Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sekulerisme Berdaulat, Umat Tersesat


Oleh : Isnawati 
Ibu Penggerak Lingkungan

Hubungan negara dan agama seringkali menjadi suatu perdebatan yang tak berujung, dalam sejarah perpolitikan di Indonesia isu-isu aktual demokrasi hari ini menjadi hidangan yang harus diperbincangkan. Penguasa kerap sekali menjadikan ulama sebagai tempat dalam melegitimasi regulasi hukum dan kebijakan-kebijakan politiknya.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makruf Amin menegaskan bank syariah hanya boleh menggunakan dana non halal untuk kepentingan sosial dan dana tersebut tidak boleh bercampur untuk kepentingan bank, salah satunya denda saat nasabah terlambat mengembalikan pinjaman. Dan hal ini dipertegas pula oleh Ketua Komisi Fatwa MUI Hasannudin bahwa dana non halal wajib digunakan dan disalurkan untuk kemaslahatan umat dan kepentingan umum yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. CNN Indonesia (09 Nofember 2018).

Sekulerisme berdaulat umat tersesat bukanlah hanya sebuah justifikasi saja pasalnya ulama semakin menjauh dari upaya untuk merevitalisasi dengan membimbing umat kejalan syariat, salah satunya dengan mereduksi loyalitas umat terhadap syariat, menghalalkan yang jelas-jelas diharamkan.

Siapa mengumpulkan uang dari jalan yang haram kemudian dia sedekahkan harta itu, sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala bahkan dosanya akan menimpa dia (Riwayat Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Hakim ).

Ulama adalah orang yang diakui memiliki kelebihan dibandingkan dengan individu atau kelompok masyarakat yang lain. Keunggulan dalam ilmu dan keunggulan dalam beramal menjadikan ulama orang yang selalu berusaha menyempurnakan diri bahkan berusaha untuk menyempurnakan orang lain.

Ketika ulama berfatwa boleh mengambil keuntungan laba bank atau dana non halal sekalipun jelas keharamannya yang penting untuk kemaslahatan umat adalah hal yang sangat keliru, sebab keterikatan dengan syariat adalah secara menyeluruh mulai dari mengusahakan sampai pada pemanfaatannya.

Taklid buta dalam Islam adalah suatu keyakinan yang tidak boleh sebab menjauhkan umat dari syariat menolak kebenaran. Ulama tidak pantas dijadkan alat pelanggeng kekuasaan, terlebih pada saat ini untuk meraih kekuasaan yang sekuler. Keharaman dalam Islam bukan untuk diperdebatkan apalagi sampai dikompromikan sesuai kebutuhan.

Sekulerisme terbukti merusak tatanan kehidupan, menghilangkan peran Sang Pencipta sekaligus Pengatur kehidupan, membahagiakan diawal dengan menampakkan kebaikan yang akhirnya menghantarkan pada kehancuran sebuah peradapan manusia.

Amerika Serikat adalah negara adidaya penganut sekulerisme yang nyata dimana dekadensi atau bahkan mengarah kepada kehancuran tata nilai dan moral yang terus menggerogoti sendi-sendi dasar kehidupan bermasyarakat. Kejahatan seksual dan bunuh diri dikalangan militer cukup mengagetkan setiap hari 22 aksi bunuh diri oleh para veteran militer, penjara, alkohol dan adiksi narkoba menjadi hal yang biasa. Kiblat (20 November 2018).

Sekulerisme sejatinya racun yang mematikan, pemahaman yang sesat dan menyesatkan. Negeri ini mayoritas muslim hendaknya jangan menjadi muslim yang sekuler, liberalis, kapitalis dan lain-lain. Umat harus memperdalam pemahaman Islam secara Kaffah agar tidak keliru dalam mengadopi hukum syara`.

Taklid buta yang ada pada umat harus dirubah kepada pemahaman kebenaran yang hakiki yaitu Islam Kaffah dan ini membutuhkan Ulama dimana keberadaannya menjadi rujukan untuk dimintai pendapatnya oleh umat, pemerintah, maupun calon pemimpin. Ulama adalah pewaris nabi dan penjaga misi kenabian.

Rakyat yang rusak disebabkan oleh penguasa yang rusak, sedangkan penguasa yang rusak karena ulama yang rusak (Al qhazali dalam kitab Ihya Ulumuddin). Wallahu a'lam bish-shawab. [vm]

Posting Komentar untuk "Sekulerisme Berdaulat, Umat Tersesat"

close