Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

The City Of Light Islamic In Europe


Oleh : Agus Zubairi 
(Penulis/Siswa SMK 1 Bangkalan Madura)

Islam di benua Eropa mulai masuk ke Eropa diawali oleh penaklukan Negara Andalusia pada tahun 756 M – 1429 M di semenanjung Liberia. Kemudian berlanjut hingga penaklukan Balkan oleh Khilafah Utsmaniyyah. Kehadiran dan perkembangan Islam di Eropa terus berlanjut dengan adanya imigrasi besar – besaran oleh umat Islam yang berada di Negara – Negara Islam menuju Eropa setelah perang. 

Umat muslim mulai memasuki benua Eropa sejak adanya permintaan bantuan kepada Musa bin Nushair yang waktu itu menjabat Gubernur Afrika Utara oleh seorang bansawan Gothia Barat bernama Graf Yulian yang sedang berkuasa di Geuta Afrika Utara. Waktu itu dia meminta bantuan agar Gubernur bisa membantu keluarga “Witiza” yang sedang menghadapi konflik dengan tentara roderik yang waktu itu memberontak merebut singgasana keluarga “Witiza” pada tahun 710 M.

Singkat cerita, permintaan itu disampaikan oleh Musa kepada khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus. Diluar dugaan permintaan itu dengan catatan agar Musa berhati-hati. Sebagai antisipasi dan penjagaan, maka dikirimlah 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif bin Malik. Pasukan ini mendarat di Tarifa. Setelah diselidiki, Tharif bin Malik akhirnya meyakinkan Musa akan kesungguhan Graf yulian yang memang benar-benar meminta bantuan. Musa pun menyampaikan kepada Khalifah Walid bin Walid, setelah berunding dikirimlah pasukan pilihan yang dipimpin Thariq bin Ziyad seorang panglima besar yang gagah dan sangat berani, pasukan ini dikirim melalui kota Tanger yang menyebrangi serat Giblatar.

Pada tahun 91 H atau 710 M, pasukan Thariq bin Ziyad mendarat di Spanyol tepat disaat kekuatan dan konsentrasi pasukan Roderik sedang bergerak menuju wilayah Spanyol utara, hal ini dilakukan guna menghindari pemberontakan. Namun satu hal yang menarik dari kepemimpinan Thariq bin Ziyad ini, ketika semua kapal telah mendarat, dia memerintahkan kepada anak bawahnya untuk membakar semua kapal yang ada, hal ini dilakukan agar semua pasukannya berjuang dengan sungguh-sungguh, mengeluarkan segenap kemampuan yang dimiliki, dan tak ada lagi dalam pikiran pasukannya untuk mundur atau pulang kecuali sudah menang. Strategi nekad yang dilakukan oleh Thariq bin Ziyad ini terkenal hingga sekarang.

Srategi yang dilakukan Thariq bin Ziyad ternyata memberikan efek yang sangat besar dan bisa membakar semangat para pasukannya, akhirnya dengan perjuangan yang tak pantang menyerah mereka bisa menaklukkan benteng lawan walau pada saat itu jumlah musuh jauh lebih banyak dari pada pasukan kaum muslimin. Pada suatu pertempuran di kota Xeres, tentara Rodherik banyak yang tewas, hal ini berarti semakin memudahkan langkah pasukan kaum muslimin untuk menaklukkan kota-kota selanjutnya. Akhirnya kota demi kota bisa direbut, sebut saja seperti kota Malaga, Cordova dan Toledo yang menjadi ibukota Gothia Barat.

Kabar keberhasilan Thariq bin Ziyad ini berhembus ke telinga Musa bin Nushair yang akhirnya ingin turut menyusulnya ke Spanyol dengan turut membawa pasukan sebanyak 10.00 orang. Di kota Toledo keduanya bertemu dan sempat terjadi persilisihan, namun itu tidak terjadi lama karena bisa didamaikan oleh khalifah. Setelah damai, keduanya bahu membahu melanjutkan perjuangan untuk menaklukkan kota-kota berikutnya seperti Saragosa, Casytylia, Arogan dan Barcelona hingga pegunungan Pyrenia.

Hampir seluruh Andalusia kecuali wilayah Glacia sudah berada dalam genggaman kaum muslimin hanya dalam kurun waktu 7 tahun. Pada masa pemerintahan Bani Umayah di Damaskus, Andalusia dipimpin oleh seorang gubernur dan diantara yang memimpin waktu itu adalah Abdul Aziz, yang tak lain adalah putra Musa sendiri. Saat Bani Umayyah runtuh yang ditandai oleh berdirinya daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang dipimpin oleh Abdul Abbas As-safaf, semua keturunan Bani Umayyah dibunuh semua. Namun ada salah seorang keturunan Bani Umayah bernama Abdur Rahman yang berhasil meloloskan diri dan kabur menuju spanyol. Di sana dia membangun kerajaan Bani Umayah kembali dan mampu bertahan cukup lama dari 193 H – 458 H atau 756-1065 M.

Faktor Pendukung Keberhasilan Penaklukan Eropa

Jika kita lihat dari perjalanannya, penaklukan demi penaklukan yang terjadi di Eropa seperti yang terjadi di Prancis Tengah dan Italia oleh kaum muslimin begitu serasa di mudahkan. Hal ini bisa terjadi karena adanya dukungan baik dari faktor internal maupun eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal yang turut mendukung keberhasilan penaklukan Eropa salah satunya karena para penguasa, pemimpin sampai prajuritnya yang begitu kompak. Pasda saat itu para pemimpin diisi oleh sosok-sosok yang kuat, tegas, percaya diri serta bertanggung jawan. Di sisi lain para prajuritnya pun ikut terbawa sikap pemimpinnya hingga melahirkan prajurit-prajurit yang hebat pula. Mereka pun berani dan sabar dalam menghadapi setiap persoalan yang dihadapi. Dan yang tak kalah pentingnya dari itu semua adalah ajaran umat islam yang sering ditunjukkan oleh para pemimpin dan pasukan Islam. Dalam penaklukan mereka mengajarkan arti persaudaraan, toleransi serta tolong menolong. Sikap-sikap itulah yang membuat mereka disambut hangat oleh para penduduk Spanyol pada waktu itu.

2) Faktor Eksternal

Sedangkan faktor eksternalnya adalah kondisi di Spanyol sendiri pada waktu itu yang memprihatinkan baik kondisi sosial, ekonomi atau politiknya. Secara politik, wilayah spanyol sangat terkoyak-koyak menjadi beberapa negara kecil dan semua rakyatnya dibagi dalam 
sistem kasta-kasta yang tentu itu semua sangat membuar rakyat tersiksa dan melarat. Ditambah penguasa yang ada seperti Gothic sangat kejam dan tidak bersikap toleran kepada agama yang di anut para rakyatnya. Hal inilah yang membuat para kaum yang tertindas menantikan pembebasan, dan pada akhirnya yang berhasil membebaskan mereka adalah kaum muslimin. 

Apa yang Terjadi Setelah Itu?

Yang terjadi setelah itu hanyalah sebuah cerita dan sejarah di kalangan masyarakat Eropa, tak kala mereka merubah sistem Islam dengan sistem sekularisme, imperialism, dan liberalism. Islam di Eropa seolah – olah luncur dari peradaban dunia, mereka yang tidak tahu akan besarnya pengaruh Islam  di Benua Biru (Eropa) hingga Eropa layak mendapatkan sebuah nama yaitu Kota Cahaya Islam. Islam tak hanya agama ritual saja namun Islam adalah Agama yang kaffah (menyeluruh). 

Eropa menyimpan sebuah peninggalan Islam yang sangat indah dan penuh dengan nilai sejarah, tak hanya itu bahkan Islam di Eropa seolah – olah menjadikan Eropa sebagai Kota yang mengundang saya untuk mencari cahaya Islam sesungguhnya. Islam membuat saya takjub tak kala saya mendengar namanya. 

Ada sesuatu yang unik ketika kita dapat mengunjungi salah satu Museum di Eropa yaitu Museum Lourve dimana di museum tersebut terdapat sebuah lukisan Bunda Maria dan Anaknya Yesus, di lukisan Bunda Maria inilah kita dapat melihat tulisan arab kufic yang berlafazdkan "Laa Ilaha Illahllah”, Subhanallah! Sungguh luar biasa dengan lukisan itu terlihat jelas bahwa Islam dapat menjadi bukti bahwa peradaban terbesar dahulu ialah Peradaban Islam.

Saya sendiri mempunyai harapan ingin menjelajahi jejak Islam di berbagai penjuru dunia walaupun itu belum terwujud sampai saat ini, dan Insya Allah, semua itu akan terwujud dengan segala usaha, semangat, harapan, do’a, dan perjuangan. Saya sebagai pemuda atau remaja sudah seharusnya menjelajahi dunia Islam lebih dalam. Bahkan jika saya berhasil nanti saya ingin sekali menjadi Agen Muslim yaitu sebuah perkejaan dimana mencari sumber sejarah peradaban Islam, pekerjaan ini sangat bermanfaat bagi saya. Tujuan saya, ingin menjelajahi dunia Islam di benua Eropa. Terutama menjelajahi jejak sang penakluk Kota Konstantinopel yaitu Muhammad Al-Fatih, sang pemuda berumur 23 tahun.

Perjalanan saya masih panjang untuk mencapai semua itu. Rintangan demi rintangan tak membuat saya mundur untuk terus menginspirasi para Remaja atau Pemuda yang saat ini sudah mulai melupakan agamanya. Bahkan mereka tidak mau kembali menjadi Muslim sesunggunya. Oleh sebab itulah saya ingin terus berjuang bersama Agama Islam. Dan disitulah Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-Baqarah : 208 :

 “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” (Al-Baqarah : 208)

Memeluk dan mengamalkan Islam secara kaffah adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus dilaksanakan oleh setiap mukmin, siapapun dia, di manapun dia, apapun profesinya, di mana pun dia tinggal, di zaman kapan pun dia hidup, baik dalam sekup besar ataupun kecil, baik pribadi atau pun masyarakat, semua masuk dalam perintah ini : “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh) Pada ayat yang sama, kita dilarang mengikuti jejak langkah syaithan, karena sikap mengikuti jejak-jejak syaithan bertolak belakang dengan Islam yang kaffah.

Kata-kata yang dapat saya sampaikan dalam tulisan saya yaitu : “Jadilah sebuah manusia yang berhasil di dunia maupun di akhirat, janganlah berputus asa jika mengalami sebuah kegagalan karena jika kita yakin dan percaya akan Janji Allah SWT dan Bisyarah Nabi, Kita akan menemukan sebuah cahaya yang terang melebihi sinar matahari dan sinar bulan purnama, cahaya itu adalah Cahaya Islam. Marilah jadilah pemuda atau remaja muslim yang siap membawa perubahan bagi dunia. Kembalilah kejalan Allah SWT dan jalan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW.” Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. [VM]

Posting Komentar untuk "The City Of Light Islamic In Europe "

close