Dua Anak, Cukup?
Oleh: Annida K. Ummah, S.Pd
Indonesia tengah memperingati hari keluarga. Acara yang dilakukan 29 Juni 2019 berlangsung di kota Banjarbaru – Kalimantan Selatan. Berbagai kegiatan digelar dalam mewarnai peringatan Harganas, baik pra puncak peringatan maupun pasca acara. Diantaranya Festival Penggalang Ceria, GenRe Edu Camp, One Stop Service pelayanan untuk anak-anak, One Day for Children untuk anak-anak terlantar.
Beberapa kegiatan seminar tentang kependudukan dan perkawinan anak mencapai 30 persen di Kalimantan Selatan hingga lomba pencegahan perkawinan anak juga dilakukan. Selain itu, untuk meningkatkan kesertaan KB jangka panjang, diadakan pelayanan KB gratis untuk pasangan usia subur. Gelanggang dagang juga ikut digelar, dengan menghadirkan kelompok UPPKS dan UMKM, dengan diikuti ratusan unit Usaha Kecil Menengah (UKM).
Melihat rangkaian kegiatan yang diatas, generasi muda menjadi target utama bagi pemerintah. Sebenarnya tidak perlu khawatir akan banyaknya anak, namun yang perlu diperhatikan adalah kualitas anak – baik sedikit atau banyak. Sebab dengan kondisi kehidupan sekuler seperti sekarang, sangat riskan bagi generasi untuk terpengaruh kehidupan gaya Barat. Hidup bebas bergaya hedonis mewarnai generasi di sistem saat ini. Alhasil wajar jika generasi saat ini cenderung menyukai euphoria, dan pribadinya sangat rapuh. Disisi lain pergaulan bebas terjadi, kehamilan diluar nikah menjadi hal biasa, bahkan jumlah aborsi meningkat. Gambaran kehidupan generasi yang jauh dari harapan bersama.
Solusi untuk meningkatkan kualitas generasi bukan dengan membatasi jumlah anak. Tetapi memprogram sejumlah anak agar menjadi manusia berkualitas yang mampu melanjutkan estafet kehidupan. Memiliki dua orang anak yang sehat, cerdas, dan pendidikannya berlanjut kejenjang tertinggi adalah baik. Namun hal itu sungguh disayangkan untuk orang-orang yang memiliki kemampuan berlebih. Pasangan yang hidup berpendidikan dan berkecukupan, misalnya, harus lebih banyak menghasilkan generasi yang berkualitas, sebab mereka mampu. Sangat disayangkan jika mereka hanya berkontribusi dua orang saja terhadap pertumbuhan bangsa.
Bagi seorang muslim, memiliki dua anak belum tentu cukup. Sebab ada nilai yang memang tumbuh di jiwa kaum muslim yakni fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan). Sehingga seorang muslim akan senantiasa memberikan yang terbaik dari upaya totalitas mereka. Begitu juga dengan generasi, mereka akan berkontribusi maksimal dalam perkembangannya. Bukan hanya kuantitasnya, kualitasnya juga turut diperhitungkan. Sehingga generasi semisal Alkhawarizmi, Maryam Astrulabi, atau sosok Khalid bin Walid bisa hadir. Perempuan yang berperan sebagai ibu dan pengatur rumahtangga akan betul-betul memperhitungkan pendidikan anak-anaknya. Sehingga anak-anaknya mampu menjadi sosok yang dirindu peradaban.[vm]
Posting Komentar untuk "Dua Anak, Cukup?"