepentingan Amerika. Arab Spring menegaskan kepada Amerika, bahwa setelah 100 tahun, Islam tetap hidup bersama dengan rakyat dan bahwa rezim-rezim, yang lama didukung oleh Amerika, tidak lagi dapat diandalkan untuk menekan rakyat. Kepentingan stratgis Timur Tengah tetap menjadi kunci pertimbangan bagi rezim-rezim penerus yang didukung AS untuk alasan ini.

Melihat kompleksitas di Timteng, ditambah dengan posisi ketundukan luar biasa pemerintah Indonesia pada AS, mampukah Indonesia bisa menyelamatkan krisis di Timur Tengah? Pertanyaan ini tentu sangat mudah kita jawab. Islam tanpa negara, maka kita tidak akan bisa menyaksikan islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, justru sebaliknya, Islam akan menjadi kambing hitam atas berbagai kerusakan yang terjadi di dunia ini, sebagai mana yang kita saksikan hari ini.

Hilangnya Islam sebagai pengaturan kehidupan menyebabkan hilangnya pula kedelapan fungsi tersebut. Untuk menghilangkan semua kemadaratan di muka bumi ini dan mengembalikan fungsi Islam, tentu diperlukan penerapan kembali Islam kâffah dalam institusi Khilafah dan mencampakkan sistem kufur kapitalisme saat ini.

Penerapan Islam kâffah inilah yang akan mewujudkan Islam rahmatan lil ‘alamin. Inilah wujud nyata upaya kaum Muslim untuk menyambut seruan dari Allah SWT dalam al-Quran (yang artinya): Wahai kaum beriman. Masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian (QS al-Baqarah ayat 208). [VM]

Posting Komentar untuk "Indonesia Ciptakan Perdamaian di Timteng? Syaratnya…"

close