Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Diskusi Umum Tabloid Media Umat: Refleksi 2019 dan Prediksi 2020


Jakarta- Visi Muslim-Alhamdulillah kegiatan Refleksi 2019 & Prediksi 2020 oleh Panitia Tabloid Media Umat sukses dilaksanakan. Sekitar 300 Tokoh dan Elemen Umat Islam memenuhi Aula Hotel Sofyan Tebet Jakarta Selatan pada Kamis, 26 Desember 2019.

Semoga setiap langkah kaki peserta, panitia dan pemateri ke tempat acara dalam rangka membahas Problematika Umat dan Solusinya, Allah SWT limpahkan rahmat dan pahala-Nya. Semoga ada pencerahan baru yang bisa dibawa dan disebarkan kepada Kaum Muslimin yang lain.

Hadir sebagai pembicara Ustadz Edi Mulyadi (Wartawan Senior, Pengamat Ekonomi dan Pengurus PA 212), Professor Suteki (Ahli Hukum dan Tata Negara, Dosen Pengajar Pancasila) & Ustadz Muhammad Ismail Yusanto (Tokoh Ulama, Juru Bicara Pejuang Islam Syariah dan Khilafah). Acara ini didampingi Host Ustadz Farid Wajdi (Redaktur Media Umat) sebagai Host dan Ustadz Ali Baharsyah sebagi MC (Pernah menjabat sebagai Ketua BKLDK/Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus Nasional).

Refleksi 2019

Menurut Prof. Suteki, Indonesia sama seperti negeri Kaum Muslimin yang lain. Masih terjajah dan terpuruk dalam segala bidang. Di bidang hukum, tidak ada keadilan. Hukum seperti pisau dapur. Tajam ke bawah tetapi tumpul ke atas.

Beliau mengutip buku "on the rule of law" yang menyatakan bahwa Negara pun bisa menggunakan hukum sebagai alat kekuasaan. Negara hukum berubah menjadi "Police State" dimana hukum digunakan sesuai selera rezim.

Di bidang prolegnas Undang-Undang yang dihasilkan oleh Anggota Dewan masih sangat rendah yaitu hanya 20an UU (10% dari target). Secara Kualitas, UU yang ada masih pro terhadap para kapitalis. Beliau juga menambahkan ada 4 faktor dimana sebuah ideologi bisa collaps (runtuh) yakni inkonsistensi antara ide, nilai dan pelaksanaan; beda tipis antara kapitalis dan sosialis; tidak move on (berkembang); dan proponen opportunis (pendukung ideologinya pragmatis).

Pembicara kedua Ustadz Edi Mulyadi mengatakan di bidang ekonomi, Indonesia adalah negara jajahan. Semua kena pajak kecuali "kentut" dan "buang ludah". Freeport hanya membayar royalti 1,5 %. Freeport tidak membangun smelter yang seharusnya wajib dibangun menurut UU. Smelter tidak dibangun karena takut ketahuan barang tambang apa saja yang dieksploitasi.

Hutang Indonesia sangat melambung tinggi yaitu 400,6 M Dollar atau Rp.5.008 Trilyun. Bunga hutang Indonesia 216 Trilyun. 

Mahzab Ekonomi Neolib masih jadi sistem ekonomi negeri ini. Pembangunan infrastruktur hanya jadi lahan bisnis. Sebanyak dana bayar utang 691 Trilyun tidak dimunculkan dalam APBN.

Sedangkan menurut Ustadz Ismail Yusanto segala macam persoalan yang terjadi di negeri ini karena umat tidak bisa menghubungkan antara persoalan, analisis dan solusinya. Semua dipengaruhi oleh sistem ekonomi neoliberal. Biasanya terapi penyakit umat akan sukses bila diagnosisnya benar.

Prediksi 2020

Ketiga pembicara yakin bahwa ketika sistem kapitalis masih dipakai maka Indonesia akan madesu (masa depan suram) & madesep (masa depan nyungsep). 

Isu radikalisme tetap akan menjadi jualan paling laku pada tahun 2020. Setelah ASN yang menjadi sasaran tembak, maka tiga komponen negeri akan diserang yaitu Kampus, Pesantren dan Masjid. Siapapun yang berbicara dan membela Islam akan dianggap radikal.

Sesi Diskusi

Beberapa pertanyaan diberikan kepada para narasumber. Misalnya bagaimana solusi untuk Umat yang sedang berjuang sendirian. Di saat semua bidang dikuasai oleh orang-orang pragmatis misalnya hukum yang tidak adil, ekonomi yang dikuasai asing dan banyak parpol yang tidak pro Umat. Ada juga yang menyoroti ekonomi dalam negeri dikuasai oleh perusahaan asing misalnya air mineral semua dari pabrik luar negeri.

Sebagai tanggapan, Professor Suteki mengatakan perlu adanya empowering atau pemberdayaan Umat. Umat harus menjadi creative minority (minoritas kreatif) dan agent of change, to be radical agent (agen perubahan, agen yang radikal) dengan memperkokoh aqidah dan menegakkan Khilafah. Umat harus menjadi pencinta ilmu dan kuat ibadahnya serta bersifat Zuhud. 

Professor juga mengkritisi sikap politik luar negerinya bebas aktif tapi sangat tidak tegas rezimnya terhadap Cina. Sedangkan Ustadz Edi Mulyadi mengatakan bahwa ekonomi yang sekarang gagal. Edi Mulyono pernah membangun sistem ekonomi Pancasila. Namun "ambyar" tak bisa mengatasi permasalahan ekonomi. Oleh karena itu Umat harus membangun awareness (kepedulian) untuk membangun sistem ekonomi yang kuat yang bersumber dari sistem yang sangat kuat yakni sistem Khilafah lawan dari Sistem Kapitalisme

Sebagai penutup, Ustadz Ismail Yusanto mengatakan bahwa Debt Trap (Jebakan Hutang) kapitalis masih melanda Indonesia. Namun Barat menyadari kekuatan Umat Islam. Di bidang ekonomi, potensi kekuatan ekonomi Umat Islam mencapai 3,7 Trilyun US Dollar. 

Jadi, yang harus dilakukan adalah penyadaran bahwa umat punya potensi dan masalah. Mereka memiliki potensi untuk melawan masalah. Upaya pemedulian yaitu membuat umat jadi peduli agar melaksanakan aktivitas politik yang berpihak kepada umat.

Beliau menegaskan bahwa kita wajib optimis dalam pesimisme. Barat sekarang mengalami self destruction (merusak diri sendiri). Krisis ekonomi melanda Eropa hingga ke Singapura.

Mereka mengalami bubble economy (ekonomi semu ibarat balon) yang apabila meledak akan membuat rentengan goncangan di Amerika dan Eropa.

Selain itu PEW Research Center menyatakan 39 negara Muslim setuju Syariat Islam. Kongo 71%, Indonesia 70% dan Afghanistan 99%.

NIC yakin Khilafah tegak 2020. Barat yakin Khilafah adalah ancaman politik bagi mereka. Jadi Barat berupaya memperlambat laju Khilafah. Jadi kewajiban kita sebagai Kaum Muslimin adalah melaksanakan Dakwah Fikriyah (pemikiran). Laa unfiyyah (anti kekerasan) dan bersifat dakwah politis. Mari sambut Bisyarah Rasulullah SAW dengan memilih antara 3 hal: menjadi penonton, pemain atau pelawan Khilafah? Melawan Khilafah akan bermasalah dengan Allah SWT dan RasulNYA. [www.visimuslim.org] Rep: Abu Mush'ab Al Fatih Bala

Posting Komentar untuk "Diskusi Umum Tabloid Media Umat: Refleksi 2019 dan Prediksi 2020"

close