Syariah Islam Sebagai Kontrol Sosial : Rumput Pun Dijaga Apalagi Manusia
Oleh: Herliana
(Pemerhati Sosial dan Pendidikan)
Pasca #ReuniAkbar212 di Monumen Nasional (Monas) banyak yang belum bisa Move On alias masih terngiang-ngiang. Entah dari kubu yang pro maupun kontra. Hal ini bisa difahami karena aksi super damai ini menjadi sorotan khalayak karena jumlah yang hadir tidak sedikit. Berbagai sumber menyebutkan jumlah yang datang 40 ribu, 100 ribu, 7,5 juta. 8 juta, bahkan 13 juta jiwa tumpah ruah dalam aksi reuni tersebut. Jumlah pastinya memang tidak perlu diperdebatkan, bisa blunder. Biarkan saja foto yang berbicara. Toh peserta sendiri yang merasakan betapa sesaknya kepadatan disana. Konon lebih sesak dari aksi bela Islam 212 pada tahun 2016 dan reuni 2017.
Lepas dari masalah volume peserta, ada hal yang lebih menarik di #ReuniAkbar212. Jutaan peserta reuni 212 dinilai damai, tertib dan menjaga lingkungan sekitar Monas untuk tidak menginjak-injak tanaman disekitarnya. Walaupun sebenarnya boleh karena Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengubah status Monas beralih fungsi dari Garden (kebun) menjadi Park (taman). Bahkan peserta saling mengingatkan untuk tidak berjalan di rerumputan.
“Ayo jangan injak rumput,” “Mas, rumput mas! Rumput!! Jangan diinjak mas! Awas nanti kita disalahkan, hati-hati mas banyak yang cari kesalahan” seru peserta aksi dari ibu-ibu penjaga rumput Monas. Sementara peserta yang lainnya juga berkali-kali menyerukan lewat pengeras suara untuk tetap menjaga tanaman yanga ada di sekitas lapangan Monas.
“Ingat jalannya di aspal jangan injak rumput,” kata seorang kelompok dari peserta. (http://ww.gatra.com/rubik/nasional/368820-Aksi-Reuni-Akbar-212-Jaga-Lingkungan-Tanaman-di-monas)
Sesuai arahan panitia, yang meminta aksi untuk tidak ada peserta yang duduk merusak tanaman. Jika ada yang secara tdak sengaja menginjak rumput, maka langsung disoraki atau ditegur. Bayangkan perkara rumput saja mereka peduli apalagi perkara manusia.
Memang tidak lepas dari kesadaran yang berbuah dari keimanan hingga mendorong para peserta aksi saling menasehati, menjaga, memberi tanpa pamri. Jangan berfikir mereka dibayar, justru mereka merogoh kantong mereka sendiri untuk bisa berpartisipasi dalam reuni tersebut. Ada yang menyumbang nasi bungkus, air mineral, obat-obatan, tiket pesawat, bahkan viral seorang peserta aksi yang di punggungnya bertuliskan “GAK BISA NGASIH APA-APA, HANYA BISA NERIMA SAMPAH”.
Ketulusan dan keikhlasan mereka sungguh membuat qolbu siapa saja terenyuh. Sekali lagi inilah buah dari keimanan dan ukhuwah islamiyyah yang terjalin menembus batas-batas suku, golongan, ras, bahkan bangsa. Ada video terstimoni dari beberapa tokoh non muslim yang turut hadir dalam aksi super damai #ReuniAkbar212. Yang intinya mendukung aksi ini dan penyataan bahwa umat islam adalah umat yang paling toleran.
Teringat video yang diunggah tahun 2016 pada Aksi Bela Islam di Monas, ada sepasang pengantin yang akan menikah di Gereja Katedral dekat Monas. Karena jumlah peserta aksi juga membludak sampai di depan Gereja Katedral, para peserta aksi kemudian memberi jalan dan mengawal iringan pengantin agar sampai di Gereja dengan aman. Bahkan beberapa peserta menghimbau pengantin wanita untuk berjalan dengan hati-hati agar pakaiannya tidak kotor. (http://www.youtube.com/netmediatama).
Begitulah agama Islam mengajarkan pentingnya saling menjaga, menghormati, dan menasehati bukan hanya untuk sesama muslim, tetapi kepada umat manusia bahkan ke seluruh alam. Karena islam sejatinya adalah agama Rahmatan lil’alamin, bukan radikal, apalagi intoleran yang dibrandkan oleh orang-orang yang benci dan anti pada kebangkitan Islam. Satu pilar yang hanya ada pada islam yang menjadi penjamin keharmonisan dimasyarakat yaitu adanya kontrol sosial dengan muhasabah.
Muhasabah (evaluasi diri) tercermin dalam perintah untuk amar ma’ruf dan nahi munkar terhadap siapa saja agar kehidupan tetap berjalan pada track-nya. Jika pilar ini ditegakkan di masyarakat dan negara maka pastinya negeri ini akan menjadi baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur. Bercermin dari #ReuniAkbar212 gelombang jutaan manusia yang berkumpul di Monas tidak satupun membuat kegaduan dan keributan. Bukan karena mereka takut pada pihak keamanan bersenjata tetapi karena iman dan spirit islam yaitu amar ma’ruf dan nahi munkar.
Muhasabah merupakan perintah dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala dalam surah Al-Hasyr ayat 18 yang artinya "Hai orang-orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Maknanya, wajib setiap muslim untuk melakukan muhasabah karena setiap amalnya akan dipertanggung jawabkan di akhirat.
Sesuai terjemah ayat diatas muhasabah merupakan sifat hamba Allah yang bertakwa. Takwa berarti menjaga dan memelihara diri dari murka dan siksa Allah dengan jalan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Jadi menjaga hal-hal yang dapat dapat menjerumuskan kepada murka Allah adalah wajib. Semisal mencegah orang lain berlaku munkar, tidak adil, dzolim, ingkar janji dan kemaksiatan lain yang dilakukan manusia.
Dari Abu Sa’id Al Khudri ra. Dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam besabda,’ Barangsiapa diantara klian melihat kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka hendaklah dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman". (HR. Muslim)
Hadist ini mencakup tingkatan-tingkatan mengingkari kemungkaran dan tingkatan tertinggi ada pada tangan yang maknanya kekuasaan. Siapa saja yang memiliki kekuasaan maka wajib melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar. Negara dalam hal ini memiliki andil yang besar dalam amar ma’ruf dan nahi munkar. Maka kontol sosial yang utama dilakukan oleh negara dalam amar ma’ruf dan nahi munkar adalah pilar yang akan meminimalkan bahkan menghapus segala bentuk kemaksiatan seperti riba, zina, bughot dan lainnya yang di masyarakat dengan syariah islam.
Dengan demikian umat islam memiliki kewajiban untuk mewujudkan pilar ini dengan berjuang bersama menegakkan syariat islam menyeluruh dan negara yang mampu menjadi kontrol sosial dan pelindung umat dengan dasar aqidah Islam yaitu Khilafah ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Wallahu a’lam bi ash-shawab. [vm]
Posting Komentar untuk "Syariah Islam Sebagai Kontrol Sosial : Rumput Pun Dijaga Apalagi Manusia"