Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Aksi 212 dan Aroma Kebangkitan Umat


Oleh : Puspita Satyawati, S.Sos.
(Pengamat SOSPOL, pengurus Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia DPD I HTI DIY)

Ibarat tubuh, secara umum kondisi umat Islam sedang sakit. Berbagai problem melanda yang berujung pada subordinasi umat dalam segala lini kehidupan. Besarnya jumlah kaum Muslim tidak serta - merta menjadikannya sebagai pihak yang berkuasa. Umat Islam kini berhadapan dengan dominasi sekulerisme kapitalis yang merasuk ke dalam tubuh mereka nyaris sempurna. Serangan pemikiran melalui opini buruk dan stigmatisasi seperti radikal, teroris, intoleran pun terus diarahkan demi memojokkan ajaran Islam dan pengikutnya. 

Tetapi kasus penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) telah menjadi bukti bahwa umat Islam masih ada dan hidup. Bersatunya jutaan kaum Muslim dalam Aksi 411 dan 212 menjadi momentum tumbuhnya benih kebangkitan umat Islam di Indonesia. 

Sinyal kebangkitan nampak pada pertama, mereka hadir dengan spirit membela Alqur’an yang dinistakan oleh Ahok. Motivasi aqidah telah menggerakkan berbagai kalangan dari seluruh penjuru nusantara untuk menuntut hukuman bagi pelaku. Kedua, semangat pengorbanan yang luar biasa. Pengorbanan waktu, tenaga, dana, juga bersiap mengorbankan nyawa. Bahkan untuk mengikuti Aksi 212 ribuan warga Ciamis rela berjalan kaki berhari – hari menuju Jakarta dengan sambutan masyarakat di sepanjang jalan yang luar biasa. Ketiga, ikhlas bergerak tanpa melihat siapa yang memimpin dan dipimpin. Mereka memadati lokasi acara untuk tujuan yang sama, memprotes penghina Alqur’an.  

Tanda – tanda di atas menjadi modal besar bagi kebangkitan umat yang hakiki. Tinggal bagaimana para tokoh umat senantiasa menjaga momentum ini dan meningkatkan kesadaran umat terhadap pentingnya menerapkan Alqur’an secara menyeluruh.

Dalam perspektif sejarah, umat Islam pernah sakit, mundur, dan tertinggal. Akan tetapi umat tidak pernah mati. Ada tiga fase kehidupan kaum Muslim yang menjadi bukti bangkitnya umat dari kelemahan. Pertama, merujuk pada perjalanan dakwah Rasulullah Muhammad Saw. Kesulitan menyelimuti babak awal perjuangan beliau dan para sahabat di Mekkah. Berbagai tantangan, ancaman, bahkan penganiayaan dari kaum kafir Quraisy tidak menyurutkan langkah mereka dalam menyebarkan risalah Islam. Sampai datanglah pertolongan Allah Swt dari arah Madinah dengan hadirnya kaum yang berba’iat kepada Rasulullah yang terkenal dengan peristiwa Ba’iat Aqabah Satu dan Dua. Peristiwa hijrah menjadi tonggak sejarah kebangkitan umat Islam. Selanjutnya kekuasaan Islam meluaskan pengaruhnya ke seluruh Jazirah Arab, Persia, dan wilayah lainnya.

Kedua, sepeninggal Rasulullah berlangsunglah masa Khulafaur Rasyidin dilanjutkan era kekhalifahan Islam. Islam saat itu menguasai peradaban dunia. Banyak karya kelimuan lahir dari tangan ilmuwan Muslim. Tetapi umat mulai mengalami perpecahan pada era Abbasiyah yang membuka jalan bagi pasukan Salib menguasai wilayah Muslim pada tahun 1096 M. Selama puluhan tahun kaum Muslim mengalami kekalahan di Perang Salib, tetapi mereka tidak menyerah dan terus berikhtiar. Tampillah Shalahuddin Al Ayyubi memimpin pasukan Islam membebaskan kembali kota – kota di Palestina dan Suriah sehingga kemenangan berada di tangan kaum Muslim.

Ketiga, invasi bangsa Mongol pada tahun 1258 M menyebabkan runtuhnya kekuasaan Abbasiyah di Baghdad sekaligus rusaknya kekuatan politik Islam. Warisan peradaban dan ilmu pengetahuan dihancurkan dengan membakar perpustakaan dan menenggelamkan ribuan kitab ke dalam sungai Dajlah sehingga warna airnya berubah akibat tinta yang larut. Tapi umat Islam tidak menyerah, terus melakukan dakwah dan jihad. Pasukan Mongol yang awalnya membantai kaum Muslim kemudian memeluk Islam. Sampai sekarang penduduk di negara – negara Asia Tengah tepatnya pecahan dari Uni Soviet beragama Islam karena nenek moyangnya yaitu bangsa Mongol masuk Islam.

Setelahnya, sekitar dua abad terakhir ini umat Islam menderita sakit lagi. Runtuhnya kekhalifahan terakhir yaitu Utsmaniyah pada tahun 1924 M berakibat tercerai – berainya kesatuan kaum Muslim dan tidak diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Penderitaan umat terjadi karena dipisahkan dengan Islam aturan kehidupannya. Kenyataan ini tidak boleh membuat umat Islam ragu dan kehilangan harapan untuk bangkit kembali. Umat telah memiliki modal kebangkitan utama yaitu keimanan dan keyakinan akan pertolongan Allah, selain ketersediaan sumber daya manusia dan kayanya sumber daya alam di negeri – negeri kaum Muslimin.  

Dibandingkan dekade sebelumnya, kesadaran umat dalam menjalankan ajaran agamanya kini kian meningkat. Tanda – tanda kemenangan pun mulai nampak. Umat Islam khususnya di Indonesia mulai mampu menguraikan rantai yang menjerat hati dan pikiran mereka selama ini. Umat mulai menyadari kerusakan yang ditimbulkan oleh sistem kehidupan selain Islam dan rindu akan kembalinya sistem Islam sebagai solusi kehidupan. 

Di sinilah pentingnya peran tokoh umat agar senantiasa mengajak umat berjuang menegakkan kehidupan Islam. Kesanalah mestinya energi Alqur’an yang demikian dahsyat mampu menggerakkan jutaan umat dalam Aksi Bela Islam terus diarahkan. Karena ajaran Islam hanya bisa terjaga, seluruh ayat Alqur’an hanya bisa dilaksanakan, dalam kehidupan Islam yang menjamin penerapan syariat Islam. Tegaknya sistem Islam sekaligus akan menutup keberadaan Ahok – Ahok lain yang akan menistakan agama. [VM]

Posting Komentar untuk "Aksi 212 dan Aroma Kebangkitan Umat"

close