Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Adil, ‘Kebebasan’ yang Menyerukan Pelarangan Organisasi-Organisasi Islam Politik dan Menutup Dialog?


Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah, keluarga, para sahabat baginda dan siapa saja yang setia kepada baginda. Hari ini negeri ini telah berjalan berbagai acara yang menyerukan dan memamerkan kemaksiatan dan kefasikan tanpa malu. Dan di saat yang sama pula, beberapa pihak memerangi dan melarang kegiatan yang menyerukan kepada Islam, menolak kefasikan dan kemaksiatan, atau menyuarakan pandangan yang jelas berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw seputar masalah-masalah kaum Muslim di dunia Islam, termasuk pandangan yang jelas dan praktis bagi upaya untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya krisis. Inilah kondisinya.

Secara global, kaum Muslim sekarang banyak mengalami tekanan pada saat ini. Musuh-musuh Islam menganggap kaum Muslim yang konsisten mempraktekkan agamanya akan menjadi masalah potensial. Mereka ingin kaum Muslim mempraktekan agamanya dengan cara yang mereka suka. 

Hari ini masyarakat telah mengenal Hizbut Tahrir. Hari ini kita telah menemukan pandangan satu pihak menyatakan pemikiran Hizbut Tahrir meresahkan. Hizbut Tahrir telah memberikan penjelasan rinci mengenai penyelesaian yang mendasar dan tuntas terhadap krisis dalam yang berdasarkan syariah, yang akan menghasilkan sebuah sistem yang mampu mewujudkan kestabilan dan keadilan melalui pengaturan yang jelas mengenai ekonomi, pendidikan, politik, dan lain sebagainya dan mengabarkan keadilan yang terjamin dalam koridor syariah Islam. HTI juga konsisten menentang penyebaran nilai-nilai yang merusak oleh kaum intervensionis liberal yang menggunakan invasi militer di negeri-negeri muslim.

Hizbut Tahrir tegak dan bergerak untuk Islam, konsisten menyibak kelemahan, korupsi, kemunafikan dan kerusakan nilai-nilai kapitalisme, sekularisme, liberal. HTI gencar kampanye untuk membongkar kebohongan dan argumen-argumen palsu dari negara-negara pengusung kapitalis dan rezim yang menipu rakyatnya. Berkali-kali HTI melakukan protes atas ketidakadilan dengan terorganisir rapi, berbicara di tengah-tengah publik dan menyampaikan baik secara umum maupun detil, menujukkan kepada masyarakat bahwa solusi Islam sebagai sebagai suatu alternatif.

Lalu, apakah rezim yakin dengan jenis ‘kebebasan’ yang menyerukan pelarangan organisasi-organisasi Islam politik dan menutup dialog? Kita lihat saja. Hizbut-Tahrir senang dengan dialog baik dengan pemerintah maupun seluruh pihak, karena dengan dilakukannya dialog bisa memperkuat ide-ide dan visi Islam sebagai solusi praktis di Indonesia maupun dunia Islam. 

Apakah hari ini kaum muslim akan kembali melihat standar ganda (yang kini ditemukan setiap hari di multi aspek) dari upaya dan propaganda pelarangan organisasi-organisasi Islam? Jika selama ini Anda melihat jargon kebebasan di Barat dikatakan bebas dan tidak ada diskriminasi. Anda dapat melakukan apapun : Apakah berzina, mabuk-mabukan, dll. Namun, jika berkaitan dengan kebebasan untuk menghadirkan Islam sebagai solusi negara, mereka tidak punya jawaban, selain melarang dan mencegah untuk tumbuh, lalu dilempar isu ekstrimisme kepada pengembannya. Apakah model ini yang akan dipraktekkan di negeri ini?

HTI selalu mengajak diskusi, ketika dilakukan diskusi, mungkin orang-orang yang panik mengatakan dengan mudahnya bahwa kritik kepada kerusakan kapitalisme dan solusi Islam ini adalah ide kaum ekstremis, “Hentikan suara di sini atau kami akan melarang”. Apakah sekarang tidak ada kebebasan untuk melakukan kritik? Bahkan jika kaum muslim melakukan pawai apakah pihak keamanan akan datang dan akan melarang mereka?

Kaum muslim seluruh dunia harus angkat suara, untuk mengecam setiap upaya dan tindakan memberangus dakwah untuk menyampaikan yang haq, dan menolak setiap tindakan yang melemahkan dan menghancurkan Indonesia, mencegah kezaliman yang dampak dosanya akan dia pertanggungjawabkan di dunia hingga hari kiamat.

Hendaknya kaum muslim juga mengingat pesan Rasulullah saw. dalam Hasyiyah as-Sindi Syarah Sunan Ibnu Majah terdapat bab, “Lā Thā’ata fi Ma’shiyatilLāh (Tidak Ada Ketaatan dalam Bermaksiat kepada Allah)”. Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumhin, telah menceritakan kepada kami Laits bin Saad dari Abdullah bin Umar dari Nafi’, dari Ibnu Umar; (dari sanad lain) telah menceritakan kepada kami Muhammad bin shabah dan Suwaid bin Saad, keduanya berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Raja’ al-Makki dari Nafi’ dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda: Seorang Muslim wajib menaati apa pun yang disenangi atau yang dibenci, kecuali dia diperintah untuk bermaksiat. Siapa saja yang diperintah untuk bermaksiat, ia tidak wajib mendengar dan taat.

Ya Allah, segerakan untuk kami tegaknya Islam yang akan menyatukan kembali kaum Muslim dan yang akan mengakhiri bencana yang selama ini menimpa mereka. Ya Allah, sinari dan terangilah bumi dengan cahaya keagungan dan kebesaran-Mu. Aamiin Allaahumma Aamiin. [VM]

Penulis : Umar Syarifudin (pengamat politik)

Posting Komentar untuk "Apakah Adil, ‘Kebebasan’ yang Menyerukan Pelarangan Organisasi-Organisasi Islam Politik dan Menutup Dialog? "

close