Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ketahanan Keluarga ala Motekar, Apakah Solusi?


Oleh: Erma Ervianti 
(Pemerhati Masalah Keluarga)

Keluarga itu tempat pertama bagi setiap manusia memahami makna hidup. Keluarga pula yang menjadi tempat pembinaan generasi calon pemimpin umat dan negara. Tak disangsikan, peran orang tua yang vital dalam keluarga menjadi kunci kesuksesan keluarga, masyarakat dan negara. 

Sebagai lembaga terkecil dalam masyarakat yang memegang peranan penting, keluarga mempunyai setidaknya 8 (delapan) fungsi, yakni fungsi reproduksi, ekonomi, sosialisasi, protektif, rekreatif, afektif, pendidikan dan relijius. Jika delapan fungsi di dalam keluarga ini berjalan dengan baik, maka bisa dipastikan ketahanan keluarga yang baik akan terbentuk.

Beberapa bulan terakhir ini ramai sekali dibahas dan digagas konsep tentang ketahanan keluarga. Dimana ada pendapat bahwa fungsi dan ketahanan keluarga menjadi salah satu ujung tombak pembangunan dan pembentukan karakter bangsa. Untuk itu, diharapkan seluruh fungsi keluarga tersebut dapat berjalan dengan baik mulai dari lingkup sosial terkecil, yakni keluarga. Tingkat ketahanan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap kualitas pembangunan. Kondisi ketahanan keluarga yang baik akan menciptakan sumber daya manusia yang unggul.

Ketahanan keluarga yang dimaksud adalah kondisi dinamika suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik materil dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin (pasal 1 angka 15 UU Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera).

Namun, Miris…itulah kata yang tepat terucap melihat keadaan keluarga dan generasi di Negeri ini. Betapa tidak? Karena angka perceraian dari tahun ketahun semakin meningkat, dari tahun 2010-2015 meningkat sebanyak 59-80 persen (kemenag.go.id), dan mayoritas adalah gugat cerai karena faktor ekonomi, KDRT, perselingkuhan, dll (www.sehatki.com). Disamping itu kehidupan sosialpun semakin memburuk. Tercatat kasus kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat, bahkan pelakunya melibatkan anak-anak (Asrorun Ni’am, Metronews.com). Belum lagi tindak kriminal lainnya seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, pencabulan dan lain-lain yang pelakunya beragam mulai usia anak-anak, remaja dan dewasa. Menurut para pakar, terjadinya kejahatan sosial yang melibatkan remaja dan anak adalah mayoritas disebabkan karena faktor keluarga yang bermasalah. 

Berbagai upaya dan solusi pun sudah diberikan oleh sejumlah pakar juga pemerintah. Termasuk salah satu upaya yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher). Beliau mengatakan bahwa untuk menciptakan ketahanan negara yang baik, harus dimulai dengan menciptakan ketahanan keluarga. Pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan ketahanan keluarga di Jabar. Melihat Jabar termasuk salah satu propinsi yang rendah ketahanan keluarganya. Salah satunya adalah dengan menerjunkan sejumlah kader ketahanan keluarga di setiap lokasi yang ketahanan keluarganya dinilai rendah melalui Kader Motivasi Ketahanan Keluarga (Motekar). Kader Motekar ini yang nanti akan membantu pemerintah mengatasi persoalan keluarga di masyarakat. Di mana mereka bertugas mencari keluarga yang bermasalah, yang rawan/rapuh kemudian membantu menanganinya. Sebagai contoh, para kader Motekar di daerah akan memberi pengasuhan kepada anak yang kurang perhatian dari orang tuanya. Anggota keluarga yang ketahanan keluarganya bagus, diberi amanah untuk merawat anggota masyarakat yang ketahanan keluarganya kurang.

Apakah Program Motekar mampu menjadi solusi mengatasi keretakan keluarga dan mewujudkan keluarga berketahanan? Tentu tidak bisa, tanpa memperbaiki sistem ekonomi yang memastikan setiap kepala mampu menafkahi secara layak, menghalangi perempuan terjun ke dunia kerja dalam kondisi tereksploitasi, karena tuntutan kemiskinan. Juga harus melakukan perombakan sistem pendidikan agar memampukan setiap orang menjalankan fungsinya secara maksimal dalam keluarga.

Islam agama yang paripurna, Islam memecahkan seluruh problem kemanusiaan dengan syariah baik dalam ranah individu, keluarga, masyarakat maupun negara. Dalam mewujudkan ketahanan keluarga, seperangkat hukum Islam yang diberlakukan dalam keluarga sangat memberi andil yang besar. Sistem ekonomi yang diberlakukan dalam Islam, menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan pokok setiap warga negara dan memberi peluang agar bisa memenuhi kebutuhan pelengkap dengan jalan bekerja. Dalam aspek ini, maka Negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan bagi para kepala keluarga, agar bisa memenuhi nafkah untuk keluarganya dan para istri bisa tenang serta optimal menjalankan fungsi utamanya. Begitu pula negara di dalam sistem Islam akan bersungguh sungguh menerapkan seperangkat aturan yang lainnya, seperti sistem pendidikan, sosial dan sistem sangsi Islam. Oleh karena itu membentuk ketahanan keluarga membutuhkan peran besar Negara sebagai soko guru/ pilar utamanya. Dan negara Khilafah-lah yang hanya mampu mewujudkan dirinya sebagai soko guru ketahanan keluarga. Wallahu a'lam bishowab. [VM]

Posting Komentar untuk "Ketahanan Keluarga ala Motekar, Apakah Solusi?"

close