Tabloid Indonesia Barokah: Di Antara Fitnah dan Propaganda
Kepolisian Daerah Jawa Timur telah menerima sejumlah laporan terkait Tabloid 'Indonesia Barokah' yang beredar di Jawa Timur. Kepala Bidang Humas Polda Jatim Komisaris Besar Frans Barung mengatakan ada ribuan Tabloid 'Indonesia Barokah' yang disebar di beberapa pesantren dan masjid di wilayah Jawa Timur. Menurut Barung, pihaknya telah menyita tabloid itu yang sudah tersebar di beberapa kota di Jawa Timur, seperti di Pasuruan dan di Mojokerto. Diduga tabloid Indonesia Barokah memiliki alamat redaksi fiktif. Sebab, tidak mencantumkan alamat redaksi yang jelas dalam tabloid tersebut. (kumparan.com)
Realitasnya, Tabloid tersebut tidak hanya beredar di daerah-daerah Jawa Timur, melainkan juga beredar di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Semua itu pada akhirnya menimbulkan polemik. Hal ini dikarenakan tabloid tersebut telah membuat sebuah opini negatif terhadap agenda akbar 212 yang kemudian dituduh sebagai alat kepentingan politik Prabowo. Sebab yang lain adalah persebaran yang begitu luas hingga ke masjid-masjid yang berada di pelosok-pelosok desa menunjukkan bahwa ini bukanlah aktivitas perseorangan, melainkan aktivitas yang terorganisir, tetapi tidak terdapat identitas yang jelas di dalam tabloid tersebut siapakah pihak yang bertanggung jawab atas penerbitan dan pendistribusian tabloid ini. Dua sebab itulah yang kemudian menimbulkan polemik di antara masyarakat maupun di antara para politisi.
Masing-masing pihak baik yang berada di barisan pasangan calon 01 apalagi di barisan pasangan calon 02 mengaku tidak merasa diuntungkan. Banyak pejabat yang tidak mengapresiasi kampanye negatif tanpa identitas ini. Yang paling keras adalah pernyataan pak JK yang menyeru agar semua tabloid itu r saja. Hal ini menegaskan bahwa keberadaan tabloid ini bukanlah inisiasi secara resmi dari kedua belah pihak masing-masing calon.
Hal itu menunjukkan bahwa keberadaan tabloid tersebut adalah inisiasi dari pihak ketiga yang tidak jelas identitas nama dan lokasinya. Tpi dilihat dari isi opini yang terkandung dalam tabloid tersebut, maka jelas pihak ketiga itu ialah pihak yang membenci kebangkitan umat Islam. Hal itu karena opini tabloid tersebut telah menyudutkan gerakan 212 sebagai gerakan yang disetir oleh kepentingan politik praktis demi kemenangan salah satu pasangan calon. Padahal kaum muslimin menyadari, terutama para alumni 212, bahwa semangat kaum muslimin meramaikan aksi 212 adalah semangat iman bukan sekedar semangat politik sempit demi kemenangan ajang pilpres 2019 ganti presiden.
Di sisi lain, semangat yg coba disampaikan oleh pihak ketiga ini memiliki kesamaan dengan semangat pihak pertama pas calon 01 yg juga cenderung anti kebangkitan umat Islam yang terwujud dlm aksi 212. Hal itu mengindikasikan bahwa boleh jadi pihak ketiga itu sekarang sedang bermain di dalam barisan pihak pertama secara terselebung. Indikasi itu diperkuat dengan adanya respon positif dr beberapa tokoh yang berada di barisan kubu 01 atas tabloid tersebut. Misalnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tidak mempersoalkan beredarnya Tabloid Indonesia Barokah di sejumlah daerah (detik.com). Ada pula dr Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) menyatakan bahwa opini yg ada dalam tabloid ini bukanlah kampanye hitam karena berdasarkan pada data data dan fakta sehingga tidak perlu dikhawatirkan (cnnindonesia.com).
Demikianlah polemik tabloid ini akan terus menghantui rakyat Indonesia terutama kaum muslimin sebagai korban yang diserang oleh tabloid tersebut. Tuntasnya polemik ini bila kemudian dalang di balik tabloid tersebut berhasil dibongkar. Dan satuan kepolisian semestinya mampu melakukan hal itu dengan mudah. Betapa tidak, jaringan terorisme saja bisa dibongkar apalagi sekedar membongkar identitas pihak yang bertanggung jawab terhadap pengadaan dan pendistribusian tabloid tersebut. Penelusuran secara detail pengarsipan dokumen dan rekaman cctv yang terpasang di kantor pos bisa menjadi langkah praktis tahap pertama yang cukup ampuh untuk mengidentifikasi siapakah orang yang datang ke kantor pos dengan membawa ribuan eksemplar tabloid tersebut. Bila diperlukan, setiap staf hingga kepala kantor pos diperiksa satu-persatu untuk menyempurnakan penelusuran tersebut. Prinsipnya, semua berpulang pada kemauan dan semangat satuan kepolisian yang ada, bisakah memiliki kemauan dan semangat yang sama sebagaimana saat membongkar identitas pelaku tindakan terorisme yang berhasil dalam tempo kurang dari 24 jam?
Namun, selagi kita berharap satuan kepolisian bergerak cepat untuk membongkar dan menindak pihak yang bertanggung jawab atas penerbitan tabloid tersebut, kita sebagai seorang muslim sudah sepantasnya tetap waspada dengan segala macam opini yang berkembang untuk menyudutkan segala pergerakan kaum muslimin menuju kebangkitan. Allah mengingatkan
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
Jika berita dari orang fasik saja kita harus periksa secara teliti, apalagi berita dari orang yang tidak jelas identitasnya sehingga tidak bisa kita konfirmasi terkait kebenaran dari berita tersebut. Oleh karenanya, bagi orang-orang yang beriman, tabloid semacam Indonesia Barokah hanyalah tabloid sampah yang tidak perlu dipercaya bahkan tidak perlu dibaca! [vm]
Posting Komentar untuk "Tabloid Indonesia Barokah: Di Antara Fitnah dan Propaganda"