Survei Membuktikan : Masyarakat Memutuskan Alternatif, Negara Islam!
Keinginan untuk mengubah sistem pemerintahan di Indonesia dari negara Demokrasi Pancasila menjadi islam ternyata bukan hanya datang dari kelompok muslim saja. Namun, ada juga umat non islam yang mempunyai mimpi tersebut. Berdasar survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), ada sebagian kecil umat kristiani yang menginginkan negara islam berdiri di Indonesia. Angkanya sebesar 2,9 persen. Sementara mayoritas umat kristian lainnya tetap menghendaki demokrasi pancasila.
“Meskipun kecil, tetap saja temuan ini menarik. Ada non muslim yang ingin negara islam,” kata peneliti LSI Ardian Sopa saat merilis survei di Jakarta, Jumat (19/5). Ardian Sopa menduga, hal ini lebih disebabkan oleh munculnya ketidakpuasan dengan kondisi sekarang. Akibatnya, muncul pemikiran untuk mencoba sistem lain sebagai alternatif. Yakni negara islam. “Mungkin dia melihat negara-negara arab banyak yang sejahtera,” terangnya. (http://www.jawapos.com/read/2017/05/20/131316/survei-non-muslim-inginkan-indonesia-jadi-negara-islam)
Catatan
Dari berita tersebut di atas kita melihat pertanda kebaikan. Tumbuh pesatnya kesadaran masyarakat untuk merindukan bahkan menyatukan tangan untuk menegakkan Khilafah Rosyidah, setelah mereka menyadari tampak jelas kegagalan politik-politik demokrasi yang berdiri di atas asas sekulerisme dan terbongkarnya antek-antek Barat. Semua itu secara pasti akan mengantarkan pada datangnya fajar baru perubahan ke arah yang positif yang tidak bisa dilemahkan oleh apapun.
Sebelumnya PEW Research Centre tahun 2013 juga telah melakukan survei mengungkap hasil yang cukup mencengangkan yang menunjukkan sebagian besar negeri Islam menginginkan syariah Islam… Dari hasil survey PEW di Asia terdapat prosentase sangat tinggi penduduk dunia yang mendukung syariah Islam: Pakistan (84%), Bangladesh (82%), Afghanistan (99%), Indonesia (72%), Malaysia (86%). Demikian pula di Timur Tengah dan Afrika, prosentase yang mendukung syariah : Irak (91%), Palestina (89%), Maroko (83%), Mesir (74%), Yordania (71%), Niger (86%), Djibouti (82%), Kongo (74%) dan Nigeria (71%).
Media-media liberal sering mengopinikan bahwa rakyat menuntut dilakukan demokratisasi dan liberalisasi dengan menonjolkan tokoh-tokoh sekular, liberal, dan pro Barat. kenyataannya tuntutan demokratisasi dan liberalisasi itu minim, bukan menjadi arus utama. Yang menggembirakan adalah masyair dan syiar Islam justru sangat menonjol. Tuntutan penerapan syariah dan negara Islam juga banyak diterima di Indonesia.
Kami membaca adanya berbagai tantangan, kendala dan upaya untuk mencegah terwujudnya sistem Islam. Ketika Amerika Serikat dan negara-negara lainnya menyatakan permusuhan mereka terhadap para pengemban dakwah, hal ini mengungkapkan fakta bahwa mereka tidak ingin hegemoninya lenyap jika negara Islam itu tegak. Tampak bagi pihak berkuasa di beberapa wilayah kaum Muslim melakukan hal yang sama, termasuk mengungkapkan kesetiaan kepada tuan-tuan mereka di Barat dan permusuhan mereka terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Sampai tulisan ini dibuat mereka berusaha untuk menciptakan phobia histeris dan kesan palsu bahwa paham khilafah berbahaya. Namun akhirnya, hal itu menjadi bumerang bagi mereka. Umat makin sadar!
Saat ini sebagian orang mungkin mengira bahwa rezim demokrasi-kapitalisme kebal terhadap badai perubahan yang berhebus di wilayah barat hingga ke timur. Sementara masyarakat telah bosan dan lelah dengan kondisi susah dan tertekan. Mereka menginginkan perubahan, bukan utopia keadilan dan kemakmuran semu, ketika mendengar klaim pemerintah yang akan membelanjakan APBN untuk memperbaiki kondisi hidup masyarakat.
Fenomena tumbuh pesatnya kesadaran masyarakat Indonesia terhadap Islam tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kiprah HTI. Hizbut Tahrir Indonesia hadir, sejak hari pertama berdirinya menyeru untuk pembebasan umat dari dominasi kapitalisme Barat atas semua aspek; intelektual, politik, ekonomi dan militer. Organisasi ini telah menawarkan rencananya untuk melanjutkan kembali kehidupan islami dengan tegaknya Daulah Khilafah dengan merinci langkah-langkah praktis yang bersandar pada dalil-dalil syariah untuk merealiasi tujuan itu. Lalu membina orang-orang yang jujur dan mukhlis di Indonesia untuk menjadi kader yang berjuang bersama untuk menerapkannya secara praktis dalam tataran realitas. HTI dalam berbagai aktivitas terus membongkar makar imperialistik yang bertujuan melanggengkan umat dalam belenggu subordinasi Barat.
Semua pihak telah menganalisa termasuk rezim sekuler pragmatis telah membahayakan kehidupan masyarakat, bahwa mereka pasti terguling dan bahwa perubahan tertentu akan terjadi. Amerika paham bahwa orang-orang yang melakukan revolusi di negeri-negeri dengan mayoritas penduduk muslim tidak berevolusi untuk merubah antek dengan antek lainnya. Hizbut Tahrir Indonesia memperingatkan masyarakat akan bahaya rencana barat dan pergerakannya, khususnya pada detik-detik kritis ini. Masyarakat harus menolak terhadap setiap inisiatif asing untuk mengokohkan hegemoninya, mereka harus mencampakkan penguasa dan agen-agen asing yang menanamkan solusi mematikan. Sebab penguasa yang didikte dan loyal kepada negara imperialis dan meminta solusi dari mereka sebagai pengkhianatan besar yang tak termaafkan. [VM]
Posting Komentar untuk "Survei Membuktikan : Masyarakat Memutuskan Alternatif, Negara Islam!"