Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Covid-19: Apakah Maksiat, dan Maksiat Terbesar yang Perlu Dihapuskan? (Bab 1)



Oleh: Ustadz Abdul Hakim Othman (Juru Bicara Hizbut Tahrir Malaysia)

Seorang yang beriman semestinya meyakini bahwa wabah Covid-19 yang diturunkan oleh Allah (swt) ini bukanlah tanpa sebab atau tujuan. Sudah pasti ada sebab dan tujuannya. Lalu apakah sebab dan tujuannya? Hanya Dia-lah yang mengetahui, dan kita tidak mengetahui kecuali apa yang dikabarkan oleh-Nya saja. Dalam Firman-Nya,

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebahagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” [Asy-Syura (42):30].

Selain persoalan qadha’ Allah (swt) yang berada di luar wilayah yang manusia kuasai, berlakunya wabah Covid-19 ini tidak dapat dipisahkan dari perbuatan tangan-tangan manusia itu sendiri, sebagaimana dijelaskan oleh ayat di atas. Bagi orang-orang beriman yang terkena musibah ini dan ridha dengan qadha’ Allah (swt), maka dia akan mendapat ganjaran yang besar. Bukhari meriwayatkan dari Aisyah (ra), ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah (saw) tentang wabah (tha’un), lalu baginda menjawab,

أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِراً مُحْتَسِباً يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ

“Tha’un itu merupakan azab yang Allah turunkan terhadap siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat untuk orang-orang Mukmin. Maka tidak ada seorang hamba pun yang tetap berdiam di negerinya di saat tha’un melanda, lalu dia bersabar mengharap ridha Allah, dan dia tahu bahwa tidak ada apa yang akan menimpanya kecuali apa yang telah Allah tuliskan untuknya, kecuali untuknya ganjaran seperti pahala syahid.”

Allah (swt) juga menjelaskan bahwa Dia timpakan kepada manusia musibah agar manusia itu kembali mengingat-Nya dan kembali ke jalan yang benar, setelah manusia itu melanggar perintah-Nya dengan melakukan kerusakan di muka bumi. Dalam Firman-Nya,

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan karena (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebahagian akibat perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” [Ar-Rum (30):41].

Selain daripada terjadinya musibah akibat dari dosa dan kerusakan yang dibuat oleh manusia itu sendiri, Allah (swt) juga menjelaskan bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia di muka bumi, bukan saja akan menimpa pelaku maksiat itu saja, malah akan turut menimpa orang lain juga secara umumnya. Dalam Firman-Nya,

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu dari azab yang bukan hanya menimpa orang zalim di kalangan kamu saja dan ketahuilah Allah amat keras azab siksa-Nya” [Al-Anfal (8):25]

Apakah Maksiat Anak Adam Sehingga Ditimpa Musibah?

Persoalannya, apakah dosa dan kerusakan yang telah dilakukan oleh manusia sehingga Allah (swt) menimpakan musibah atas dirinya dan  atas seluruh manusia? Sesungguhnya dosa dan kerusakan yang dilakukan manusia itu amat banyak sekali, yakni apa saja yang telah diharamkan oleh Allah (swt), namun tetap dilakukan oleh manusia. Diantara dosa yang disebut secara nyata oleh Rasulullah (saw), yang menyebabkan Allah (swt) menurunkan azab-Nya ialah:

«إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِيْ قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ»

“Jika zina dan riba berleluasa di suatu negeri, maka sungguh mereka telah menghalalkan atas mereka azab Allah” [HR al-Hakim, al-Baihaqi dan at-Thabrani].

Dalam hadits lain pula, Rasulullah (saw) bersabda,

لاَ تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا لَمْ يَفْشُ فِيهِمْ وَلَدُ الزِّنَا، فَإِذَا فَشَا فِيهِمْ وَلَدُ الزِّنَا أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابٍ

“Umatku akan terus berada dalam kebaikan selama belum menyebar di tengah mereka anak (hasil) zina. Jika di tengah-tengah mereka menyebar anak hasil zina, maka Allah (swt) hampir meratakan azab atas mereka” [HR Ahmad].

Itulah antara dua dosa dan kemaksiatan besar yang diperingatkan oleh Rasulullah (saw) yaitu zina dan riba, yang menyebabkan Allah (swt) menurunkan azab-Nya kepada kita semua. 

Sejak sekian lama, perzinaan sudah menjadi kemaksiatan yang biasa dalam masyarakat. Bayangkan di Malaysia, antara tahun 2013-2016, Kantor/Jabatan Pendaftaran Negara melaporkan sebanyak 159,725 pendaftaran anak luar nikah (dari kalangan orang Islam saja), yang secara rata-rata statistiknya 140 kasus perhari. 

Jika anak (hasil) zina masih dapat dihitung jumlahnya (berdasarkan pendaftaran, walaupun jumlah sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi), namun umat Islam yang terlibat dengan riba sudah tidak terhitung statistiknya, sehingga banyak yang tidak merasa bersalah sedikit pun apabila mengambil pinjaman riba. Malah, orang yang tidak mengambil pinjaman riba pula dituduh bodoh, kolot, ekstrem atau rugi. Begitulah riba dan zina yang sudah mendarah daging dalam masyarakat. 

Apa yang lebih buruk daripada zina ialah munculnya golongan EL63B3T3 yang semakin berani menampilkan diri dan melakukan aktivitas-aktivitas terbuka untuk mempromosikan kebejatan dan kerusakan mereka tanpa segan. Apatah lagi di zaman IT ini, banyak aktivitas mereka, baik secara perseorangan maupun berorganisasi dipromosikan oleh mereka di internet tanpa henti. 

Dengan berleluasanya kerusakan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia seperti yang dinyatakan di atas, maka apakah tidak layak lagi untuk Allah (swt) menurunkan azab-Nya atas kita semua? Na’uzubillah min zalik..

Persoalan selanjutnya, kenapa dosa dan kemaksiatan yang telah disebutkan dan diingatkan dengan tegas oleh Rasulullah (saw) itu, bahwa ia akan mengundang azab Allah (swt) secara langsung atas kita semua, bisa berlaku dalam skala yang cukup besar, baik di Malaysia maupun di seluruh dunia? Kenapa hal ini bisa terjadi sedemikian rupa sedangkan sudah ada peringatan yang begitu tegas dari Rasulullah (saw)?

...bersambung

Posting Komentar untuk "Covid-19: Apakah Maksiat, dan Maksiat Terbesar yang Perlu Dihapuskan? (Bab 1)"

close