Kritisi Sistem Pendidikan Sekuler Menuju Revolusi Pendidikan Islam


Oleh : Iiv Febriana

Teguran berujung maut. Beberapa waktu yang lalu Alexander Warupangkey (54), seorang guru di SMK Ichtus, Manado, Sulut, dikeroyok dan ditikam hingga tewas oleh muridnya sendiri. Alasannya kesal karena ditegur gurunya Alexander Warupangkey saat merokok. Tersulut emosi, pelaku mengambil pisau dari rumah, lalu menikam gurunya hingga akhirnya tewas dalam penanganan medis.(news.detik.com, 26/10/2019)

Kasus semacam ini bukanlah hal baru. Potret buram pendidikan dengan berbagai macam kasusnya telah menoreh duka panjang dunia pendidikan. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis hasil pengawasan dan pengaduan kekerasan di lembaga pendidikan. Sejak bulan Januari hingga Oktober 2019, tercatat 127 kasus kekerasan yang terdiri dari kekerasan fisik, psikis dan seksual. (nasional.tempo.co.id, 30/10/2019)

Di saat yang lain, Presiden Jokowi saat mengamanahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru kepada Nadiem Makarim menginginkan pendiri Gojek itu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) siap kerja dan usaha. Harapannya agar link and matched antara pendidikan dan industri. (kumparan.com, 23/10/2019)

Paradigma Kapitalisasi Pendidikan

 Keberhasilan sistem pendidikan dapat dilihat daru output yang dihasilkannya. Sejatinya seorang guru menjadi cerminn bagi siswa didiknya dan siswa adalah aset masa depan suatu bangsa. Jika fungsi ini hilang maka negara sedang menuju kehancurannya sendiri. Revolusi mental yang digagas pemerintah faktanya tak mampu membendung kerusakan yang sudah mengakar. 

Tak heran, karena hal yang paling menonjol dalam sistem kapitalis sekuler adalah cara pandangnya terhadap segala hal adalah di dasarkan pada manfaat atau hasil yang di dapat. Sehingga dalam memandang sistem pendidikan pun sistem ini menganggpanya sebagai ladang komoditas.

Dalam bidang keilmuan, nilai sebuah ilmu dilihat dari kemampuannya menghasilkan banyak materi. Maka bidang keilmuan, semisal bahasa Inggris dan Mandarin, yang “laris manis” karena dibutuhkan dalam memenuhi syarat dalam dunia kerja. Dan tentunya untuk mendapatkannya pun tak murah, semakin dia dibutuhkan makan makin mahal dana yang harus dikeluarkan, karena begitulah sistem ekonomi yang berlaku.

Dengan cara pandang ini maka tidak heran jika kualitas output sistem pendidikan saat ini adalah manusia-manusia yang berisi otaknya tapi kosong hatinya. Hal ini semakin diperparah dengan tergerusnya nilai-nilai agama dari materi pendidikan akibat adanya sekulerisasi yang tersistem. Jikalau diberikan itu pun hanya berfungsi sebagai pelengkap saja tidak akan berpengaruh pada insan-insan pelajar.

Revolusi Pendidikan Islam

Meluruskan mindset pendidikan sangatlah penting, sebab dari sanalah kerangka berpikir itu lahir. Tatkala mindset pendidikan kita berpijak pada kapitalisme, maka kerangka yang lahir dari mindset ini adalah bagaimana menjadikan pendidikan sebagai komoditas yang menguntungkan dan memiliki nilai manfaat lebih.

Minset Islam berangkat pada misi penciptaan manusia sebagai pemimpin (khalifah) di muka bumi. Sehingga sistem pendidikan diarahkan pada kesuksesan meraih tujuan penciptaan ini.

Hal ini kemudian berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan, dan interaksi di antara semua komponen penyelenggara pendidikan. Dia tidak memisahkan agama dari sains. Sehingga kita jumpai banyak ilmuan dan penemu di dunia Islam yang tak hanya ahli dalam ilmu eksak tapi juga ulama yang faqih fiddin. 

Sebutlah Imam Syafi’i. Tak hanya ahli ushul fikih, beliau juga fakih dalam ilmu astronomi. Ada pula Ibnu Khaldun yang tak hanya ahli dalam bidang ekonomi, sejarah dan politik . Beliau pun hafal Alquran sejak usia dini. Lalu ada Ibnu Sina, sang bapak kedokteran sekaligus ahli filsafat, Jabir Ibnu Hayyan ahli kimia, Ibnu al-Nafis bapak fisiologi peredaran darah, dan masih banyak lainnya.

Maka dari itu, bila ingin mengembalikan generasi emas kejayaan Islam di masa lalu, maka mau tidak mau harus mengadopsi sistem yang diterapkan kala itu. Sistem pendidikan Islam telah membuktikan generasi unggul tidak lahir dari sekularisme. Generasi unggul hanya lahir dari sistem yang berlandaskan akidah Islam.

Fakta membuktikan bahwa pendidikan di bawah asuhan kapitalisme dan sekularisme hanya memproduksi manusia-manusia minus nurani. Revolusi mental hanya akan terwujud nyata tatkala Islam menjadi aturan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Paket lengkap itu hanya bisa diterapkan dengan tegaknya Khilafah Islamiyah. Wallahu a’lam. [www.visimuslim.org]

Posting Komentar untuk "Kritisi Sistem Pendidikan Sekuler Menuju Revolusi Pendidikan Islam"