Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Adab yang Dilupakan Pelajar


Oleh : Zaki (Pengamat Sosial)

Viralnya video murid bersepeda di dalam kelas serta murid yang mengancam gurunya dengan parang lagi-lagi menjadi bukti gagalnya sistem pendidikan negeri ini dalam membentuk adab pelajar. Walau pemerintah sudah menerbitkan Perpres No 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, namun pengaruhnya tak menunjukkan hasil signifikan. Mirisnya, adab para pelajar kini semakin menggila.

Hal ini terbukti dari data yang dimuat KPAI bahwa, angka kelakuan anak, sebagai pelaku bullying, terhadap guru dan kemudian divideokan serta viral mengalami peningkatan drastis di tahun 2019 (KPAI, 2019). Parahnya, hilangnya adab para pelajar dalam menuntut ilmu bukan hanya permasalahan nasional, namun sudah merupakan krisis global. Contohnya saja di Australia, berdasarkan survei yang dilakukan pada 560 guru di tahun 2018, 80%  responden pernah menjadi korban pembulian pelajar atau orang tuanya dalam 9-12 bulan terakhir. Ini tak hanya terjadi di Australia, tetapi juga New Zealand, Luxembourg,  United States, Slovakia, Afrika Selatan, Taiwan dan Finland (Theconversation.com, 2019).

Sungguh wajar hal ini terjadi di negara-negara kapitalis-liberal. Segudang aturan yang dibentuk pemerintah maupun pihak institusi akan selalu mengahadapi kesulitan dalam membangun generasi. Sebab kapitalis-liberal lah yang membuat tujuan murid dalam menuntut ilmu menjadi bias, termasuk juga motivasi dan adabnya. Paradigma kesejahteraan dalam kapitalis telah menuntut masyarakat untuk berusaha mendapatkan materi atau uang sebanyak-banyaknya. Salah satu caranya ialah dengan menempuh pendidikan yang tinggi. Sebab, semakin tinggi pendidikan, semakin terjamin peluang kerja di masa yang akan datang. Maka tak heran, motivasi dalam belajar pun kebanyakan ialah berupa tuntutan dan keterpaksaan. Hal ini berujung kepada timbulnya rasa malas serta stress para pelajar. Tak adanya minat membuat hilangnya rasa para pelajar dalam menghargai  ilmu dan hal ini berimbas pula kepada para pengajarnya.

Sedangkan dalam Islam, ilmu dipandang sebagai sarana untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Sehingga tujuan, motivasi dan adab para pelajar dalam menuntut ilmu berbeda drastis dengan era kapitalis-liberal. Semakin banyak ilmu, maka semakin sadarlah seseorang bahwa dia hanyalah hamba Allah yang tak memiliki daya. Inilah hakikat yang seharusnya ada dalam diri setiap Muslim. Maka benarlah pribahasa yang mengatakan bahwa padi semakin berisi semakin pula ia merunduk. Oleh karena itu, sungguh aneh jika seseorang, khususnya muslim, memiliki banyak ilmu namun yang tampak adalah kesombongan. Maka jadilah ilmu itu tidak berkah. Selama ilmu itu bisa mendekatkan diri kepada Allah, maka tak melihat lagi dari siapa ilmu itu berasal. Tak memandang lagi usia, status pendidikan maupun latar belakang lainnya. 

Begitulah Islam mengajarkan manusia untuk selalu menghargai ilmu dan mencarinya dengan dorongan taqwallah. Bukan hanya menghasilkan generasi cemerlang secara intelektual, namun juga tercermin dalam tingkah lakunya yang santun.

Selama kapitalis-liberal masih meracuni pemikiran, niscaya akan habislah adab dan moral masyarakat. Krisis adab internasional menuntut dilakukannya suatu perubahan global yang berawal dari akar. Yakni dengan mengubah sistem kapitalis-liberal dengan sistem Islam Rahmatan lil Alamin. [www.visimuslim.org]


Posting Komentar untuk "Adab yang Dilupakan Pelajar"

close