Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berkaca dari Imperialisme AS di Yugoslavia


Oleh : Ainun Dawaun Nufus 
(Pengamat Sosial Politik)

Sejak tanggal 24 Maret 1999, kekuatan-kekuatan militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), dipimpin oleh Amerika Serikat, telah menjadikan Yugoslavia sebagai sasaran dari sebuah pemboman yang menghancurkan. Menerbangkan lebih dari 15.000 misi pengeboman, NATO telah membom rata kota-kota dan desa-desa Yugoslavia, menghantam pabrik-pabrik, rumah-rumah sakit, sekolah-sekolah, jembatan-jembatan, depot-depot minyak dan kantor-kantor pemerintah. Ribuan orang telah tewas dan terlukai, termasuk penumpang-penumpang kereta api dan bus, dan pekerja-pekerja di stasiun pemancar televisi dan stasiun-statiun pemancar ulang. Perumahan penduduk sipil baik di Sebia dan Kosovo telah dihantam.

Propaganda pun dilancarkan untuk menyesatkan opini publik internasional. Dalam kasus Yugoslavia, propaganda yang terus menerus dihembuskan oleh AS adalah penggambaran perang pemurnian etnis di Yugoslavia oleh Slobodan Milosevic. Sehingga dalam berita yang terpancar melalui media pembantaian masal di Yugoslavia bukannya dilakukan oleh NATO sebagai penyerang. Dan sesuai agenda setting propaganda ini hanya mengizinkan media untuk menggambarkan Yugoslavia bukannya NATO sebagai penyerang.

Seperti kita ketahui bersama, sejak berdirinya NATO pada 4 April 1949, di Brussel, Belgia, yang ditandatangani oleh 12 negara, yakni Inggris, Kanada, Amerika, Prancis, Italia, Portugis, Islandia, Luksemburg, Belanda, Denmark, Norwegia, dan Portugis – baru pertama kali ini NATO difungsikan dan langsung sebagai mesin pembunuh masyarakat sipil di Eropa. Sebuah langkah strategis yang diambil AS untuk menekan negara yang berani melawan kepentingannya. Dengan kata lain serangan NATO ini telah mempertegas posisi AS sebagai penguasa dunia. Pada waktu yang sama, ekspansi NATO ke Polandia, Hungaria dan Republik Czech adalah sebuah bentuk perluasan pengaruh AS yang sangat berhasil di Eropa.

Perang NATO sesungguhnya bisa digambarkan sebagai sebuah perang agresi imperialis pertama terhadap negara bangsa dunia di milenium ketiga. Yugoslavia adalah negara pertama yang ditaklukkan secara militer oleh NATO. Sebagai sebuah istilah ilmiah, imperialisme merupakan perkembangan sejarah dari istilah kapitalisme sebagai sebuah sistem ekonomi dunia. Namun wajah imperialisme tetap sama yakni: penindasan melalui persaingan bebas konglomerasi raksasa yang memonopoli negara sekaligus menghancurkan eksistensi negara bangsa dengan tujuan membuka akses jalan ke pasar-pasar, bahan-bahan mentah dan sumber tenaga kerja baru atau perbudakan gaya baru di seluruh dunia.

Dewasa ini Imperialisme telah menciptakan jalan tol yang bernama globalisasi dimana imperialisme dapat menjarah negara-negara berkembang tanpa hambatan baik dimuka bumi maupun dunia maya. Kaum Imperialis kini telah menjadi parasit yang menguasai Amerika bahkan dunia dengan Bank Sentralnya, Federal Reserve. Melalui kedudukannya sebagai penguasa keuangan dunia, The Fed menggunakan badan-badan keuangan raksasa sebagai alat seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (World Bank), imperialisme berada dalam posisi untuk mendikte politik negara-negara berkembang yang lebih kecil yang tergantung pada kredit mereka. Sedangkan dengan Badan Perdagangan Dunia (WTO) imperialisme telah menguasai pasar dan mengatur perdagangan dunia internasional sekaligus membendung masuknya produk negara-negara berkembang ke negara maju.

Melalui hegemoni mereka atas pasar dunia, kekuatan-kekuatan imperialis menekan harga semurah-murahnya untuk bahan-bahan mentah yang membuat negara-negara lebih kecil tetap dalam kemiskinan. Semakin banyak negara-negara ini meminjam, semakin mereka menjadi miskin dan tergantung. Seperti halnya NATO di kosovo lebih menyerupai rejim NATO–IMF yang memerintah Bosnia, sebuah bentuk pemerintahan negara dalam negara. Hal ini menggabarkan sebuah ambisi kejam Bank Sentral AS dan jaringannya dengan menggunakan tangan-tangan konglomerasi raksasa transnasional untuk memperluas jangkauan mereka masuk lebih jauh ke dalam Eropa supaya dapat memeras profit. Sejak penaklukan secara halus dengan Marshal Plan pasca perang dunia kedua terhadap Eropa Barat, maka peristiwa Yugoslavia tahun 1989-1991 menggambarkan uraian ikatan tangan-tangan imperilaisme AS dalam gelanggang ini secara kasar dan kejam. Perlahan tapi pasti Eropa Timur pun mulai dicengkeram.

Yugoslavia adalah sebuah bukti nyata kekejaman dari gerakan imperialisme yang  telah terintegrasi dalam sistem keamanan global Amerika. Setelah bubarnya Uni Soviet, Slobodan Milosevic dianggap sebagai musuh besar oleh AS seperti halnya Saddam Hussein di Irak. Habis manis sepah dibuang. Melalui Agenda Setting media yang luar biasa Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic digambarkan sebagai setan, dengan tuntutan-tuntutan yang tidak berdasar dan simpang-siur atas pembunuhan massal dan kematian orang-orang Albania. Sebuah eksploitasi tuntutan tanpa henti atas terjadinya “pemusnahan masal terhadap suatu bangsa,” dan pemancaran berulang gambar-gambar televisi dari pengungsi-pengungsi yang menderita dirancang lebih untuk melemahkan, membiasakan dan menakuti-nakuti umum dari pada untuk menyakinkan melalui pemaksaan argumen. Inilah yang kemudian menjadi argumen AS untuk menginvasi Yugoslavia.

Dibalik hiruk-pikuk itu, ada sebuah catatan menarik dari keputusan Kongres AS bahwa Slobodan Milosevic dianggap sebagai “The Last Mohicans” Komunis. Ya, Slobodan adalah “Kepala Suku” Komunis terakhir yang nasionalis. Matikan api sebelum menjadi besar demikian keputusan Kongres AS. Slobodan Milosevic harus disingkirkan. Dan seperti telah diuraikan diatas Slobodan kemudian menjadi korban isu global sebagai gembong pelanggar hak azasi manusia dari Balkan yang dipublikasikan besar-besaran ke seluruh penjuru dunia oleh media massa.

Bukan itu saja, tidak tanggung-tanggung, Yugoslavia dihancurkan dengan konflik bersenjata akibat kebangkitan nasionalisme sempit – yang kemudian kita kenal dengan istilah “Balkanisasi” sehingga terpecah belah menjadi negara-negara kecil baru antara lain: Republik Serbia, Republik Montenegro, Republik Kroasia, Republik Slovenia, Republik Makedonia dan Bosnia Herzegovina.

Sambil melakukan operasi pemboman, NATO juga mengamankan area-area yang memiliki cadangan sumber daya alam untuk dijarah oleh korporasi transnasional yang memang tidak tidak seberapa besar, seperti cadangan mineral timah hitam, seng, perak dan emas, serta 17 milyar ton cadangan batubara.

Melihat besaran cadangan sumber daya alam yang ada jelas bukan menjadi target utama serangan, tapi sebagai bahan bakar untuk merangsak lebih jauh lagi ke Timur jelas lebih dari cukup. Jadi serangan NATO, sebetulnya lebih kepada mengamankan posisi strategis untuk serangan selanjutnya menuju wilayah yang memiliki SDA melimpah: Eropa Timur. AS dan NATO telah mempunyai agenda besar sampai ke Laut Kaspia. Dalam kasus Yugoslavia, ternyata ada agenda setting tersembunyi AS yang boleh dibilang merupakan agenda sesungguhnya, yakni menyingkirkan Slobodan Milosevic dari panggung politik Eropa Tenggara. Kongres AS sangat khawatir bila Slobodan membangkitkan kembali “Pakta Warsawa Baru.” Amerika berhasil menyerat Slobodan Milosevic ke Pengadilan HAM internasional. Slobodan pun akhirnya gugur di dalam penjara diracun para penguasa.

Campur tangan AS diseluruh belahan dunia memang bukan rahasia lagi, bahkan dilakukan secara sistematis dan terang-terangan yang akan kita bahas kemudian. Amerika telah merumuskan kepentingan nasionalnya dalam skala global, dengan prioritas menjaga kemanan stabilitas minyak dan dollar sebagai urat nadi transaksi perdagangan internasional. Nah, untuk menjaga keamanan kepentingan nasionalnya itu, AS tidak ragu-ragu untuk ikut campur menentukan nasib dan masa depan suatu bangsa di muka Bumi, seperti menentukan kepemimpinan nasional suatu bangsa, termasuk di Indonesia. AS tampaknya mencoba bermain sebagai Tuhan, playing of God. Dan memang tampaknya tidak main-main. Memasuki millenium ketiga, Amerika secara sistemik telah menyempurnakan sistem keamanan globalnya untuk mengatur dunia. [VM]

Posting Komentar untuk "Berkaca dari Imperialisme AS di Yugoslavia"

close