Dicari Pemimpin Taat, Bukan Cuma Ahli Debat


Oleh : Siti Masliha, S.Pd 
(Aktivis Mulimah Peduli Generasi)

Perhelatan pemilihan Presiden dan wakil presiden di Indonesia semakin hari semakin menghangat. Persiapannya pun sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang didaulat sebagai panitia pelaksana pemilu merancang sedemikian rupa agar rakyat dapat menentukan pilihannya, untuk menjadi pemimpin 5 tahun kedepan. Salah satu cara KPU memperkenalkan capres-cawapres adalah dengan cara debat capres-cawapres. Tujuan dilaksanakan debat ini adalah: pertama, agar publik dapat melihat sejauh mana visi-misi pasangan calon nomor urut 1 dan pasangan calon nomor urut 2 dalam rencananya memimpin bangsa 5 tahun kedepan. Kedua, menjadi refrensi bagi swing  voter (pemilih pemula) untuk menentukan pilihannya. Debat harapannya memberikan hasil yang optimal. Debat merupakan salah satu rangkaian kegiatan pilpres yang bukan bersifat ritual untuk memenuhi aturan prosedural UU pemilu. Melainkan juga sangat penting untuk menguji kapasitas dan ketajaman visi-misi dari masing-masing kandidat untuk memproyeksikan indonesia ke depan.

Debat pertama telah dilakukan. Pada debat capres-cawapres 2019 kali ini berbeda dengan debat capres-cawapres tahun sebelumnya. Pada debat kali ini kedua paslon akan lebih dulu menerima daftar pertanyaan yang akan diajukan panelis beberapa hari sebelum hari H. Hal ini berdasarkan persetujuan kedua timses. Publik tidak menangkap visi dan misi dari para kandidat. Perdebatan calon hanya bersifat sensasi minim substansi. Lembaga yang bertanggung jawab untuk melakukan perubahan format debat ini adalah KPU. KPU harus punya format yang tepat agar substansi debat dapat ditangkap oleh masyarakat dan tujuan debat dapat tercapai.


Mekanisme Debat dalam Islam

Debat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Dalam bahasa arab debat di sebut jiddal/hijaj. Suatu ciri khas dalam debat adalah adanya alasan yang dikemukakan oleh dua pihak yang saling berdebat. Dalam debat ada dua unsur yang terkandung sekaligus. Pertama, meruntuhkan alasan orang lain seraya membangun alasan alasan pemikiran kita. Kedua, menentang hujjah orang lain kemudia menegakkan penjelasan-penjelasan yang mengokohkan pemikiran tanpa diserta aktivitas lain seperti fisik dan otot. Sehingga dari hasil debat tampak mana yang batil dan mana yang haq. 

Debat dalam arti ini tentu saja positif. Debat untuk menelanjangi kebatilan seraya menunjukkan kebenaran sebagai salah satu cara untuk menyampaikan Islam secara nyata. Merupakan perkara yang terpuji Allah telah memberikan banyak gambaran bgaimana orang-orang kafir mendebat para nabi-Nya. Dulu Namrudz, penguasa Babilonia mendebat Nabi Ibrahim. Perdebatan tersebut terdapat di dalam Al-quran surat Al-Baqarah 258
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan)? Ketika itu Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan." Orang itu berkata, "Aku dapat menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata, "sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dari barat. "Lalu terdiamlah orang kafir itu. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.

Jika dikomparasikan antara debat dalam pandangan islam dengan debat capres dan cawapres maka kita bisa tarik beberapa ketidakefektifannya:

1. Debat adalah untuk meruntuhkan opini yang salah serta membangun opini yang benar. Dalam debat capres dan cawapres ini banyak hal-hal yang sudah jelas dillarang dalam al quran masih diperdebatkan. Misalnya masalah penegakan HAM. Ini jelas sudah tidak boleh perdebatkan lagi karena HAM bertentangan dalam Islam.

2. Dalam islam tidak boleh mempertontonkan otot dan fisik. Jika kita lihat debat capres-cawapres adu otot sangat terasa sekali (saling ngotot) diantara calon presiden dan wakil presiden. Kedua kubu seolah tidak mau kalah untuk mempertahankan pendapatnya. Saling serang diantara calon sangat kentara dalam debat.

3. Jika kita berkaca pada debat pelimihan presiden 2014 5 tahun lalu. Pasangan calon banyak mengobral janji. Tapi setelah kita rasakan kepemimpinanya kita tidak merasakan manisnya janji-janji tersebut. Rakyat "dikibuli" demi meraup suara rakyat. Ketika menang rakyat ditinggalkan. Janji tinggal janji.

Jelas debat capres dan cawapres untuk memilih pemimpin 5 tahun yang akan datang tidak efektif dan tidak membuahkan hasil. Tujuan debat tidak sampai pada rakyat dan rakyat masih bingung menentukan pilihannya.

Memilih Pemimpin Taat

Ketika Islam mewajibkan umat Islam untuk mengangkat seorang pemimpin bagi mereka, maka Islam juga menentukan metode (cara) pengangkatan yang harus dilaksanakan untuk mengangkat pemimpin. Metode ini ditetapkan ditetapkan dalam Al quran, sunnah, ijma' shahabat dan qias. Metode itu adalah baiat. Baiat adalah sumpah setia rakyat kepada pemimpin untuk diatur dengan aturan Allah dan rakyat ridho dipimpin baik dalam kedaaan senang maupun susah.

Dengan demikian dengan bait seorang pemimpin memerintah berdasarkan Al quran dan sunnah. Seorang pemimpin wajib taat pada aturan Allah. Pemilihan pemimpin dalam sistem islam tidak ribet dan tidak membutuhkan biaya yang mahal. Saatnya kita sekarang kembali kepada sistem islam untuk mencari pemimpin yang taat, bukan pemimpin yang ahli debat. [vm]

Posting Komentar untuk "Dicari Pemimpin Taat, Bukan Cuma Ahli Debat"