Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kezaliman Penguasa dan Media Atas Suara Umat


Masih ingat kah anda dengan aksi damai 4 November yang dilakukan jutaan umat muslim di seluruh negeri ini? Aksi yang dikoordinasi oleh GNPF MUI ini mengusung tema bela Agama atas kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahya Purnama. Namun sangat disayangkan sikap presiden negeri ini ketika dihadapkan pada jutaan umat yang tulus membela agama dan ingin menyampaikan aspirasinya kepada pemimpin negara tersebut. Jokowi memilih kabur dari istana meninggalkan jutaan masa yang ingin menemuinya dan malah menuduh ada aktor politik di balik aksi bela agama tersebut, mengaburkan opini terhadap suara umat yang murni membela agama lewat aksi damai 4 November. Tak jauh beda dengan presiden, media lokal yang sekuler dan media asing pun  bersekongkol mencitraburukkan aksi damai 4 November dengan 1) mengangkat rusuh di pertengahan aksi atau kasus penjarahan di penjaringan, 2) mengecilkan jumlah peserta aksi, 3) menuduh aksi ditunggangi kepentikan politik (PILKADA), 4) disusupi ISIS atau agenda Khilafah dengan menyebut hardliner vs kristen ahok.

Ketua komunitas tionghoa antikorupsi (KOMTAK), lieus sungkharisma, menyayangkan sikap tak negarawan jokowi yang terkesan menghindar menemui perwakilan demonstran di istana negara jumat (4/11) lalu, menurut lieus, jokowi seharusnya bisa memahami betapa seriusnya kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan ahok, karena berpotensi merusak keutuhan bangsa. Maka, nyata dari peristiwa ini penguasa mengabaikan suara umat dan media mengalihkan suara umat seolah-olah hanya karena kepentingan sesaat. Bila dianggap media adalah pilar ke 4 demokrasi, dan demokrasi identik dengan kebebasan dan hak bersuara maka semestinya kita sadar bahwa media saat ini hanya memberi ruang kebebasan untuk menghina Islam dan menzalimi/melarang kebebasan untuk umat yang membela kehormatan dan agamanya. Media seharusnya bersikap objektif dalam menyebarkan fakta yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Terlebih media memiliki peran penting dan  pengaruh kuat dalam membelalakkan mata masyarakat, membangun kesadaran bahkan membangkitkan umat dari keterpurukan. Media jangan malah mau dijadikan penguasa sebagai alat untuk menutup-nutupi keburukannya dan menyudutkan umat yang dianggap mengancam eksistensinya. Begitupun penguasa, tugas penguasa adalah mengurusi urusan umat, menerima saran dan kritik umat demi kesejahteraan bersama, tidak malah menganggap gerakan masyarakat sebagai ancaman, begitupun aksi Damai 4 November lalu, umat menginginkan kedamaian, bukan kerusuhan. Jika pelawak saja diterima presiden  di istana negara, mengapa ulama yang notabene orang suci dan terhormat ditinggal pergi?

Dari sini kita tahu bahwa Islam tidak akan pernah mulia di bawah sistem demokrasi, umat islam tidak akan pernah tenang karena selalu disudutkan dengan berbagai pencitraan negatif oleh media-media sekuler, juga tidak akan pernah mendapat dukungan terlebih perlindungan dari penguasa. Sebab demokrasi bertentangan dengan Islam, membela islam sama dengan bunuh diri bagi penganut demokrasi. Maka jelas, Islam hanya akan mulia dan terjaga bukan dalam kehidupan sekuler seperti saat ini, melainkan dalam kehidupan Islam yang didalamnya diterapkan syariah dalam naungan Daulah Khilafah. Allahu akbar!!! [VM]

Pengirim : Nita Kurnia, Cileunyi 

Posting Komentar untuk "Kezaliman Penguasa dan Media Atas Suara Umat"

close