Menuju Perubahan Hakiki
Oleh :
Khairunnisa’ Tasrif
(Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban)
Perubahan adalah transformasi
masyarakat dari kondisi yang tidak baik menuju kondisi yang lebih baik.
Perubahan tidak bisa dipisahkan dari adanya persatuan umat diatas landasan
pemikiran yang sama. Tidak hanya cukup dengan pemikiran yang sama tetapi harus
dilandasi pemikiran yang dapat mengikat dan diatas ideologi shahih.
Sederet peristiwa yang terjadi
dinegeri ini adalah wujud perubahan yang diinginkan oleh umat yang selama ini
telah lama hidup dalam ikatan kesukuan, maslahat dan ikatan-ikatan lain yang
membuat umat tercerai berai. Hikmah dibalik peristiwa tersebut adalah adanya
persatuan dan tuntutan perubahan semua kalangan masyarakat. Pembelaan terhadap
keadilan, agama, ormas islam, ulama dan tuntutan kebijakan yang tidak pro
rakyat semakin menguatkan tekad umat kearah perubahan.
Aksi 212 yang berhasil diselenggarakan
2 desember 2018 merupakan rangkaian aksi pembelaan terhadap bendera tauhid dan
tuntutan kebijakan dzolim penguasa yang selama ini tidak pro rakyat. Deretan
aksi lain mewarnai negeri ini dengan berbagai tuntutan dan keinginan umat untuk
berubah. Termasuk aksi ribuan guru
honorer di Monas pada September lalu. Merupakan cermin gagalnya penguasa dalam
menciptakan kesejahteran bagi mereka.
Belum selesai dari sayatan duka
mendalam atas tenggelamnya kapal yang beruntun terjadi diperairan Indonesia. Dibulan
agustus Indonesia bagian Barat Lombok NTB terjadi gempa dasyat yang
menghancurkan sebagian besar sarana dan prasarana disana. Dibulan berikutnya,
Palu dan Donggala Sulawesi Tengah terjadi tsunami dan gempa dasyat
menghancurkan ribuan korban jiwa beserta seluruh pemukiman penduduk yang rata
dengan tanah. Disusul jatuhnya pesawat Lion Air dengan ratusan korban. Duka
yang tidak berkesudahan menyelimuti hampir sebagian besar wilayah di Indonesia.
Dihari ahad, 2 desember 2018 sebanyak
31 pekerja jembatan di papua dibunuh oleh kelompok kriminal bersenjata atau KKB
pimpinan egianus kogoya (m.tribunnews.com). kelompok separatis yang selama ini
melakukan aksi brutal dan ingin berdaulat dari Indonesia.
Rentetan peristiwa sepanjang 2018
menambah daftar blacklist bahwa negeri ini adalah negeri dengan segudang
bencana yang tiada henti. Masih belum cukup dengan bencana alam dan kemanusiaa.
Dari sisi lain, begitu banyak problem kehidupan yang kian menghimpit negeri
ini. Aspek ekonomi yang makin liberal
memperkuat cengkeraman kapitalis asing dan aseng menguasai sebagian besar
kekayaan negeri. Kekayaan hanya dinikmati oleh mereka, sementara rakyat
menderita didalam keberlimpahan kekayaan alam Indonesia.
Dari aspek hukum dan pemerintahan,
diwarnai dengan intrik politik yang tidak merata dan tidak berkeadilan. Hukum
hanya berpihak kepada yang pro penguasa selain dari itu akan dikenakan pasal
berlapis. Kita tidak pernah lupa dengan penghinaan terhadap agama,
kriminalisasi islam, ulama dan ormas islam. Pelaku penghinaan selamat dari
delik hukum pun jika diselesaikan sangat berbelit-belit dan pelakunya
diistimewakan. Pembatasan-pembatasan ceramah dimasjid, bahkan kelompok-kelompok
yang getol mendakwahkan syariah khilafah dimusuhi. Dianggap kelompok separatis
yang menghancurkan kesatuan NKRI dan Pancasila.
Aspek politik yang diwarnai intrik politik
tak berkualitas. Menonjolkan sikap politik yang tidak etis dan beradab. Aksi
pojok memojok antara satu kubu dengan kubu lainnya kian dipertontonkan kepada
khalayak meski itu tidak wajar dilakukan oleh para politisi. Sekali lagi,
untung mendulang suara, segala cara menjadi halal.
Dari aspek sosial masyarakat yang kian
amburadul, generasi yang kian rusak. Liberalisasi diberbagai sektor kehidupan
bahkan menyentuh semua kalangan. Narkoba yang makin menggila, pembunuhan dan
aksi-aksi kriminal lainnya menjadi menu harian dijagat negeri ini. Sekulerisasi mewarnai aspek kehidupan
individu, masyarakat dan negara. Ia menjadi agama baru yang begitu
disanjung-sanjung bahkan mewarnai setiap kebijakan. Tidak heran kelompok
penyuka sesama jenis dihalalkan, meski tuntutan datang dari berbagai pihak. Satu
sisi media yang begitu gencar memberi dukungan kuat rusaknya kehidupan sosial
masyarakat.
Pemilu dan Perubahan, Benarkah?
Pemilu
digadang-gadangkan sebagai ajang pembaharuan. Tagar ganti presiden
mewarnai opini ditengah masyarakat. Harapannya dengan ganti presiden dapat
membawa perubahan untuk Indonesia 5 tahun kedepan.
Tidak ada yang tidak ingin dengan
perubahan. Apalagi carut marut negeri yang tidak kunjung usai membuat umat
ingin keluar dari segala keterpurukan itu. Namun pergantian Presiden tidak
mampu menjawab kegalauan umat tentang konsep perubahan. Selama ini memang telah
tujuh kali rezim diganti tapi membawa negara ini pada perubahan hakiki masih
sangat jauh. Jiwa-jiwa kritis muncul hampir diseluruh lapisan masyarakat namun
satu sisi umat dihadapkan pada kebingungan. Dengan apa perubhan itu dapat
terjadi?
Jika pergantian presiden hanya pada
soal orang islam yang berkuasa. Selama ini indonesia tidak pernah dipimpin oleh
presiden non muslim. Sistem dan kebjakan yang dibawa tetaplah pada pengambilan
keputusan berdasarkan suara terbanyak. Sementara suara terbanyak tidak selalu
benar. Alih-alih mengambil kebijakan untuk kemaslahatan umat dan negeri ini.
kebijakan yang diambil justru disetir oleh berbagai kepentingan para politisi
dan pemilik modal.
Pancasila digadang-gadangkan sebagai
ideologi negara justru nihil realisasi. Para pemilik kepentingan bebas
melenggang memanfaatkan pancasila dan NKRI untuk melindungi kebengisan dan
kerakusan mereka terhadap kepentingannya dinegeri ini.
Jika janji adalah rantai yang dapat
mengikat kepercayaan umat, justru selama ini banyak capres dan cawapres yang
suka berjanji namun sebatas untuk mendulang suara. Mahalnya biaya pemilu
membuat para calon memutar otak agar modal bisa kembali. Untuk mengembalikan
modal yang tidak sedikit, praktek korupsi menjerat beberapa kabinet dan aparat
pemerintah dari kelas teri hingga kelas kakap.
Kerusakan sistemis ini tidak boleh
menutup mata kita bahwa kerusakan ini tidak lepas dari sistem batil yang
diterapkan dinegeri ini. Sistem buatan manusia yang menyandarkan hukum buatan
manusia diatas hukum Allah (Kitabullah). Segala rupa solusi yang diberikan
untuk menepis segala kerusakan yang terjadi justru menambah persoalan dan
semakin menjauhkan umat dari perubahan hakiki.
Kepemimpinan adalah hal yang sangat
dibutuhkan, namun bukan sekedar perubahan rezim. Perubahan sistematis pada
seluruh aspek kehidupan adalah keharusan. Sebab perubahan yang tidak
revolusioner hanya menimbulkan ketimpangan antara satu dengan yang lain. Mengubah
aspek pendidikan saja misalnya, justru tidak bisa dipisahkan dari aspek
ekonomi, pemerintahan, sosial dan aspek-aspek lain yang saling mendukung.
Berharap banyak dengan ganti presiden atau tetap dengan presiden lama adalah
mengulang episode keterpurukan disegala sendi kehidupan yang tidak berkesudahan.
Perubahan Hanya Dengan Islam
Untuk menjawab kebutuhan umat akan
perubahan dan kepemimpinan hanya dengan Islam. Sebab perubahan ini dapat
mengantarkan umat pada perubahan hakiki. Perubahan ini tidak akan diraih tanpa
ada aktifitas politik dan pengembanan dakwah islam sebgai ideologi. Aktifitas
politik islam dicurahkan semata-mata untuk mengurusi urusan umat dengan syariah
kaffah. Maslahat yang diperoleh darinya bukan hanya soal kelayakan siapa yang berkuasa
tapi dengan apa berkuasa.
Aktifitas politik ini sejalan dengan
kerahmatan islam yang berimbas bagi seluruh umat manusia, binatang bahkan alam
semesta. Pengurusan urusan umat secara maksimal dapat mengantarkan umat pada
puncak kejayaan dan kedigdayaan diatas negara-negara lain sebagaimana islam
dimasa silam. Perubahan hakiki ini tidak akan mungkin sampai hingga tegaknya
institusi warisan Rasul SAW, khilafah islam. Secara historis selama 14 abad
islam menguasai hampir 2/3 dunia dari ujung maroko hingga merauke.
Upaya penegakan khilafah butuh upaya
serius dari umat dan menjadikan metode dakwah rasul sebagai rule model
perubahan hakiki bukan dengan kekerasan atau people power. Terus menumbuhkan
kesadaran pentingnya penerapan islam kaffah oleh institusi khilafah adalah
keharusan bagi setiap individu muslim. Bahkan semua kelompok-kelompok yang
berjuang untuk kebangkitan islam dan kaum muslim. Wallahu a’lam. [vm]
Posting Komentar untuk "Menuju Perubahan Hakiki"