Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bosan, Wacana Pendidikan Terus


Wacana terus digulirkan. Dari ujung kekuasaan sana, pendidikan turut ditentukan. Beragam wacana diutarakan, tak satu pun menyentuh akar persoalan dan menyelesaikan masalah pendidikan. Ada apakah gerangan? Isu menangkal radikalisme sudah diwacanakan, bahkan terbaru terkait waktu aktif di sekolah, full day school, hingga pelajaran agama. Bosan sih iya, habis wacana terus yang akhirnya menjadikan model pendidikan tidak pernah baku dan jauh dari mutu.

Kenyataan di lapangan, justru menuai pro dan kontra. Publik pun bertanya, sebenarnya maunya apa sih? Apakah dengan bergonta-ganti model mampu menyiapkan generasi? Padahal sudah dikenal setiap ganti mentri dan pemerintahan, mesti ganti kebijakan. Mudah dibaca.

Justru yang menarik terkait wacana pendidikan agama. Pembahasan kali ini tidaklah masuk dalam perdebatan dihapus atau tidak, tapi mendudukan pengajaran agama dalam pendidikan. Hal ini penting mengingat, Indonesia merupakan umat beragama dan mayoritas muslim. Tak patut, jika Indonesia dibandingkan dengan Singapura atau negara sekular lainnya. Karena bagi mereka, agama urusan individu dengan Tuhannya. Sementara, pendidikan agama di Indonesia memiliki karakteristik unik, khususnya Islam.

Posisi Pendidikan Agama

Dalam Islam, pendidikan agama memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan landasan pendidikan adalah aqidah Islam. Tujuannya membentuk manusia seutuhnya dengan berkepribadian khas Islam yang mampu menguasai sains dan teknologi. Aqidah menjadi landasan dalam membangun pendidikan dengan tujuan manusia mengetahui visi misi hidup dan hakikat penciptaan manusia di bumi ini.

Islam mampu menjawab bahwa visi misi manusia di bumi adalah sebagai hamba Allah yang menjalankan syariah-Nya. Karena hakikatnya manusia diberikan tugas beribadah kepada Allah, serta akan kembali kepada Allah dengan mempertanggungjawabkan semua amalnya. Peranan aqidah Islam dan pengokohannya untuk memberikan saringan dari ide selain Islam. karenanya, semenjak usia dini pengajaran aqidah ini menjadi pokok. Kelak di kehidupan berikutnya, anak siap memikul tanggung jawab sebagai manusia seutuhnya.

Adapun ilmu selain Islam yang erat kaitannya dengan ideologi kapitalisme dan komunisme, tidak diajarkan dalam masa kanak-kanak. Boleh diajarkan dalam jenjang perguruan tinggi. Itu pun untuk mengetahui kebatilan dan kelemahan ideologi selain Islam. Bukan untuk diambil, diterapkan, atau diperjuangkan.

Pengajaran apa pun termasuk sains dan teknologi senantiasa dikaitkan dengan aqidah. Sehingga pemahaman peserta didik tidak kosong dari agama. Belajar agama bukan sekadar tahu, tapi untuk diamalkan dalam keseharian. Semisal, anak didik belajar tentang air. Nah, jika pendidikan Islam digunakan secara menyeluruh maka akan menyangkut fiqh, ilmu alam, lingkungan hidup, ayat-ayat, dal lainya. Terkait fiqh, peserta didik akan diajarkan jenis macam air yang dapat digunakan untuk bersuci. Lalu menggunakannya untuk bersih diri, mandi, dan berwudhu. Karena air merupakan kepemilikan umum, maka harus dijaga kebersihannya dan dikelola secara baik. Peran negara menjadi penting dalam pengelolaan air demi menjaga dan melindungi lingkungan. Anak didik pun diajak berfikir dengan merujuk pada al quran bahwa Allahlah yang menurunkan air dari langit, lalu menjelaskan fenomena terjadi hujan. Dan lain sebagainya.

Jika diamati secara mendalam, maka posisi agama dalam pendidikan Islam akan menyatu bersama proses pembelajaran dan kehidupan peserta didik. Tidak ada cerita seorang muslim tak mampu mempraktikan agamanya. Bandingkan dengan sekarang. Anak didik tatkala dewasa dalam masalah pelaksanaan Islam belum tuntas dan memahami benar. Akibatnya, sering terjadi pengabaian syariah Islam dalam kehidupan.

Kembali ke Islam Saja

Nah, inilah saatnya untuk mampu melakukan re-introspeksi bersama. Duduk dan mencari solusi. Rakyat sudah bosan dengan beragam wacana dan wacana. Rakyat butuh yang pasti-pasti dan bukti, bukan sekadar janji. Islam telah memberikan seperangkat sistem yang mulia. Tidakkah kita mau mengambil dan menjalankannya? Biar tak bosan. Kembalilah pada pendidikan Islam. [VM]

Penulis : Fadhilah U. Hanifah (Women Movement Institute)

Posting Komentar untuk "Bosan, Wacana Pendidikan Terus"

close