Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perusahaan Jerman Terlibat Ekspor Senjata Kimia ke Suriah


VisiMuslim - Meskipun ada sanksi Uni Eropa, perusahaan-perusahaan Jerman terlibat dalam ekspor senjata kimia ke Suriah yang dipergunakan oleh rezim Bashar Al-Assad ketika di negara itu berkecamuk perang, demikian menurut sebuah laporan media hari Selasa (25/6/2019).

Dilansir DW, ekspor zat kimia grade senjata itu diungkap dalam laporan koran Süddeutsche Zeitung, lembaga penyiaran publik Bayerischer Rundfunk, dan kelompok media asal Swiss Tamedia.

Menurut laporan itu, perusahaan dagang Jerman Brenntag AG mengekspor bahan-bahan kimia isopropanol dan diethylamine ke Suriah pada tahun 2014 lewat sebuah anak perusahaan di Swiss. Penerima kiriman zat kimia itu adalah sebuah perusahaan kimia Suriah yang memiliki kaitan dengan rezim Presiden Bashar Al-Assad.

Para reporter mengungkap bahwa diethylamine diproduksi oleh perusahaan kimia raksasa Jerman BASF di pabriknya yang berada di kota Antwerp, Belgia. Sedangkan isopropanol dibuat oleh Sasol Solvents Germany GmbH yang berlokasi di Hamburg.

Meskipun bahan-bahan kimia itu biasa digunakan pabrik farmasi untuk membuat obat, tetapi juga dapat digunakan untuk membuat senjata kimia dan gas saraf seperti VX dan gas sarin.

Gas sarin, khususnya, telah digunakan dalam serangan-serangan yang dilakukan oleh rezim Bashar Al-Assad selama perang beberapa tahun terakhir. Perserikatan Bangsa-Bangsa mendapati bahwa gas sarin yang digunakan dalam serangan tahun 2017 dibuat dengan menggunakan isopropanol. Serangan yang dilakukan di kota kecil Khan Sheikhoun itu menewaskan puluhan orang.

Brenntag AG mengkonfirmasi bahwa pengiriman bahan-bahan kimia tersebut ke Suriah ditangani oleh anak perusahaannya di Swiss “sesuai dengan hukum yang berlaku ketika itu,” lapor Süddeutsche Zeitung.

Menyusul banyaknya laporan penggunaan senjata kimia oleh rezim Assad dalam perang sipil di Suriah, Uni Eropa memberlakukan pembatasan ekspor bahan mentah yang dapat digunakan untuk membuat senjata kimia.

Otorisasi formal diwajibkan sejak 2012 untuk ekspor diethylamine, dan sejak 2013 untuk isopropanol.

Peraturan itu tidak hanya berlaku untuk ekspor langsung ke Suriah, tetapi juga penjualan tidak langsung melalui negara-negara seperti Swiss.

Kanotr Federal Perekonomian dan Pengawasan Ekspor Jerman, yang bertanggung jawab mengeluarkan izin ekspor semacam itu, mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah mengeluarkan izin apapun untuk bahan-bahan kimia itu pada waktu yang dipermasalahkan tersebut.

Keterlibatan perusahaan-perusahaan Jerman dalam ekspor tahun 2014 ini kontroversial, mengingat Suriah pada tahun yang sama memusnahkan cadangan senjata kimianya dengan sengaja, menyusul tudingan dari masyarakat internasional perihal penggunaan zat kimia oleh rezim Suriah dalam peperangan di negaranya.

Kejaksaan di kota Essen, di mana Brenntag AG berada, mengatakan bahwa pihaknya sedang mencari tahu kemungkinan untuk dilakukannya investigasi formal terhadap masalah itu. Kejaksaan di Belgia juga melakukan hal serupa.

Tiga lembaga swadaya masyarakat yang telah mengajukan gugatan kriminal terkait ekspor bahan-bahan kimia tersebut antara lain Syrian Archive yang berbasis di Berlin, Trial Internasional yang bermarkas di Seiss dan Open Society Justice Initiative yang berkantor pusat di New York.

“Pihak berwenang harus melakukan investigasi besar-besaran untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang mengetahu (soal ekspor bahan kimia) itu pada saat itu,” kata James Goldstone dari Open Society Juctice Initiative kepada Beyerischer Rudfunk. “Tujuan kami di sini adalah memastikan agar kebenaran bisa terungkap,” imbuhnya.[vm]

Sumber : hidayatullah

Posting Komentar untuk "Perusahaan Jerman Terlibat Ekspor Senjata Kimia ke Suriah"

close