Merenungkan Corona dan Uighur
Oleh: Fitriyah Permata (Pemerhati Kehidupan Sosial)
Entahlah 12 hari #dirumahaja tiba-tiba membuat saya teringat saudara di Uyghur. Di hari ke-12 di rumah saja mulai terasa bosan dan beratnya hanya berkegiatan di dalam rumah, padahal masih bisa makan enak, rebahan, dan ibadah dengan tenang.
Pernah kebayang tidak sih gimana perasaan saudara muslim di Uyghur, yang bertahun-tahun mereka tidak leluasa berkegiatan, tidak tenang beribadah, dan makan pun tak bisa seenak kita. Kita 12 hari aja tak bisa ke masjid sudah rindu berat, apalagi mereka?
Mungkin kita selama ini terlalu menyepelekan penderitaan mereka, hingga mungkin Allah ingin kita sedikit "berfikir", sedikit "merasakan" atas apa yang selama ini mereka rasakan. Sebenarnya tak hanya saudara Uyghur yang begitu, saudara di Palestina, Suriah, Rohingya dan India mereka pasti juga merasakan yang sama.
Dan ketika kita 12 hari di rumah saja, sudah bertanya, kapan ini berakhir? Apalagi mereka saudara muslim kita yang terdzolimi? Pasti mereka juga bertanya, kapan kita merdeka?
Selama ini kita merasa sudah cukup dengan memberikan bantuan makanan, obat, pakaian dan membangun kan RS, tapi pertanyaannya apakah itu solusi tuntas?? ternyata tidak!!. Ibaratnya nih, ketika masa di rumahaja tiba-tiba ada yang nganterin kita makanan tiap hari, gimana perasaan kita? senang sih, tapi pas ada makanan aja, makanan habis yang mikir lagi kapan nih bisa bebas beraktivitas?
Kira-kira itu juga yang saudara di Uyghur, Palestina, suriah, dan India rasakan. Kita butuh untuk mengusir dan melawan si pen dzolim.
Nah masalahnya, si Pendzolim itu berkekuatan negara, berkekuatan militer, masa iya kita lawan cuma ama tusuk sate? Maka untuk mengusir dan melawan mereka semua juga harus pakek kekuatan negara dan militer.
Rasulullah sudah ajarkan kepada kita, ketika di periode Mekah, Rasulullah tak pernah sekalipun mengajak kaum Muslimin perang. Tetapi pada saat Rasulullah telah memimpin Daulah Islam di Madinah, barulah perang pembelaan dan pembebasan dimulai.
Perang dalam islam itu bukan untuk menjajah, Islam bukan penjajah. Perang dalam islam dilakukan untuk membela kehormatan kaum muslimin atau untuk pembebasan (futuhat) suatu wilayah, dari penghambaan kepada selain Allah dan juga pembebasan dari kedzoliman aturan yang dibuat manusia.
Kaum Muslim saat ini hanya disibukkan memikirkan kehidupan dimana mereka tinggal, seolah saudara muslim dibelahan bumi lain tak ada hubungan, yang penting ditempat kita tinggal aman, masa bodo dengan kondisi saudara muslim lain, yang penting udah kasih makan, selesai.
Begitulah potret kaum muslimin saat ini, senang dengan kondisi yang terkotak-kotak, merasa cukup dengan kondisi aman di tempat tinggalnya saja. Padahal Rasulullah telah bersabda, bahwa antar muslim yang satu dengan muslim lainnya, bagaikan satu tubuh. Tapi faktanya sekarang kita termutilasi oleh sekat "wilayah".
Semoga Allah tak memberikan lagi kondisi yang memaksa kita untuk merasakan penderitaan yang dirasakan oleh saudara muslim yang terdzolimi, cukup merasakan dikarantina begini saja. Tapi kalo kita gak segera sadar,bertaubat dan kembali pada aturan "Pemilik Semesta"(Allah SWT), jangan mengeluh jika akan masih banyak ujian yang akan ditimpakan, na'udzubillah.
Ya Rohman,, Ya Rohim cukup kan ujian ini kepada kami, dan jadikan kami orang-orang yang mengambil pelajaran, dan orang-orang yang senantiasa engkau berikan hikmah. Jauhkanlah kami dari kesesatan yang membuat Mu murka pada kami. []
Laa hawlaa walaquwwata illabillah
Posting Komentar untuk "Merenungkan Corona dan Uighur"