Berantas Kanker Tak Cukup Pola Hidup Sehat


Oleh : Lesi E. Febrianti, S.Pd., S.ST

Kanker adalah salah satu penyakit yang menyumbang angka yang tinggi sebagai penyebab kematian. Penyakit ini tak pandang bulu, ia tak hanya menimpa orang-orang dewasa namun juga bisa menimpa anak-anak. Penderita kanker anak di Indonesia kian meningkat setiap tahun. Sedikitnya ada 90 ribu anak meninggal akibat kanker setiap tahun. Pada anak usia 0-14 tahun, prevalensi kanker anak adalah 9 per 100 ribu penduduk. Sementara, pada anak usia 0-5 tahun, prevalensi kanker anak adalah 18 per 100 ribu penduduk. Untuk pengobatan kanker ini, Kementerian Kesehatan RI telah menggelontorkan anggaran pengobatan penyakit kanker sedikitnya Rp2,1 triliun per tahun, ini bukan angka yang sedikit.

Menurut Abdul Kadir Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais, setidaknya ada 3 penyebab banyaknya kematian anak yang disebabkan kanker, diantaranya : Pertama, kurangnya dokter kanker anak. Ia mengatakan, jumlah dokter anak di seluruh Indonesia sekitar 70 orang dan sebagian besar berada di Jawa. Kedua, infrastruktur belum memadai. Selain sumber daya manusia, penanganan kanker anak juga terkendala ketersediaan sarana dan prasarana. Dari 2.000-an rumah sakit di Indonesia, hanya 15 rumah sakit yang mampu menangani penyakit kanker. Ketiga, orang tua tidak mendeteksi secara dini. Tingginya angka kematian pada anak akibat kanker disebabkan ketidaktahuan orangtua terhadap gejala penyakit yang diderita sang anak. Biasanya mereka baru datang ke rumah sakit setelah memasuki stadium lanjut. Ketidaktahuan orangtua disebabkan penyakit kanker pada anak sulit untuk dideteksi dan ditemukan. Seorang anak juga kerap tidak menyampaikan secara langsung apa yang dirasakan.

Menurut Dr. Wong Seng Weng, seorang ahli Onkologi dan Konsultasi Spesialis dari The Cancer Center SMG, seseorang berisiko mengidap penyakit kanker tak hanya diakibatkan oleh garis keturunan (gen) saja tetapi orang dengan gaya hidup yang tidak sehat pun bisa memicu aktifnya sel kanker itu di dalam tubuh.

Dengan semakin meningkatnya jumlah penderita kanker di atas, maka dalam rangka peringatan hari kanker sedunia pada tanggal 4 Februari. Banyak negara yang memperingatinya dengan berbagai perhelatan, termasuk di Indonesia. Tahun 2019 ini, peringatan ini akan dilakukan kembali di negeri ini. Di Indonesia, agenda peringatan pada tahun ini dipusatkan di Makassar pada tanggal 9-10 Februari 2019. Andi Asadul salah seorang panitia perhelatan ini menyampaikan, pentingnya kegiatan ini dilaksanakan mengingat bahwa kesehatan merupakan kesejahteraan fisik, jiwa dan sosial. Dengan keadaan sehat maka produktifitas akan meningkat, baik secara ekonomi maupun sosial. “Pemeliharaan kesehatan sangat perlu untuk seluruh lapisan masyarakat. Dengan tingkat pemeliharaan yang tinggi maka akan meningkatkan keadaan sehat dalam lingkungan masyarakat, produktifitas meningkat, sehingga berpengaruh pada peningkatan keadaan sosial dan ekonomi daerah,” ujarnya. Adapun tema yang diangkat oleh mereka adalah “Healthy Life Against Cancer” (Melawan Kanker dengan Hidup Sehat). Hari Kanker Sedunia 2019 (World Cancer Day 2019) ini diisi dengan berbagai kegiatan, diantaranya Seminar Nasional, Simposium Ilmiah, Olahraga (Jalan santai, Bersepeda dan Lari), kemudian Malam Ramah Tamah dan Galang Dana.

Pertanyaannya, cukupkah dengan dilakukan perhelatan ini untuk mencegah meningkatnya penyakit kanker? Karena pada faktanya, perhelatan ini tak hanya dilakukan kali ini saja namun sudah berulang. Namun, justru angka kematian akibat kanker makin meningkat setiap tahunnya. Apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya?

Pandangan Islam mengenai Kesehatan

Islam sebagai agama yang paripurna, sungguh luar biasa dalam memberikan perhatian terhadap persoalan kesehatan, karena kesehatan merupakan salah satu unsur penunjang utama dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT dan bekerja serta aktivitas lainnya. Imam asy-syatibhi dalam Kitabnya Fi Ushul Al-Ahkam, mengatakan bahwa tujuan kehadiran agama Islam dalam rangka menjaga agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Oleh karena itu dalam melaksanakan tujuan kehadiran agama Islam tersebut, maka kesehatan memegang peranan yang sangat urgen. Tanpa adanya kondisi kesehatan seseorang, maka dengan sendirinya berbagai upaya untuk memenuhi kewajiban pokok akan sulit dilaksanakan. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan modal pokok dalam mencapai tujuan kehadiran agama.

Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati. Untuk itu, sejak dini diupayakan agar orang tetap sehat. Menurut para pakar kesehatan, agar orang sehat antara lain dengan mengkonsumsi gizi yang cukup, olah raga cukup, jiwa tenang serta menjauhkan diri dari berbagai penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadist-hadist shahih maupun ayat al-Qur’an. Banyak ulama yang bersepakat ketika kita melakukan ketaatan kepada aturan Allah dan mengikuti sunah-sunah Rasulullah maka salah satu hikmah yang dapat kita rasakan adalah  mendapatkan kesehatan, baik lahir maupun bathin.

Rasulullah saw adalah tauladan terbaik bagi kita. Pola hidup yang biasa beliau lakukan mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi sudah terbukti oleh berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli bahwa pola hidup Rasulullah menjadikan beliau pribadi yang sehat dan kuat. Bahkan selama hidupnya, beliau sangat jarang sekali sakit. Dan yang perlu kita ketahui bahwa, Rasulullah tidaklah melakukan sesuatu kecuali karena wahyu dari Allah. Rasulullah adalah representasi dari Islam. Islam mengajarkan kebersihan dan kesucian mulai dari sekujur badan, makanan, pakaian, tempat tinggal maupun lingkungan. Imam al-Suyuthi, ‘Islam Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari ta’abbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah. Dari ‘Ali ra., dari Nabi SAW, beliau berkata, “Kunci shalat adalah bersuci,” (HR. Ibnu Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi). Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata telah bersabda Rasulullah SAW : ‘Suci itu sebagian dari iman. (Muslim).

Tak hanya itu, Islam memerintahkan agar seorang muslim Menjaga Makanan dan minumannya. Ajaran islam selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal, baik dan halal itu baik secara dzatnya maupun secara mendapatkannya. Allah memerintahkan kita untuk memakan makanan yang halal dan baik sebagaimana dalam Firman Allah SWT di dalam Al-Quran, yang artinya : “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”(Q.S. Al Maidah : 88). Hal ini menunjukkan bahwa makanan merupakan salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan untuk melakukan olah raga. seperti berenang, memanah, berlari, berkuda, bergulat, dan sebagainya. Dalam Islam, sehat dipandang sebagai nikmat kedua terbaik setelah Iman. Selain itu, banyak ibadah dalam Islam membutuhkan tubuh yang kuat seperti shalat, puasa, haji, dan juga jihad. Bahkan Allah sebetulnya menyukai mukmin yang kuat. 

Namun agar seseorang sehat tak hanya cukup dengan dia melakukan pola hidup yang sehat sendiri. Peran serta masyarakat dan Negara pun tak kalah penting. Masyarakat yang abai terhadap pola hidup sehat maka akan mempengaruhi anggota masyarakat yang lainnya. Maka pola hidup sehat ini perlu dilakukan secara bersama-sama sehingga tercipta masyarakat dengan pola hidup sehat. Begitu pun juga Negara, ia memiliki peran yang paling penting. Negara adalah perisai paling penting untuk menjaga masyarakat. Ketika sebuah negara menerapkan aturan Islam maka dia akan menjaga dan mengawasi agar warga negara tetap terjaga kesehatannya, baik secara lahir maupun bathin. 

Suasana keimanan yang diciptakan oleh Negara akan menjadikan masyarakat untuk senantiasa terikat dengan aturan-aturan Islam termasuk dalam pola hidup sehat. Tak hanya itu, Negara juga menjamin kesehatan warga negaranya. Negara berkewajiban untuk menyediakan fasilitas kesehatan bagi warga negaranya baik tenaga medisnya maupun sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Jika Pola hidup sehat sudah menjadi pola hidup masyarakat dan di awasi oleh Negara, maka masyarakat yang sakit termasuk munculnya penyakit-penyakit kanker yang mengerikan seperti saat ini akan sangat mungkin untuk dikurangi bahkan diberantas sampai tuntas. Sehingga biaya kesehatan yang harus dikeluarkan akan sangat mungkin menjadi sangat kecil. Kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahter bukan lagi menjadi impian, tapi bisa diraih dengan mudah. 

Namun, jika kita berharap hal ini pada negara yang menerapkan sistem sekuler kapitalis liberal seperti saat ini, sepertinya hanyalah impian belaka. Oleh karena itu, jika kita mengharapkan masyarakat sehat, bebas dari kanker tiada lain hanyalah dengan menerapkan pola hidup sehat dengan aturan Islam di bawah naungan Negara Khilafah Islamiyah. Wallahu’alam bishowab. [vm]

Posting Komentar untuk "Berantas Kanker Tak Cukup Pola Hidup Sehat"