URGENSITAS WAKTU ; Penentu Kehidupan Dunia dan Akherat
Oleh : Ahmad Sastra
Salah satu pokok nikmat yang sangat berharga adalah waktu. Waktu adalah usia kehidupan manusia. Waktu adalah medan eksistensi manusia, apakah menjadi manusia baik atau jahat. Al Qur’an banyak menceritakan perihal urgensi waktu, ketinggian tingkatannya dan pengaruhnya yang besar terhadap kehidupan manusia.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika ialah yang kamu hendak sembah [QS Al Fushilat : 37].
Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang dan Dialah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui [QS Al An’am : 13]
Bahkan Allah mencela orang-orang kafir dikarenakan mereka menyia-nyiakan waktu hidupnya. Orang kafir mengisi waktu hidupnya dengan sia-sia yakni senantiasa melakukan kekufuran. Allah bahkan memberikan waktu hidup kepada orang kafir agar bertobat dari kekufuran menuju keimanan.
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan Kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". dan Apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan ?. Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun [QS Fathir : 37].
Allah telah memberikan uzur atau perpanjangan umur bagi manusia yang telah mencapai umur 60 tahun. Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “ Allah telah memberikan uzur kepada seseorang dengan memanjangkan umurnya hingga mencapai usia enam puluh tahun’
Diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya (II : 417) dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda, “ Barang siapa yang Allah panjangkan umurnya selama enam puluh tahun, Sungguh dia telah diberikan uzur dalam hal umur kepadanya.
Makna uzur dalam hadist ini maknanya adalah bahwa Allah telah menghilangkan peluang uzurnya, dan tidak lagi memberikan kesempatan uzur kepadanya, karena Allah telah memberikan uzur itu sepanjang umurnya.
Karena urgensi waktu ini pula, Allah dalam Al Qur’an sering bersumpah dengan menggunakan waktu.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al ‘Ashr : 1-3)
Maka Sesungguhnya aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya (QS Al Insyiqaq : 16-17). Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang (QS Al Lail : 1-2). Dan malam ketika telah berlalu dan subuh apabila mulai terang (QS Al Muddatstsir : 33-34)
Demi waktu matahari sepenggalahan naik dan demi malam apabila telah sunyi (gelap). Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS Adh Dhuha : 1-3). Maksudnya ayat ini adalah ketika turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. terhenti untuk sementara waktu, orang-orang musyrik berkata: "Tuhannya (Muhammad) telah meninggalkannya dan benci kepadaNya". Maka turunlah ayat ini untuk membantah Perkataan orang-orang musyrik itu.
Imam Fakhrurrazi menafsirkan surat dhuha dengan menekankan akan pentingnya waktu bagi kehidupan manusia. Sebab, dalam waktu mengandung berbagai keajaiban. Di dalamnya terdapat rasa senang dan susah, sehat dan sakit, kaya dan miskin. Dan juga, umur tidak bisa diukur dengan waktu, dalam hal mahalnya harga umur itu.
Dengan umur yang sangat pendek di dunia, namun bisa menentukan nasib manusia kelak di akherat. Dalam rentan umur selama hidup di dunia, manusia bisa menjadi orang beriman dan mendapatkan surga kelak di akherat. Namun, dengan waktu pula, manusia bisa terjerumus dalam kekafiran dan kemunafikan yang mengantarkan dirinya kepada siksa api neraka.
Imam Fakhrurrazi berpesan bahwa jika manusia diberikan umur sepanjang seribu tahun, tapi menyia-nyiakan, namun diakhir hidupnya bertobat, maka akan mendapatkan husnul khotimah. Maka, cara terbaik untuk mencapi akhir umur yang husnul khotimah adalah dengan istiqomah beramal sholeh, sebab datangnya kematian bisa kapan saja.
Oleh sebab itu, sebagai seorang beriman yang percaya kepada Allah dan bertakwa yang tunduk sepenuhnya kepada syariah dan perintahNya, maka sudah semestinya mengisi umurnya dengan berbagai kebaikan. Diantara kebaikan itu adalah ibadah, belajar, dakwah, bekerja dan berjuang. Beberapa ayat berikut menunjukkan hal itu.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS Adz Dzariyyat : 56). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS Al ‘Alaq : 1-5).
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS Al Fushshilat : 33).
Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At Taubah : 105)
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS Muhammad : 7).
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih ?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
Sebagai penutup, maka hendaknya seorang muslim atau manusia pada umumnya, pastikan diri ini menjadi orang yang beriman dan bertakwa, tunduk dan patuh secara totalitas atas syariah Allah. Jangan pernah membuat hukum sendiri dan mengatur Allah.
Waktu itu bagai pedang, maka isilah dengan ibadah. Waktu bukan uang yang mendorong manusia hanya memuja harta dan tahta. Sebab kematian telah siap menanti dan manusia harus berhadapan dengan pengadilan Allah. Dihadapan Allah kelak, semoga kita menjadi pejuang agamaNya hingga diberikan surga, jangan sampai menjadi penghalang agamaNya hingga mendapat siksa neraka. Amiin. [vm]
Posting Komentar untuk "URGENSITAS WAKTU ; Penentu Kehidupan Dunia dan Akherat "