Soal Jawab Syeikh Atha' Bin Abu Rasyitah: Implikasi Virus Corona
بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Implikasi Virus Corona
Pertanyaan:
China mengumumkan pertama kali pada 4/1/2020 khususnya di kota Wuhan tentang terpaparnya puluhan orang dengan penyakit Corona dan disebut Covid-19. Kemudian penyakit ini mencakup hampir seluruh dunia. Banyak negara mengambil kebijakan lock down menutup perbatasan dan melarang berkeliaran di luar rumah kemudian menghentikan shalat Jumat dan shalat jamaah … Penyakit ini menjadi pukulan bagi perkonomian global. Dan Amerika mulai saling tuduh dengan China…
Apa sumber wabah ini? Sejauh mana pengaruh riilnya terhadap perekonomian global? Apa solusi yang shahih untuknya? Apakah boleh menghentikan shalat jamaah dan shalat Jumat disebabkan penyakit ini?
Jawab:
Virus Corona disebut dengan nama Inggris Crown yang berarti mahkota. Karena bentuknya adalah mahkota ketika dilihat dengan mikroskop elektron. Pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dengan nama Corona Varidi. Di antara keluarga virus ini muncul pada tahun 2003 di wilayah Hongkong China, virus yang disebut SARS. Tercatat korbannya 8.422 orang terinfeksi yang diantaranya 916 orang meninggal. Pada tahun 2004 dan 2005 muncul jenis baru. Begitulah, muncul pada tahun-tahun berikutnya khususnya tahun 2012 dan 2014, tetapi terbatas di beberapa negara dan dengan kadar yang kecil. Muncul kembali pada awal Desember 2019 di kota Wuhan China dan menyerupai virus SARS 2 dengan kemiripan 96 persen dan disebut Corona 19 disingkat Covid-19 dinisbakan pada kemunculannya tahun 2019. Sejumlah korban pertama dikaitkan dengan pasar hewan dan makanan laut di kota Wuhan China. Lalu tersebar di sejumlah negara tetangga. Tampak adanya kemiripan dengan virus Corona Kelelawar sebesar 96 persen yang membuat dirajihkan asalnya adalah Kelelawar. Jumlah korban meninggal meningkat drastis. Kebanyakannya di China hingga jumlah kasusnya mencapai lebih dari 81.193 kasus dengan lebih dari tiga ribu meninggal. Berikutnya Italia, Iran, Spanyol, Perancis, Amerika Serikat … Kengerian pun menyebar di seluruh dunia disebabkan penyebarannya yang cepat hingga jumlah kasusnya hingga tanggal 24/3/2020 mencapai sekira 404.000 kasus yang positif dan yang meninggal mendekati 20 ribu (Deutch Welle, 25/3/2020). Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan: “pandemi Covid-19 mungkin bisa membunuh dua juta orang jika penyebarannya tidak dihentikan” (Aero News, 19/3/2020). Karena itu, banyak negara melarang sekolah, perguruan tinggi dan perkumpulan orang. Demikian juga banyak negara menyerukan larangan berkeliaran di luar rumah, karantina komunal, peniadaan shalat jamaah dan shalat Jumat … Dari yang demikian itu muncul perkara-perkara yang perlu penjelasan:
Pertama: apakah penyakit ini muncul karena perbuatan manusia atau seperti penyakit yang lain merupakan qadha’ dari Allah dikarenakan apa yang diperbuat oleh tangan-tangan manusia?
Kedua: apakah dunia kapitalis mengatasi masalah ini dengan solusi yang shahih? Dan apa solusi syar’iy dalam kondisi semisal ini?
Ketiga: apa pengaruh penyakit ini (Corona) terhadap harga minyak kemudian terhadap perekonomian global?
Keempat: apakah boleh disebabkan penakit ini melarang shalat jamaah dan shalat jumat?
Pertama: munculnya penyakit ini dan siapa di belakangnya:
1- Awal tersebarnya Corona Covid-19 berasal dari China. Studi ilmiah dan kesehatan mengatakan bahwa virus ini berpindah dari hewan ke manusia. Sebab di China tersebar kebiasaan memakan semua jenis hewan hingga yang buruk karena keberadaan mereka sebagai orang kafir paganis yang tidak membedakan antara yang buruk dan yang baik (thayyib) .. Seperti yang kami sebutkan barusan, laporan media mengisyaratkan bahwa kota Wuhan China di provinsi Hubei dinilai sebagai pusat perdagangan daging-daging buruk ini, dan itulah yang menjadi pusat penyebaran penyakit ini.
Begitulah, penyakit Corona menyebar di China kemudian beralih ke Iran melalui orang-orang China yang bekerja di sana di perusahaan kereta api China yang membangun rel baru melewati kota Qom … Iran dinilai sebagai pusat penyebaran penyakit tersebut di Timur Tengah. Demikian juga, Italia membuka sejumlah sektor untuk investasi China mulai dari infrastruktur hingga transportasi … Laporan menunjuk bahwa Lombardi dan Tuscany menjadi dua wilayah yang mendapat paling besar investasi China. Wilayah Lombardi pada 21 Februari lalu untuk pertama kalinya menyaksikan kasus Corona. Lombardi menjadi wilayah yang paling banyak kasus …
2- Amerika menyerang China atas kelalaiannya dalam memerangi wabah sejak awal dan kegagalan China dalam memeranginya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Li Jian menolak hal itu dengan sangat emosi. Dia menulis di akun Twitternya pada 13/3/2020, “pasukan Amerika mungkin yang membawa virus Corona ke kota Wuhan China” (ash-Sharqu al-Awsath, 13/3/2020). … Presiden Amerika Trump mengulangi serangannya terhadap China dengan mengatakan, “dunia membayar mahal harga kelambanan China memberikan informasi seputar Corona baru” (Aero News, 19/3/2020). Trump menyifati virus Corona sebagai virus China ketika mengetweet pada 16/3/2020, “Amerika Serikat memberikan dukungan kuat kepada sektor-sektor yang terdampak paling besar dari virus China semisal penerbangan”. China merespon melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada 17/3/2020 yang mengatakan, “komentar ini merusak citra China. Kami sangat marah dan menolaknya dengan keras” (Russia today, 18/3/2020). Ketika China mulai menyebarkan tuduhan yang dinyatakan di awal bahwa Amerika berada di belakang penyebaran virus, Washington memanggil duta besar Beijing di AS pada 13/3/2020. Pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika mengatakan, “penyebaran teori konspirasi itu berbahaya dan konyol. Kami ingin memperingatkan pemerintah China bahwa kami tidak akan toleran dengan hal itu untuk kepentingan rakyat China dan dunia. China ingin menolak kritik seputar perannya di awal wabah global ini”. Kantor berita Xinhua menegaskan, “langkah-langkah yang dilakukan Beijing termasuk di dalamnya menerapkan karantina keras terhadap dua juta orang memberi dunia “waktu berharga” untuk mempersiapkan diri dan itulah yang diakui oleh masyarakat internasional …” (Russia today, 15/3/2020).
3- Begitulah, pecah perang kata antara Amerika dan China disebabkan menyebarnya cirus Crown SARS-2 (Covid-19) … Masing-masing dari dua negara itu menyalahkan yang lain sebagai aktor langsung dalam penyebaran penyakit ini. Meski kedua sistem yang berlaku di China dan Amerika Serikat tidak bisa dijauhkan dari keduanya, berada di belakang penyebarannya, namun setelah studi meka menjadi rajih tidak adanya bukti yang terindera bahwa Amerika Seriat atau China adalah pihak yang menularkan virus atau merekayasanya kemudian dengan cepat menular ke negara-negara lain. Hal itu karena dua sebab:
Pertama, kedua negara itu tenggelam hingga kedua telinganya di dalam penyakit ini!
China, di samping yang telah kami sebutkan sebelumnya, statistik terakhir penyakit Corona bahwa jumlah kasusnya 81.272 dan yang meninggal 3273 orang seperti yang ada di pengumuman Komite Nasional Untuk Kesehatan di China … (al-Yawm as-Sabi’, 23/3/2020). Seandainya China yang ada di belakang penyebaran penyakit maka minimal pasti menentukan waktu untuk dirinya sendiri.
Adapun Amerika, menurut statistik penyakit Corona menurut CNN Health, jumlah yang meninggal karena virus telah naik sampai 704 orang. Sementara total kasus yang positif 52.976 orang (CNN arabic, 25/3/2020). Amerika Serikat berada di urutan ketiga dari sisi jumlah kasus virus setelah China dan Italia … Di bawah langkah-langkah paling akhir, sepertiga warga Amerika secara total berada di bawah perintah berdiam di rumah di tujuh negara bagian. Negara bagian Lousiana dan Ohio Ahad kemarin mengumumkan larangan berkeliarn di luar yang diperluas hingga mencakup negara bagian New York, California, Ilinois, Conecticut dan New Jersey (al-Jazeera, 23/3/2020). Demikian juga seandainya Amerika berada di belakang penyebaran penyakit niscaya minimal Amerika menetapkan waktu untuk dirinya sendiri.
Kedua, tidak benarnya ucapan bahwa dua negara itu yang merekayasa virus Covid-19. Sebab tidak ada bukti bahwa virus tersebut dibuat di laboratorium. Nature Medicine mengatakan, “melalui perbandingan rantai genom yang sudah ada untuk rantai virus Corona yang sudah dikenal, kami dapat mengkonfirmasi dengan kuat bahwa virus Corona muncul dari proses alami”. Majalah tersebut juga mengatakan, “pandangan ini didukung oleh data dari tulang punggung virus dan struktur molekulnya. Siapa yang ingin merekayasa virus di laboratorium maka hal itu tampak di dalam tulang punggung virus” (https://www.npr.org). Hal yang sama juga berlaku pada negara seperti Rusia, Eropa, Iran dan negeri kaum Muslim lainnya. Menurut yang lebih rajih semuanya terpangaruh oleh salah satu dari China atau Amerika, dan dari sisi penularan penyakit …
Jika begitu, tidak ada kecuali seperti yang difirmankan oleh Allah SWT:
﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (TQS ar-Rum [30]: 41).
Kita semua paham apa yang diperbuat oleh orang-orang kapitalis dan semisal mereka berupa keburukan di dunia. Mereka tidak hanya memberi nilai kepada kepentingan dan ketamakan mereka… Pemerintah Amerika, China, Rusia, Eropa … dsb adalah sebab penderitaan dunia dan penderitaan rakyat mereka. Kejahatan-kejahatan mereka terhadap umat manusia banyak. Mereka yang membom manusia tak berdosa denan bom atom, limbah uranium, bom napalm, dan mereka memperbudak suku-suku Afrika secara brutal dan menjadikannya sebagai lapangan untuk percobaan biologi dan kimia mereka, perang genocida orang Indian merupakan aib di dahi mereka. Dan kejahatan-kejahatan China terhadap kaum Muslim Uighur memenuhi cakrawala. Kejahatan Rusia dan Serbia terhadap kaum Muslim di Asia Tengah, Balkan dan Syam masih terus berlangsung. Kejahatan Ingris di India terhadap kaum Muslim dan non-Muslim masih terus berdampak hingga sekarang. Kejahatan-kejahatan ini menegaskan bahwa para penguasa yang memerintah di bangsa-bangsa di dunia adalah sebab penderitaan umat manusia… Maka benar seperti yang difirmankan oleh Allah yang Maha Perkasa:
﴿فَأَصَابَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَالَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْ هَؤُلَاءِ سَيُصِيبُهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ﴾
Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya dan mereka tidak dapat melepaskan diri. (TQS az-Zumar [39]: 51).
Kedua, kesalahan solusi kapitalis dan serupa mereka untuk masalah ini dan bahwa solusi yang shahih adalah solusi syar’iy:
Para kapitalis dan serupa mereka menyelesaikan masalah ini berdasarkan tiga tahap:
Pertama, menyembunyikan topik
1- Laporan China mengungkap bahwa otoritas China menyembunyikan dari orang-orang China dan dunia, hakikat penyakit mematikan yang penyebarannya telah diketahui oleh otoritas China sebelum pertengahan bulan Desember 2019 namun otoritas menutupi perkara tersebut dan tidak mengakuinya hingga akhir tahun pasca meningkatnya jumlah kasus. Jurnalis China-Amerika Sang Wei Wang, “menegaskan bahwa otoritas China tidak menutup pasar makanan laut di kota Wuhan yang dari situ tersebar penyakit kecuali pada bulan Januari. Laporan mengungkap bahwa 8 orang warga ditangkap karena menyebarkan berita seputar penyakit di awal kiris dan dinilai sebagai pribadi yang melawan hukum karena menyebarkan informasi yang tidak dikonfirmasi. Wang melanjutkan bahwa otoritas lokal di Wuhan mengklaim bahwa perkaranya alami dan mengizinkan perayaan salah satu kepercayaan lokal pada tanggal 18 Januari lalu dan dihadiri oleh sekira 40 ribu keluarga” (Sabaq, 01/02/2020).
2- Demikian juga “para pejabat China tidak memperingatkan rakyat dari bahaya krisis pada Desember hingga 31 Desember di mana Beijing memberitahu WHO … Pemerintah China mengatakan ketika itu, “penyait bisa dibentengi dan dikontrol”. Dan pada 23 Januari lalu, otoritas menutup kota Wuhan dan mengeluarkan keputusan larangan perjalanan secara total (Mishraway, 23/3/2020).
Kedua: karantina dan isolasi parsial …
1- Para pejabat sektor kesehatan di Amerika Serikat pada Sabtu menegaskan adanya 8 kasus virus Corona baru. Kementerian Pertahanan Amerika mengatakan bahwa AS akan menyediakan tempat berlindung bagi orang yang datang dari luar yang perkaranya mengharuskan penempatan mereka di karantina … Kota Wuhan dan provinsi Hubei di China tengah, yang dari situ muncul virus, ditempatkan di bawah karantina secara riil (Sky News arabic, 12/2/2020).
2- Di Amerika Serikat, penguasa negara bagian New York Amerika, Andrew Cuomo mengatakan, “kami berada dalam karantina. Dia menegaskan bahwa “itu langkah paling ketat yang bisa kita ambil”. Bersamaan dengan penetapan karantina di New York dan california, New Jersey dan Ilionis, akhirnya lebih dari 85 juta orang berdiam di rumah dengan pengecualian untuk berbelanja dan refresing singkat (Deutch Welle, 21/3/2020).
Ketiga, isolasi semi total di rumah
Ratusan juta orang di dunia diisolasi di rumah mereka dengan harapan bisa menghentikan penyebaran virus Corona yang menyebabkan lebih dari 11 ribu orang meninggal. Perkara ketat ini belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia yang dijalankan dengan tingkat yang berbeda-beda menurut negara-negara… Lebih dari 800 juta orang di lebih dari 30 negara diserukan untuk tetap tinggal di dalam rumah. Baik hal itu disebabkan keputusan karantina umum atau rekomendasi atau larangan berkeliaran di luar, menurut sensus yang dilakukan oleh AFP … Di Jerman, otoritas membahas pengetatan prosedur untuk membatasi kehidupan publik dan mengharuskan segaian besar penduduk tetap tinggal di dalam rumah mereka … Italia, negeri yang paling terdampak di Eropa oleh virus yang empat ribuan orang meninggal karenanya dan merupakan negara pertama di benua Eropa yang memerintahkan penempatan penduduk di dalam karantina, tengah bersiap untuk memperkuat langkah-langkahnya dalam menghadapi penyebaran penyakit. Italia akan menutup semua taman dan area terbuka dari masyarakat pada libur akhir pekan dengan ketentuan ditetapkan batasan lainnya untuk mendorong warga Italia agar tetap tinggal di dalam rumah mereka, setelah otoritas mengumumkan kematian 627 orang karena virus selama 24 jam di negeri itu, yang menjadi puncak sejak awal krisis (Deutch Welle, 21/3/2020).
Dengan merenungkan mendalam tiga solusi itu menjadi jelas bahwa itu tidak mengatasi persoalan, tetapi akan meningkatkan kegagalan ekonomi dan kegagalan lainnya. Kemudian melipatgandakan penyakit ini dan kebosanan dan kejemuan yang menimpa masyarakat seperti yang kita dengar tentang kondisi-kondisi di masyarakat kapitalis ,,,
Oleh karena itu, solusi yang shahih untuk penyakit ini adalah seperti yang ada di dalam syariah Allah SWT, dengan negara menelusuri penyakit tersebut sejak awalnya dan bekerja membatasi penyakit di tempat kemunculannya sejak wal dan orang-orang sehat di tempat-tempat lainnya tetap bekerja dan berproduksi …
Imam al-Bukhari telah meriwayatkan di dalam Shahih-nya dari Usamah bin Zaid dari Nabi saw, beliau bersabda:
«إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا«
Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.
Dan di dalam hadits yang lain riwayat imam al-Bukhari dan Muslim dan lafazh Muslim dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Rasul saw bersabda:
«الطَّاعُونُ رِجْزٌ أَوْ عَذَابٌ أُرْسِلَ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَوْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَاراً مِنْهُ»
Tha’un itu azab yang dikirimkan Allah terhadap Bani Israel atau orang sebelum kalian. Maka jika kalian mendengar Tha’un menimpa suatu negeri maka jangan kalian mendatanginya dan jika Tha’un itu terjadi di negeri dan kalian ada di situ maka janganlah kalian keluar lari darinya.
Dan di dalam riwayat lainnya oleh imam al-Bukhari dari Aisyah ra. isteri Nabi saw , ia berkata: aku bertanya kepada Rasulullah saw tentang Tha’un lalu beliau memberitahuku:
«أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ»
“Tha’un itu merupakan azab yang Allau turunkan terhadap siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk orang-orang mukmin. Maka tidak ada seorang hamba pun yang tha’un menimpa, lalu dia berdiam di negerinya seraya bersabar mengharp ridha Allah, dia tahu bahwa tidak ada yang akan menimpanya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuknya, kecuali untuknya semisal pahala syahid”.
Tipe karantina di dalam Daulah ini telah mendahului semua negara. Dan hal itu berlangsung di negara beradab yang pemimpinnya adalah Nabiyullah dan Rasul-Nya saw, yang Allah SWT mewahyukan kepada beliau dan beliau menerapkan Islam agar menjadi suri teladan yang baik dalam implementasi. Ibnu Hajar menyebutkan di dalam Fathu al-Bârî bahwa Umar ra. keluar ke Syam, ketika tiba di Syargh, sampai kepadanya bahwa wabah terjadi di Syam. Lalu Abdurrahman bin ‘Awf memberitahunya bahwa Rasulullah saw bersabda:
«إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ»
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah maka jangan kamu mendatanginya dan jika wabah terjadi di satu wilayah dan kamu di situ maka janganlah kalian keluar lari darinya”.
Maka Umar bin al-Khaththab pun kembali … Yakni ketika datang berita bahwa Tha’un telah menyebar, Umar membawa kaum Muslim untuk kembali …
Berdasarkan hal itu maka negara di dalam islam membatasi penyakit di tempatnya dan penduduk tempat itu tetap tinggal di situ dan penduduk lainnya tidak masuk ke tempat itu … Dan negara melakukan kewajiban syar’iynya karena dia merupakan negara yang melayani dan amanah. Sebagaimana negara melakukan langkah-langkah ini ketika menyebar wabah menular, negara juga menjamin pelayanan kesehatan berupa pengobaan dan obat secara gratis untuk seluruh rakyat, mendirikan rumah sakit dan laboratorium pengobatan dan lainnya yang termasuk kebutuhan asasi rakyat daulah seperti halnya pendidikan dan keamanan …
Begitulah, langkah-langkah yang shahih dengan mengisolasi penyakit menular di tempatnya dan mengkarantina orang yang sakit secara kesehatan dan menindaklanjutinya dengan perawatan dan pengobaan secara gratsi. Sementara orang-orang yang sehat tetap melanjutkan kerja mereka. Kehidupan sosial dan ekonomi tetap berlanjut sebagaimana sebelumnya sebelum penyakit menular, tidak menghentikan kehidupan masyarakat secara umum dan mengisolasi mereka di rumah dan berikutnya melumpuhkan kehidupan ekonomi atau hampir lumpuh sehingga krisis justru meningkat eskalasinya dan memunculkan problem baru ….
Ketiga: dampak penyakit Corona terhadap harga minyak dan berikutnya terhadap perekonomian global:
Perekonomian global mengalami perlambatan dalam pertumbuhannya hingga dalam situasi biasa tanpa wabah … Lalu bagaimana sementara langkah-langkah global condong ke karantina dan isolasi total dan parsial? Langkah-langkah ini akan meningkatkan perlambatan ekonomi global jika tidak menyebabkan keruntuhannya:
Virus ini telah melumpuhkan pergerakan perdaganagn global dan menyebabkan harga minyak menurun drastis. Sebab harga minyak menurun ke tingkat sangat rendah. Dan menciptakan perang harga antara Rusia dan Saudi disebabkan Rusia terpaksa menaikkan produksi minyaknya karean Rusia banyak bersandar kepada minyak. Lalu Amerika dan Saudi bergerak menaikkan produksinya untuk menghadapi Rusia. Presiden Amerika Trump pada 19/3/2020 mengancam Rusia dengan mengatakan, “bahwa dia akan masuk dalam peran harga yang terjadi antara Saudi dan Rusia pada waktu yang tepat” (al-Hurra Amerika, 19/3/2020). Saudi terjun ke perang demi Amerika melawan Rusia memperebutkan share pasar setelah rusaknya kesepakatan Saudi-Rusia untuk membatasi produksi yang telah berlangsung selama tiga tahun. Kedua negara memompakan minyak dengan kemampuan maksimalnya pada waktu di mana permintaan global mengalami penurunan tajam disebabkan penyebaran virus Corona sehingga harga turun ke tingkat paling rendah selama 20 tahun pada pekan ini. Sebab harga per barel turun menjadi 28,75 dolar untuk kontrak berjangka minyak Brent. Rusia paham keterkaitan Saudi denngan Amerika. “juru bicara perusahaan Rosneft Mikhail Lontiyev mengatakan kepada kantor berita Rusia “semua jumlah minyak yang dikurangi hasil dari perpanjangan beberapa kali perjanjian OPEC Plus telah dikompensasi secara penuh dan dengan cepat di pasar global dengan minyak serpih Amerika …(Reuters, 8/3/2020). Meski demikian, mereka tidak bisa mengambil langkah apapun terhadap hal itu. Bahkan Saudi meningkatkan krisis terhadap Rusia dengan memutuskan tidak memperpanjang perjanjian sebelumnya (penurunan 2,1 juta barel) dan sebaliknya memutuskan menaikkan produksi. “Harga minyak kehilangan mencapai sepertiga nilainya pada Senin lalu dalam kerugian harian terbesar sejak perang Teluk tahun 1991 … Begitulah, kontrak berjangka minyak mentah Brent menurun 22 persen pada tingkat 37,05 dolar perbarel setelah pada waktu sebelumnya turun 31 persen ke 31,02 dolar perbarel, dan itu merupakan tingkat harga terendah sejak 12 Februari 2016 (Reuters, 9/3/2020). Kemudian harga minyak untuk agen-agennya di Asia turun 6 dolar! Dan hari ini Rusia membahas jalan untuk kembali ke perjanjian OPEC Plus dan menampakkan fleksibilitas untuk penurunan baru!
Begitulah, perekonomian global bergundang keras akibat penyebaran virus Corona dan berikutnya harga minyak pun turun. Jika kondisi demikian terus berlangsung maka perekonomian global hampir benar-benar runtuh …
Keempat: apakah boleh melarang penyelenggaraan shala Jumat dan shalat jamaah di masjid?
Sesungguhnya meninggalkan shalat jamaah dan shalat Jumat dalam kondisi tersebarnya wabah penyakit menular tidak dilakukan secara umum. Tetapi, orang yang sakit diisolasi dan tidak boleh masuk ke masjid untuk shalat jamaah dan shalat Jumat. Dan diambil semua langkah-langkah berupa kebersihan, masker dan jika diperlukan menggunakan selubung (APD) dan lainnya … Kemudian orang-orang yang sehat terus melaksanakan shalat Jumat dan shalat jamaah tanpa dihentikan. Dan jika diperlukan, diadakan tim medis di masjid untuk memeriksa orang yang diduga sakit dari orang-orang yang shalat sehingga bisa diambil langkah-langkah terhadapnya tanpa meninggalkan shalat Jumat dan shalat jamaah untuk orang-orang yang sehat dari kaum Muslim. Sebab dalil-dalil yang ada tentang shalat Jamaah dan shalat Jumat tidak mengandung penelantaran kontinu. Bahkan shalat itu tidak menuntut jumlah besar untuk menunaikannya sebagaimana yang akan kami jelaskan … dan diberikan usdzur untuk sebagian kaum Muslim dari menghadirinya karena sebab-sebab yang khusus untuk mereka sebagai berikut:
1- Berkaitan dengan shalat jamaah, maka itu adalah fardhu kifayah:
Shalat jamaah merupakan fardhu kifayah yang wajib ditampakkan untuk masyarakat. Abu Darda’ telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:
«مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ، عَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْخُذُ الذِّئْبُ مِنَ الْغَنَمِ الْقَاصِيَةَ» رواه أبو داود بإسناد حسن
“Tidak lah ada tiga orang di satu kampung dan pedalaman, di mana tidak ditegakkan di tengah mereka shalat, kecuali setan telah menguasai mereka. Kamu harus berpegang kepada jamaah. Sesungguhnya serigala memakan domba yang menyendiri”. (HR Abu Dawud dengan sanad hasan).
Hadist ini tentang shalat jamaah. Dan shalat jamaah itu fardhu kifayah. Sebagian dari kaum Muslim terlambat shalat jamaah bersama Rasul saw maka Rasul saw membiarkan mereka setelah mengancam akan membakar mereka. Imam al-Bukhari telah mengeluarkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلَاةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ يَعْلَمُ أَحَدُهُمْ أَنَّهُ يَجِدُ عَرْقاً سَمِيناً أَوْ مِرْمَاتَيْنِ حَسَنَتَيْنِ لَشَهِدَ الْعِشَاءَ»
“Demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman tangan-Nya, sunguh aku ingin memerintahkan tukang pencari kayu lalu dikumpulkan kayu bakar kemudian aku perintahkan shalat lalu dikumandangkan adzan kemudian aku perintahkan seorang laki-laki untuk mengimami orang-orang kemudian aku pergi ke para laki-laki dan aku bakar rumah mereka, demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kalian mengetahui, bahwa dia mendapati kuah berlemak atau daging kambing yang baik niscaya dia tetap ikut jamaah Isya’.
Seandainya fardhu ain atas tiap muslim niscaya beliau tidak membiarkan mereka, dan itu tentang shalat jamaah karena disebutkan shalat Isya’ … Dan paling sedikit jamaah itu dua orang, imam dan makmum. Hal itu sesuai hadits Malik bin al-Huwairits, da berkata:
«أَتَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَنَا وَصَاحِبٌ لِي فَلَمَّا أَرَدْنَا الْإِقْفَالَ مِنْ عِنْدِهِ قَالَ لَنَا إِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ فَأَذِّنَا ثُمَّ أَقِيمَا وَلْيَؤُمَّكُمَا أَكْبَرُكُمَا»، أخرجه مسلم
“Aku datang kepada Nabi saw, aku dan temanku, ketika kami ingin pergi dari hadapan beliau, beliau bersabda, “kami jika telah tiba waktu shalat maka kami tunaikan kemudian tunaikan oleh kalian berdua shalat dan hendaknya yang menjadi imam yang lebih tua dari kalian berdua”. (HR Muslim).
Jamaah tidak gugur kecuali dengan udzur syar’iy yang tetangnya ada nas seperti malam yang dingin atau hujan lebat, sesuai hadits imam al-Bukhari bahwa Rasulullah saw:
«كَانَ يَأْمُرُ مُؤَذِّناً يُؤَذِّنُ ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِهِ أَلَا صَلُّوا فِي الرِّحَالِ فِي اللَّيْلَةِ الْبَارِدَةِ أَوْ الْمَطِيرَةِ فِي السَّفَرِ»
“Beliau memerintahkan muadzin mengumandangkan adzan kemudian setelahnya beliau bersabda, “ingatlah shalatlah kalian di rumah pada malam yang dingin atau hujan lebat di perjanalan”.
2- Adapun shalat Jumat maka itu fardhu ain, tidak gugur kecuali dengan udzur, dan dalil-dalil atas hal itu banyak, di antaranya:
Firman Allah SWT:
﴿إِذَا نُودِي لِلصَّلاَةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ﴾
“Apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (TQS al-Jumu’ah [62]: 9).
Perintah di dalam ayat ini untuk wajib dengan dalil warinah larangan dari yang mubah, menunjukkan bahwa thalab itu jazim. Dan al-Hakim telah mengeluarkan di al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn dari jalur Thariq bin Syihab dari Abu Musa dari Nabi saw, beliau bersabda:
«الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلَّا أَرْبَعَةٌ: عَبْدٌ مَمْلُوكٌ، أَوِ امْرَأَةٌ، أَوْ صَبِيٌّ، أَوْ مَرِيضٌ»
“Jumat merupakan hak wajib atas tiap muslim di dalam jamaah kecuali empat orang: hamba sahaya, wanita, anak-anak atau orang yang sakit”.
Al-Hakim berkata: hadits shahih menurut syarat syaykhayn (al-Bukhari dan Muslim)”. Shalat Jumat tidak wajib atas orang yang takut karena apa yang diriwayatkan dri Ibnu Abbas ra bahwa Nabi saw bersabda:
«مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يُجِبْهُ فَلَا صَلَاةَ لَهُ إلَّا مِنْ عُذْرٍ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَمَا الْعُذْرُ؟ قَالَ: خَوْفٌ أَوْ مَرَضٌ» أخرجه البيهقي في السنن الكبرى
“Siapa saja yang mendengr seruan (Adzan) dan tidak menjawabnya maka tidak ada shalat untuknya kecuali karena udzur”. Mereka berkata:”ya Rasulullah apa udzurnya?” Beliau bersabda: “takut atau sakit”. (HR al-Baihaqi di Sunan al-Kubrâ).
Begitulah, shalat Jumat adalah wajib atas tiap orang Muslim kecuali orang yang dinyatakan oleh nas syar’iy yang mengecualikannya … Selain mereka, di antara orang yang tidak ada nas syar’iy yang mengecualikannya maka shalat Jumat fardhu ain atasnya. Ini adalah udzur syar’iy dan tidak bisa diqiyaskan atasnya. Udzur syar’iy adalah apa yang dinyatakan nas syar’iy. Dan qiyas tidak masuk dalam ibadah, sebab di dalamnya tidak dinyatakan nas yang disertai ‘illat sehingga bisa dilakukan qiyas padanya … Shalat Jumat disyaratkan berada dalam sejumlah orang kaum Muslim. Para sahabat telah berijmak bahwa harus ada sejumlah orang untuk shalat Jumat. Maka shalat Jumat itu harus dilakukan dalam sejumlah orang. Tidak disyaratkan jumlah tertentu. Jumlah berapapun yang bisa disebut jamaah maka dinilai sebagai jumlah yang dengannya shalat Jumat itu absah selama jumlah itu dinilai sebagai jamaah. Sebab keberadaannya sebagai jamaah ditetapkan dengan hadits Thariq di atas.
«الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ »
“Jumat merupakan hak wajib atas tiap muslim di dalam jamaah”.
Dan karena jumlah tersebut ditetapkan dengan ijmak sahabat. Dan tidak ada hadits yang bisa dijadikan patokan yang menunjukkan jumlah tertentu dalam shalat Jumat. Hanya saja, karena harus jamaah dan sejumlah, dan hal itu tidak bisa terpenuhi kecuali dengan tiga orang atau lebih, karena dua orang tidak disebut jamaah karena tidak adanya sejumlah orang bersama jamaah. Atas dasar itu maka harus tiga orang yang padanya wajib Jumat sehingga sah shalat Jumat itu. Jika kurang dari jumlah itu maka tidak sah disebut Jumat karena tidak adanya sejumlah orang. Telah terakadkan ijmak sahabat bahwa harus ada sejumlah orang untuk shalat Jumat.
Begitulah, di dalam daulah al-Khilafah, shalat Jumat dan jamaah tidak ditelantarkan. Tetapi orang yang punya udzur syar’iy, dia tidak menghadiri, sedangkan orang yang lain menghadiri. Adapun pendapat bahwa telah menjadi dugaan kuat (ghalabah azh-zhann) bahwa semua orang berpotensi tertular dan tidak mungkin mencegahnya bagaimana pun langkah-langkah dan kehati-hatian diambil … maka itu merupakan kemungkinan yang lemah, khususnya bahwa jumlah minimal untuk jamaah adalah dua orang dan untuk shalat Jumat adalah tiga orang. Ini menurut yang lebih rajih. Seandainya kita asumsikan adanya kemungkinan ini maka itu diambil di wilayahnya saja. Dari sini maka perkara itu wajib ditetapkan (diverifikasi) dengan sangat rinci dan amanah. Jika jumlah itu terpenuhi menurut ghalabah azh-zhann maka shalat Jumat dan shalat jamaah tidak boleh ditiadakan, tetapi diambil semua langkah dan tindakan kehati-hatian. Jadi tindakan pencegahan itu tidak berarti meninggalkan kewajiban, melainkan kewajiban itu ditunaikan disertai mengambil kehati-hatian dan langkah-langkah untuk mencegah penularan.
Ini adalah hukum yang rajih dalam masalah tersebut. Jika negara menutup masjid-masjid tanpa mengerahkan segenap upaya dalam memverifikasi ghalabah azh-zhann sebagaimana yang kami jelaskan di atas, dan berikutnya melarang masyarakat mendatangi masjid untuk shalat Jumat dan jamaah maka negara berdosa dengan dosa besar karena menelantarkan (meniadakan) shalat Jumat dan jamaah.
Di akhir, sungguh sangat menyedihkan, para penguasa di negeri kaum Muslim mengikuti langkah-langkah kaum kafir penjajah sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta. Jika negara-negara kafir penjajah itu terpaksa dalam pengobaan mereka obat tertentu, para penguasa itu mengikuti mereka. Jika mereka menyodorkan solusi meskipun tidak sama, maka para penguasa di negeri kaum Muslim berjabat tangan dengan musuhnya, sehat dan pemulihan! Sungguh menyakitkan, wabah Corona ini menambah resesi dan kejumudan terhadap negeri dan penduduknya sehingga hampir-hampir kehidupan publik berhenti padahal negeri kaum Muslim telah berlalu atasnya banyak hal. Telah diuji dengan Tha’un, sementara negeri kaum Muslim sedang mengarungi perang menentukan melawan Romawi di Syam pada tahun 18 H … Demikian juga, Umat telah diuji pada pertengahan abad ke-enam hijriyah dengan wabah asy-Syaqfah yang sekarang disebut cacar yang menyebar dari Syam hingga Maroko. Dan itu sekarang dinilai sebagai bagian dari luka kulit yang disebabkan oleh sejenis bakteri … Demkian juga kaum Muslim telah diuji pada pertengahan abad ke-delapan hijriyah (749 H) dengan apa yang disebut Tha’un al-a’zham di Damaskus. Dan dalam semua kondisi itu, masjid-masjid tidak ditutup dan shalat Jumat dan jamaah tidak dihentikan. Orang-orang juga tidak dikurung di rumah mereka. Tetapi, orang yang sakit diisolasi. Orang-orang yang sehat tetap menjalankan aktifitas mereka dengan jihad dan memakmurkan bumi … Mereka pergi ke masjid, shalat dan berdoa kepada Allah agar melindungi mereka dari penyakit ini. Ini ditambah dengan pengobatan yang mereka adopsi dalam merawat orang yang sakit … Inilah yang benar.
﴿فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ﴾
“maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan.” (TQS Yunus [10]: 32).
2 Sya’ban 1441 H
26 Maret 2020 M
al-Syaikh al-Alim al-Jalil Atha' bin Khalil Abu Rasytah
Posting Komentar untuk "Soal Jawab Syeikh Atha' Bin Abu Rasyitah: Implikasi Virus Corona "