Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sob, Haruskah Ber-‘Teroret Ria’ di Akhir 2016?


Oleh : Septa Yunis 
(Muslimah Voice)

Sob… apa kabar kalian? tak terasa sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2016, dan akan meniti langkah menuju tahun 2017. malam tahun baru ini mau ke mana? Belum punya rencana? Tahu kan gimana suasana tahun baru? Ya seperti biasa, dilalui dengan hiruk-pikuk, hura-hura, pesta en kegiatan gaje (nggak jelas) lainnya. Kok gaje sih? Iya. Coba deh, kalo dipikir-pikir, perayaan tahun baru itu udahlah nggak manfaat, dekat dengan maksiat lagi. Sebut aja dari begadang, pesta kembang api, ngeband, makan-makan sampe nongkrong-nongkrong doang bareng temen. Perhatiin deh, banyak banget yang begadang semalam suntuk demi nunggu detik-detik pergantian tahun. Padahal nggak ditunggu juga, harinya bakal lewat kok. Bahkan ada yang nerusin begadang sampai menjelang pagi. Akibatnya, bisa ketebak deh. Gara-gara melototin jam pergantian tahun, giliran shubuh matanya merem alias nggak sholat Shubuh. Na’udzu billahi min dzalik. 

Sobat, Btw.. ngomongin pergantian tahun, di hampir setiap negara pasti bakal merayakan malam pergantian tahun masehi, tak terkecuali di negara kita. Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Sebagai remaja/pemuda pasti kita ada gejolak rasa ingin juga mengikuti hingar bingar perayaan tahun baru. Dengan segala keriuhan, pesta pora diiringi sorak sorak bergembira dan suara telolet ehhh..terompet. Dan semua itu dilakukan di tengah malam. Oya tidak ketinggalan setiap perayaan tahun baru pasti ada yang namanya pesta kembang api. Berapa rupiah itu yang dikeluarkan untuk kembang api yang kemudian hangus sia-sia. Entahlah.

Parahnya lagi, ada juga yang ngerayain pergantian tahun dengan pesta seks, miras en narkoba. Beneran? Percaya atau nggak, tapi emang gitu kenyataannya. Menurut laporan dari BKKBN, kondom emang laris manis tiap akhir tahun tepatnya menjelang tutup tahun begini. Parahnya kebanyakan pembelinya adalah remaja. Nggak heran kalo penginapan, vila, hotel en sejenisnya, ikutan laris disewa pelanggan. Jadi ngerti kan, apa hubungannya alat kontrasepsi yang laris dengan larisnya penyewaan penginapan? Gitu juga dengan miras en narkoba. Dua barang haram ini malah jadi idola pada perayaan tahun baru. Padahal udah terbukti, miras udah bikin pengkonsumsinya mati konyol. 

Sobat muda, coba kalian renungkan, apa sih untungnya perayaan tahun baru itu? Jawabannya, ngga ada untungnya sama sekali, mubadzir iya. Sobat, janganlah kita menggabungkan diri dalam kelompok orang-orang yang haus hiburan, salah satunya yaitu orang yang terjebak dalam kehidupan yang hedonis (hura-hura). Sobat, banyak yang tau ya kalau negara kita ini mayoritas muslim, tapi kenapa banyak yang terjebak dalam kehidupan yang hedonis, ngga menjalankan syariat Islam, melanggar aturan Islam? Apa mereka ngga takut Allah ya kira-kira? Mikir deh...

Please deh! Udah saatnya kamu melek en bersikap kritis. Di balik acara tahun baru yang bener-bener full maksiat itu, sebenernya ada kepentingan bisnis para pengusaha besar. Nggak peduli mau maksiat kek, mau generasi rusak kek, nggak ada manfaat kek, mereka mendorong masyarakat untuk membelanjakan uangnya sebanyak-banyaknya. Bagi mereka, mengeruk keuntungan sebesar-besarnya adalah tujuan utama.

Parahnya, mereka ini didukung ama media massa yang gila-gilaan sosialisasi en mem-blow-up gaya hidup bebas en liar ini. Terus, ulamanya pada kemana? Sobat, saking maraknya serbuan media massa ini, himbauan dari para ulama pun jadi kalah. Akibat dari sistem sekular yang nguasain negeri ini, agama nggak punya peran dalam kehidupan. Apalagi pengaruh media massa itu kuat banget. Mereka yang berkepentingan di belakangnya sengaja manfaatin momentum ini untuk ngajak en ngarahin masyarakat terutama remaja untuk berpikir bebas tanpa aturan, foya-foya, hura-hura sehingga ketika diajarin en didakwahin Islam, sulit nerimanya. Jawab deh, kira-kira kalo mau ngajakin temen, lebih gampang ngajakin ke konser musik atau ke pengajian? Tuh kan!

Sobat, sekali lagi, udah saatnya kita kritis. Ingat lho, setiap perbuatan kita akan dimintai pertanggungjawaban. Makanya sebelum berbuat, pikirin dulu sesuai syariat apa nggak? Allah Ta’ala ridho apa nggak dengan apa yang kita perbuat? Jangan takut dikatain nggak gaul atau kampungan. Kalau ada temen yang ngatain kamu kampungan karena nggak ikut ngerayain tahun baru, jawab aja, “Biarin kampungan karena nggak ngerayain tahun baru, yang ngerayain malah lebih primitif karena udah ngikutin tren budaya jahiliyah.” Bener kan? Harus berani bilang gitu. [VM]

Posting Komentar untuk "Sob, Haruskah Ber-‘Teroret Ria’ di Akhir 2016?"

close