'Deddy Corbuzier' Hidayah Merengkuh Jiwa


Oleh : Isnawati

Nikmat yang terbesar di dunia adalah ketika mengenal kebenaran yaitu Islam. Islam adalah agama yang mampu memberikan jalan menuju kebenaran dan keselamatan mulai dari kehidupan di dunia sampai menuju kebahagiaan akhirat, Islam bukan sekedar agama tapi pandangan hidup dan Deddy Corbuzier adalah salah satu penjemput kebenaran.

Peristiwa Deddy Corbuzier pindah agama dari katolik ke Islam sedang ramai diperbincangkan, apa lagi setelah dua kalimat syahadat diikrarkannya pada tanggal 21 Juni 2019 selepas sholat Jumat di Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman Yokyakarta, suasana haru dirasakan puluhan jamaah serta awak media yang hadir, ucapan takbir sebagai tanda syukur terucap dari para jamaah. (liputan6.com 21 Juni 2019 ).

Merengkuh hidayah Islam dalam jiwa untuk dijadikan sebagai pandangan hidup atau jalan hidup tiap individu tentu medannya berbeda-beda termasuk Deddy Corbuzier. Sebagaimana kita ketahui Deddy Corbuzier adalah seorang mentalis atau pesulap, artis yang terkenal dimana halangan dan rintangan dalam menerima kebenaran Islam jauh lebih sulit. Bermula dari kedekatannya dengan Gus Miftah, keduanya sering diskusi mengenai banyak hal tentang kehidupan mulai dari ajaran Islam hingga gaya hidup. Keakraban itu membuahkan perubahan besar pada diri Deddy Corbuzier, dia pun mantap menjadi mualaf.

Suatu perubahan apa lagi perubahan landasan hidup haruslah perubahan yang hakiki, Islam memandang perubahan agama bukan hanya sekedar tadinya tidak sholat menjadi sholat, tidak puasa menjadi puasa karena Islam adalah jalan bukan hanya sebuah agama yang hanya dipeluk dan diyakini tapi membutuhkan aplikasi menuju satu tujuan.

Jalan Islam artinya tempat melangkahkan hati dan pikiran sesuai dengan peraturan dan rambu-rambu yang ada untuk dipatuhi dan diamalkan agar bisa menunaikan kewajiban dalam beribadah, bermasyarakat bahkan bernegara. Siapapun yang sudah mengikrarkan diri sebagai umat Islam tidak boleh menerima sebagian peraturan dan menolak peraturan yang lain.

Mematuhi dan mengamalkan peraturan Islam tentunya membutuhkan bimbingan karena tujuan mencetak mualaf bukan menjadikan mereka selamanya menjadi mualaf namun mempersiapkan mereka untuk betul-betul hidup sebagai muslim sejati yang terpaut dan dilembutkan hatinya agar mampu, mau menjalankan perintah dan larangan Allah dengan ikhlas, penuh kesadaran akan kewajiban.

Bimbingan pada para mualaf sangat penting sebab bagi sebagian kalangan, memutuskan untuk menjadi seorang mualaf merupakan sesuatu yang tidak mudah, pergulatan batin cukup panjang, sangat luar biasa, hati terasa bergemuruh.

Usaha untuk menundukkan hati, menerima dan meyakini ajaran baru dengan segala konsekwensinya yang harus dipatuhi dan diamalkan membutuhkan kesadaran yang penuh. Kehilangan pekerjaan, dikucilkan dari keluarga atau teman-teman adalah bagian dari resiko yang harus dinikmati. Disinilah kewajiban negara dan saudara sesama muslim harus hadir untuk menjaga dan melindungi aqidah mualaf khususnya dan umat pada umumnya.

Menjaga dan melindungi aqidah umat oleh negara yang menganut demokrasi sekulerisme tentu adalah hal yang tidak mungkin sebab agama merupakan hak pribadi siapapun tidak boleh ikut campur, tugas negara bukanlah menjaga aqidah umat melainkan meningkatkan APBN melalui pajak dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan umat padahal keberkahan dalam bernegara terletak pada keimanan dan ketaatan pada Sang Pencipta sekaligus Pengatur kehidupan.

Landasan Iman dan ketaatan pada Sang Pencipta inilah yang berhasil dicampakkan oleh sekulerisme hari ini. Kesadaran bahwa aqidah merupakan asas dan pondasi dalam pembangunan peradaban berbangsa dibuang jauh-jauh padahal aqidah bagaikan akar bagi pohon, suatu negara tidak bisa tegak tanpa landasan yang kuat dan benar yaitu Alqur`an dan Assunnah.

Kedudukan aqidah adalah sebagai pemersatu pikiran, perasaan dan aturan agar umat tidak bercerai berai seperti saat ini untuk menjadi mualaf harus berjuang sendiri demi merengkuh hidayah iman.

Hidayah adalah kandungan dari syahadat yang menjadi syarat utama masuk Islam, mendampingi, menunjukkan, menyampaikan agar bisa mengamalkan adalah tanggug jawab semua umat Islam terutama negara. Mualaf tidak boleh dibiarkan mengurus dirinya sendiri, pembinaan pada mualaf harus menyentuh pada kebutuhan khusus yang meliputi informasi yang benar dalam mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh bukan sekedar ibadah ritual saja.

Pengajaran agar bisa mengamalkan Islam secara utuh membutuhkan negara sebab negaralah yang mampu dan boleh memberikan kewenangan pada lembaga-lembaga dakwah untuk menyampaikan Islam secara intensif tentu tanpa asumsi adanya Islam radikal atau Islam nusantara karena hakekatnya Islam adalah satu Laa Ilaa Haillallah.

Kualitas dan kuantitas umat Islam harus terus dipupuk dan ditingkatkan guna mewujudkan negara yang kuat, mandiri dan bermartabat dimata dunia. Kewajiban mewujudkannya ada dipundak kita semua, apakah kita akan diam tidak mau tahu ? ataukah kita tidak ingin tahu ? atau menjadi bagian dari mereka yang menyampaikan kebenaran Islam walau satu ayat ? semua pasti akan dipertanggung jawabkan kelak dihari akhir.

"Sesungguhnya orang-orang yang menyatakan," Tuhan kami adalah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan," Janganlah kalian takut dan janganlah merasa sedih, gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu." ( QS. Fussilat ayat 30 ). Wallahu a`lam bis asawab. [vm]

Posting Komentar untuk "'Deddy Corbuzier' Hidayah Merengkuh Jiwa"