Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KAMU … IYA KAMU …


Oleh : Binti Istiqomah 
(Pemerhati Remaja) 

“Kamu … iya kamu … kawula remaja maksudku, sampai kapan mau begitu ?”

Membahas persoalan remaja memang seolah tidak ada habisnya, selalu ada yang bisa diceritakan dari masa ke masa. Tapi siapa sih yang dimaksud dengan remaja itu sebenarnya ? Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga (Wikipedia.com).

Jumlah remaja di seluruh Indonesia tercatat lebih dari 70 juta jiwa atau 13 kali lipat dari jumlah penduduk Singapura.  Jumlah penduduk usia muda yang relatif besar merupakan unsur prestise suatu bangsa, modal besar untuk kemajuan dan kebangkitan.  Tentu dengan catatan, apabila mereka mempunyai kepribadian dan kualitas hidup yang baik. Sayangnya, sepanjang tahun 2012 kabar dari dunia remaja yang mengisi headline media massa justru didominasi oleh berita miring dan negatif. Kasus kenakalan remaja dengan berbagai bentuk tak henti-hentinya menjadi trending topik, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Emosi anak remaja seringkali tidak terkendali dan sangat mudah dipengaruhi oleh pergaulan lingkungan, karena memang dikatakan anak remaja cenderung labil. Hal ini yang membuat para anak remaja menemui kesulitan dalam menghadapi setiap masalah yang datang terhadapnya. Malahan tidak sedikit dari satu masalah bisa timbul masalah lain hanya karena sifat remaja yang memang belum mampu menghadapi masalah dengan benar. Pada masa remaja juga kerap ditemukan perilaku beresiko yang bisa jadi mengarah kepada tindakan kriminal kenakalan remaja disebabkan oleh dua faktor yaitu subjektif (dari diri sendiri) dan objektif (dari lingkungan). Contohnya saja ketika saya mencoba mengetik keyword “remaja” pada salah satu situs pencarian, yang muncul justru sosok-sosok remaja yang lekat dengan gaya hidup hedonisme atau hura-hura, seks bebas, geng motor, mabuk-mabukan, kecanduan narkoba, sampai tawuran yang berujung kematian.

Berbagai tindakan remaja yang menyimpang itu sudah melampaui batas dan sudah menjurus pada tindakan kejahatan atau kriminalitas. Maraknya tawuran yang menimbulkan banyak korban, maraknya pornografi dengan pelaku utama remaja, merebaknya seks bebas dan pelacuran di bawah umur ditambah dengan aborsi sebagai dampak ikutannya hingga ratusan ribu kasus di seluruh Indonesia, pemakaian narkoba yang meningkat pesat di kalangan remaja dan sebagainya, jelas tidak bisa dianggap sebagai sebuah kenakalan biasa. Semua itu layak disebut sebagai tindakan kejahatan atau kriminalitas.

Seperti yang terjadi baru-baru ini di Pademangan, Jakarta Utara, Kamis (8/9/2016) sore, seorang pelajar ditemukan tewas dengan luka tusukan senjata tajam di bagian dada, tergeletak di pinggir rel kereta api. Saat meregang nyawa, korban justru ditinggalkan teman-temannya. Usai diidentifikasi oleh petugas kepolisian, jenazah korban langsung dibawa ke rumah sakit (tribunnews.com 10/09/2016)

Di tempat lain, dua pemuda yakni Riky Nurbani (26) dan Fendi (24) menjadi korban pengeroyokan kelompok yang diduga geng motor. Saat itu keduanya sedang berada di taman di Jalan Merdeka, Sukmajaya, Depok, Senin (19/9) malam. Tiba-tiba ada sekelompok pemuda yang menyerang dan keduanya pun kaget karena tak tahu apa-apa namun dikeroyok. Riki dan Fendi dipukuli menggunakan besi oleh enam pemuda, masyarakat yang melihat langsung melerai kedua kelompok itu. Setelah diselidiki ternyata Riki dan Fendi adalah korban salah sasaran. Saat ini keenam pelaku yaitu MT, A, WH, AS, DC dan JR sudah diamankan oleh polsek setempat (merdeka.com 20/09/2016)
Kabar berikutnya dilansir dari okezone.com 26/09/2016, sungguh sangat disayangkan niat bercanda sekelompok remaja yang ingin mengerjai temannya dalam perayaan ulang tahun justru berakhir petaka. Hal inilah yang dialami Sandy alias Gepeng (28). Dia tewas tersengat listrik saat dikerjai temannya dengan cara diikat dan disiram di tiang lampu lapangan basket di kawasan BSD, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan.

Dan satu lagi yang tak kalah miris serta memprihatinkan, sepasang siswa SMA berinisial YN (pria) dan RH (wanita ) ditangkap dalam kondisi tidak pakai celana di tempat wisata Air Pauh, Pangkalan Buton, Kecamatan Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat. YN dan RH ditangkap warga saat berbuat asusila pada Minggu (14/8/2016). Kepala desa setempat kemudian langsung menghubungi pihak keluarga, guru, dan menyerahkan kepada petugas Satpol PP (www.nusanews.com 16/08/2016).

Sungguh suatu hal yang tidak hanya membuat kita menggelengkan kepala, tapi juga menghela napas panjang dan tak sanggup berkata-kata. Di depan umum remaja-remaja ini sudah berani menunjukkan kemaksiatan yang mereka lakukan. Pertanyaannya, apakah potret remaja seperti ini yang memang diharapkan untuk menjadi generasi penerus bangsa ?

Dewasa ini masalah remaja juga menjadi masalah nasional yang semakin sulit dihindari, ditanggulangi dan diperbaiki kembali. Hal ini tentu berimbas kepada keresahan masyarakat, dimana masyarakat akhirnya disibukkan untuk berhati-hati dengan ancaman yang bisa saja datang sewaktu-waktu karena ulah para remaja tersebut. Juga sikap mereka yang tidak lagi meluangkan banyak waktu di rumah bersama keluarga, dan lebih memilih solider kepada teman-teman genk nya untuk kesia-siaan sungguh membuat pedih orangtua terutama ibu yang telah bersusah payah merawat dan mendidik mereka. 

Kasus-kasus kenakalan remaja di atas tidak lepas dari jebakan yang disiapkan oleh kelompok liberal untuk merusak remaja Muslim negeri ini. Kelompok liberal sukses dalam mengendalikan remaja untuk berbuat sesuka hati dalam segala aspek kehidupan melalui produk 3F nya yaitu Food, Fun, and Fashion. Mereka hanya memikirkan kesenangan dunia semata tanpa memperhatikan hukum syara’ yang mengikatnya, makan dengan bebas tanpa peduli halal-haramnya, serta pakaian ala model barat yang sangat jauh dari identitas muslimahnya. Para remaja akhirnya meninggalkan semua yang mengatur mereka, termasuk Islam sebagai agamanya. Kelompok liberal dalam melancarkan strateginya, tentunya mendapatkan dukungan dari sistem sekular di negeri ini, baik berupa undang-undangnya ataupun fasilitas yang diberikan lewat media.

Untuk kita semua khususnya para remaja, kita tentu pernah mendengar peribahasa “Siapa menanam, maka dia akan memetik”. Maksud dari peribahasa tersebut adalah jika kita melakukan kebaikan, maka kita pun akan menuai kebaikan. Namun sebaliknya jika kita melakukan keburukan, kita pun akan menuai hasil yang buruk pula. Kebanyakan dari kita hanya melihat kebaikan dalam prespektif duniawi saja. Apabila kita mampu menyadari kebaikan bukan sekedar tuntutan dalam dunia yang fana ini, tapi lebih sebagai bekal untuk hari kemudian (akhirat), maka kita akan menyiapkan bekal dengan sebaik-baiknya. Hidup ini sangat singkat sobat, dan kematian adalah misteri yang kita tidak tahu kapan datangnya, menjemput sewaktu-waktu dalam keadaan siap maupun tidak. Berbagai kejadian remaja meninggal dalam kemaksiatan seharusnya menjadikan kita justru semakin dekat kepada Allah SWT, bukan lantas menjadi pengikut dan tenggelam dalam kemaksiatan yang akhirnya berujung kepada kesengsaraan.

Kondisi ini merupakan buah yang harus dipetik dari penerapan sistem pendidikan di negeri ini. Sistem pendidikan sekular kapitalis telah mengabaikan aspek pembentukan kepribadian dan karakter siswa. Sekolah sebagai institusi pendidikan alih-alih mencetak remaja yang berkualitas yang memiliki kepribadian yang kuat, namun justru menghasilkan remaja yang menciptakan banyak masalah.

Sebenarnya potret pendidikan remaja Indonesia tidaklah semuanya hitam, tidak sedikit prestasi yang dipersembahkan oleh generasi muda tersebut. Mereka sukses di berbagai perlombaan internasional. Potensi itu akan semakin berkembang jika perhatian Pemerintah terhadap dunia pendidikan itu lebih baik lagi, sementara sistem pendidikan yang ada sejatinya tidak lagi dilandasi prinsip kapitalisme sekular, tetapi didasarkan pada sistem pendidikan Islam.

Engkaulah remaja, pemuda harapan umat. Engkaulah bagian dari umat terbaik yang Allah turunkan ke tengah manusia. Umat telah memanggilmu! Umat telah memanggilmu! Umat menaruh harapan besar di pundakmu. Bila disertai  semangat dan cita-cita ideologis, kekuatanmu adalah daya dorong yang sangat kuat bagi bangsa ini untuk bangkit mewujudkan perubahan hakiki Semoga Allah senantiasa memberikan kekuatan kepadamu untuk terus berbuat, terus bergerak menjadi remaja tangguh. Remaja yang berkepribadian Islam dan layak menjadi contoh panutan (role model) pemuda dunia. Bersama-sama dengan  komponen kaum muslim lain, menyusun barisan rapi, menghadirkan solusi Islam, menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Sambutlah seruan Allah dan rasulNya untuk menyembuhkan umat dengan berjuang menegakkan kembali seluruh aturan Allah di muka bumi. [VM]

Posting Komentar untuk "KAMU … IYA KAMU …"

close