Gerakan Feminis, Pemudar Peran Mulia Muslimah dalam Peradaban
Kaum Feminis di Indonesia |
VisiMuslim - Bulan Maret-April identik dengan perempuan. Gaung gerakan feminis pun sudah kian terasakan. Gaung feminis terasa manis. Terlebih jika berbungkus baju emansipasi dan kesetararaan.
Bahkan ada yang lebih miris dalam poster yang dibawa peserta aksi Woman March. "Yang bilang Feminisme tidak sesuai, dapat salam dari Cut Nyak Din dan Kartini." Dapat dibayangkan kaum wanita bahkan laki-laki pun akan mudah "manggut-manggut" jika sudah mencatut nama pahlawan, tanpa sadar dengan mudah menerima kampanye global tersebut. Seruan tersebut turut mendangkalkan berfikir jernih, benarkah 2 pahlawan bangsa tersebut berjuang karena ruh feminisme? Padahal ruh Islam tidak lepas dari jiwa pemberani pahlawan tersebut.
Jika demikian, benarkah gerakan perempuan dalam payung "Woman Liberation" bergerak untuk menyelesaikan masalah perempuan? Atau berpeluang menjauhkan dari identitas kodrat perempuan?
Sejarah gerakan itu muncul abad 19, bermuara dari kegagalan barat dalam menjaga perempuan. Nuansa perempuan didiskriminasi, dinomerduakan dalam peran publik menjadi cikal bakal gerakan kebebasan tersebut. Tentu permasalahan tersebut tidak pernah ditemui dalam masyarakat Islam. Dengan kesempurnaan aturan Islam yang diterapkan dalam khilafah islamiyah.
Jauh, sebelum gerakan feminis muncul. Islam datang dengan memulyakan manusia. Dengan aturan yang manusiawi. Termasuk peran istimewa perempuan yang melahirkan tokoh-tokoh peradaban Islam. Tengok saja Iman Syafi'i, Sholehuddin Al-Ayyubi dan lainnya. Dari ketulusan sentuhan dan buaian perempuan sholihah inilah peradaban agung menyinari 2/3 dunia.
Jika ada pernyataan, dibalik sosok laki-laki tangguh, ada sosok perempuan tangguh. Disitulah peran istimewa ibu dibutuhkan dan terbuktikan. Bahkan Allah pun, mengistimewakan leawat hadist rasulnya, "Al-Jannatu tahta aqdamil ummahaati" (Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu). Bahkan ketaatan seorang laki-laki kepada ibunya diutamakan meskipun sudah berkeluarga. Demikian Islam menghargai jasa ibu. Bandingkan dengan peradaban Barat yang modern katanya. Perempuan ketika muda eksis dengan kebebasannya. Ketika tua di panti jompo mereka habiskan masa tuanya. Inikah model peradaban Barat yang didamkan para feminis atas nama kebebasan dan kesetaraan.
Musuh Islam yang tidak rela peradaban Islam bangkit sadar betul peran penting muslimah, khususnya mencetak generasi peradaban Islam. Yang akan menghilangkan kegelapan sistem kspitalis demokrasi. Membebaskan penjajahan para kapital. Maka Dibuatlah berbagai program racun berbungkus madu. Atas nama kesetaraan pun pemberdayaan. Yang muaranya adalah menyibukkan wanita di ruang publik. Dan terlalaikan dari fungsi utama yaitu mendidik generasi.
Untuk memuluskan programnya, dimunculkan figur pegiat gender atau feminis Islam, dengan profil "eksis dipublik, keluarga pun harmonis", jargon "pertemuan dengan anak yang penting kualitas bukan kuantitas. Tapi mereka lupa fakta perceraian, efek broken home bagi anak pun banyak bermunculan, efek dari tidak terpenuhi hak dan kewajiban suami-istri di ranah kluarga secara optimal.
Saatnya, para muslimah yakin dan percaya diri dengan identitas kemuslimahannya. Yang mengantarkan pada kemulyaan dunia akhirat. Tidak terjebak dalam gerakan palsu, racun berbungkus madu. Yang mengantarkan kerugian dunia lebih-lebih di akhirat.
Saatnya muslimah, mengoptimalkan potensinya. Terus mengkaji dan berjuang mengembalikan kemulyaan Islam dalam bingkai khilafah. Sistem inilah yang mampu menjaga haibah dan marwah muslimah. Berperan diruang dosmestik optimal. Berperan di ruang publik tanpa khawatir dan gagal dengan hilangnya identitas kemuslimahannya. Khilafah akan memberikan ruang perjuangan agung perempuan sesuai dengan tuntutan syariat penciptanya. Allahu a'lam bi shawab. [vm]
Penulis : Yuyun Rumiwati (Forum Muslimah Untuk Peradaban)
Posting Komentar untuk "Gerakan Feminis, Pemudar Peran Mulia Muslimah dalam Peradaban"