Harmoni dan Toleransi Apa yang Anda Tawarkan Pak SBY?
“Saya & Ibu Ani mendoakan, semoga damai & sejahtera senantiasa menyertai saudaraku umat Kristiani dlm merayakan Natal Th 2016 ini *SBY*”, berikutnya pernyataan “Jika bangsa kita dihormati dunia karena dipandang sbg model harmoni & toleransi, jangan sampai kita sendiri yg kurang menghormatinya *SBY” kicau SBY di akun twitter resminya @SBYudhoyono tanggal 24 Desember 2016.
Pertama, mengucapkan selamat Natal dan selamat hari raya agama lain adalah haram dan dosa. Kedua, menyoal toleransi ataupun intoleransi, Islam dengan rekam sejarah masa lalunya telah memberikan contoh toleransi yang sangat komplit, dan hendaknya kita semua jangan lupa bahwa Barat memiliki peran utama dalam penumbuhkan sikap permusuhan terhadap kaum Muslim. Pemerintah Barat melakukan kampanye secara intens untuk memusuhi Islam di media. Caranya dengan mengintimidasi kaum Muslim untuk meninggalkan keimanan mereka. Sungguh ekspresi frustasi, ketika media menyebut muslim adalah kaum radikal, muslim ini dan itu.
Barat meneriakan kebebasan, termasuk ‘kebebasan berbicara’ mereka ‘untuk menghina hal yang sakral’ dan untuk membungkam kaum Muslim untuk berbicara tentang Suriah, Irak, Palestina, Afghanistan dan hukum-hukum yang disiapkan kepadaa negeri-negeri muslim yang menargetkan Kaum Muslim. Apa yang telah terjadi ini menunjukkan kontradiksi yang mendasar terkait kebebasan yang mereka serukan dan mereka promosikannya ke seluruh dunia; dan juga menjelaskan tentang tidak adanya sama sekali kebebasan yang mereka gembar-gemborkannya. Kebijakan dari pemerintah sekarang dan pemerintah sebelumnya, kebijakan seakan-akan ‘mengeliminir’ kaum Muslim dalam masyarakat kita untuk berbicara tentang hal-hal yang dibicarakan oleh seluruh dunia, yaitu persatuan umat Islam dalam bingkai Khilafah Islam.
Realita ini kian menunjukkan bahwa tidak ada satupun negeri yang umatnya menduduki posisi mayoritas tetapi selalu didikte secara politis selain umat Islam di Indonesia. Kelompok minoritas, khususnya umat Kristiani dibantu oleh berbagai LSM liberal dan media massa sekuler selalu memainkan isu toleransi antarumat beragama untuk mendudukkan umat muslim yang mayoritas di kursi tertuduh. Sikap umat Islam terhadap ajaran sesat seperti Ahmadiyah juga mereka jadikan menjadi komoditas politik kotor hingga ke tingkat internasional.
Sangat keliru menyimpulkan ketika pembangunan sebuah gereja dihambat berarti tidak ada kebebasan beragama. Umat Islam selama ini tidaklah mempersoalan hak umat Kristen untuk beribadah. Ajaran Islam juga memberikan hak kepada agama lain seperti Kristen untuk beribadah sebebas-bebasnya. Islam melarang pemaksaan untuk memeluk ajaran Islam apalagi menghancurkan tempat-tempat ibadah umat non muslim. Dalam sejarah Khilafah Islam , umat kristen hidup berdampingan secara harmonis dibawah naungan syariah Islam.
Yang dipersoalkan umat Islam selama ini adalah pembangunan gereja yang melanggar aturan. Seperti membangun gereja di tempat pemukiman yang mayoritas muslim sementara yang beragama kristen disana sedikit. Apalagi sudah banyak terjadi gereja dijadikan basis kristenisasi untuk memurtadkan penduduk sekitar yang muslim. Di sisi lain, sangat jarang diblow-up oleh media massa terutama media internasional, bagaimana sulitnya umat Islam mendirikan masjid di tempat-tempat yang mayoritas penduduknya non muslim seperti di daerah Papua, Bali, atau Timor Timur (saat masih bergabung dengan Indonesia).
Kita juga mempertanyakan , kenapa kelompok liberal-sekuler yang mengklaim mendukung HAM diam seribu bahasa saat terjadi pembantaian terhadap umat Islam Palestina, Irak dan Afghanistan, termasuk diam terhadap pembantaian umat Islam di Ambon dan Poso. Mereka juga diam terhadap ketika Aktifis-aktifis dan ulama umat Islam juga diperlakukan semena-mena atas nama perang melawan terorisme ala Amerika.
Logika minoritas yang ditindas oleh mayoritas juga sangat menyesatkan. Umat Islam memang mayoritas dari segi jumlah , namun umat Islam di Indonesia justru menjadi korban dari elit-elit minoritas sekuler baik secara ekonomi maupun politik. Dengan kebijakan kapitalisme elit-elit minoritas ini menyengsarakan rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Kalau kita jujur, siapa sebenarnya yang paling diuntungkan dengan kebijakan kapatalis-Liberal ini? Jelas bukan mayoritas umat Islam.
Umat Islam kini mulai menyadari bahwa satu-satunya cara agar dapat melawan agenda yang sedang berlangsung terhadap Islam dan kriminalisasi Islam adalah persatuan umat Islam. Tentu saja, solusi besar ini tidak akan terjadi dalam semalam . Umat butuh disatukan dan disadarkan secara terus menerus untuk bersatu di dalam agama mereka. Realita yang ada ini bukti, penjagaan akidah itu butuh kekuasaan yang menjunjung kedaulatan syara’ dan menerapkan syariah Islam, tidak lain adalah Khilafah Islamiyah Rasyidah.
Hizbut Tahrir telah disambut baik umat Islam saat ini, terus melancarkan kampanye untuk menantang kebohongan dan argumen-argumen palsu. Hizbut Tahrir melakukan protes terorganisasi, berbicara di depan publik dan melakukan rinci, juga memotong kebohongan mereka dan menujukkan Khilafah sebagai suatu solusi hakiki. [VM]
Posting Komentar untuk "Harmoni dan Toleransi Apa yang Anda Tawarkan Pak SBY?"