Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menyoal Bansos Corona



Oleh: Afiyah Rosyad

Sejak awal corona melanda negeri ini, tak ada serangan fajar berupa bantuan layaknya ketika pilpres akan berlangsung. Di saat wabah melanda, rakyat pontang-panting memenuhi kebutuhan pokoknya. Gelombang PHK ikut mewarnai kekalutan rakyat. 

Tinggal di rumah saja yang digalakkan tidak dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan pokok. Mau tak mau rakyat harus ke luar rumah meski berpeluang tertular corona. Belum lagi edukasi yang minim membuat rakyat menyepelekan protokol kesehatan saat di luar rumah.

Baru setelah beberapa pekan ada program bansos corona. Tentu hal itu merupakan kabar baik bagi rakyat. Namun, bansos yang diedarkan banyak yang salah sasaran, membuat rakyat yang memang membutuhkan pupus harapan.

Soal salah sasaran ini dikemukakan oleh Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto yang meminta Menteri Sosial Juliari Batubara untuk membenahi data kemiskinan setelah banyak kasus penyaluran bansos pandemi virus corona (covid-19) tidak tepat sasaran (CNN Indonesia, 24/06/2029).

Salah sasaran bansos corona tentu menambah persoalan. Rakyat yang memang miskin tak tersentuh bansos, justru yang berkecukupan menerima bansos corona secara berkala. Tentu hal ini membuat hati rakyat miskin semakin perih.

Niat baik Menteri Sosial memang tidak boleh dinafikkan. Namun, data yang salah sasaran justru mengundang kepiluan. Salah data memang manusiawi, namun jika terjadi banyak kasus dan berulang, maka hal ini patut dipersoalkan.

Lambannya pihak terkait dalam penyebaran program bansos corona sudah menunjukkan kurang seriusnya negara dalam meriayah rakyat. Ditambah salah sasaran, semakin menunjukkan betapa abainya pemerintah dengan urusan rakyat. Bansos yang diterima pun tak seberapa, tak mampu mencukupi kebutuhan individu rakyat.

Negara yang diharapkan bisa menjadi sandaran rakyat saat tertimpa musibah, justru lamban bahkan abai atas urusan rakyat membuat rakyat semakin terpuruk. Hal ini terjadi karena negara mengadopsi sistem kapitalisme sebagai pandangan hidupnya. Sehingga segala sesuatu diukur berdasar keuntungan atau asas manfaat. Sekiranya bansos bisa menguntungkan, tentu sudah digalakkan sejak awal diumumkan untuk tetap di rumah saja.

Negara tidak mau menanggung rugi meski hanya menelusuri data valid, siapa saja rakyat miskin dan akan menerima bantuan. Keengganan ini mutlak bagi pengemban sistem kapitalisme agar tidak menyedot dana dari kas negara.

Hal ini jauh berbeda dengan negara yang mengemban sistem Islam. Negara akan melayani rakyat tanpa memandang apakah miskin atau kaya, karena Islam menjadikan negara sebagai institusi yang harus menjamin kebutuhan pokok individu rakyat. Kholifah nanti yang bertanggung jawab dalam memelihara urusan rakyat, memastikan rakyat dalam kecukupan ekonomi.

Negara memenuhi kebutuhan pokok tanpa menunggu wabah melanda atau bencana alam menimpa. Kebutuhan pokok ini akan didistribusikan terus menerus, karena negara mengelola harta milik umum seperti SDA yang hasilnya dikembalikan kepada individu rakyat. 

Apalagi jika terjadi bencana atau wabah melanda, negara ekstra cepat dalam memenuhi kebutuhan pokok rakyat di wilayah terdampak wabah. Dengan begitu rakyat akan tenang tinggal di rumah tanpa khawatir kelaparan. Negara juga akan mengisolasi wilayah tersebut dengan memenuhi segala kebutuhan kesehatan, baik tenaga medis, APD atau alkes. Jika rakyat patuh tinggal di rumah dan benar-benar wilayahnya terisolasi, maka tentu penyebaran wabah bisa segera terselesaikan.

Negara akan mengeluarkan dana dari baitul mal dengan segera. Jika baitul mal kosong, maka kholifah akan meminta bantuan wilayah tidak terdampak wabah untuk membantu. Jika belum cukup, maka kholifah akan meminta kaum muslim yang kaya bersedekah. Jika masih belum cukup, kholifah akan segera mencari dana talangan dari warga muslim yang kaya. Jalan terakhir jika masih belum cukup, maka kholifah akan menarik pajak hanya dari kaum muslim yang kaya saja.

Begitulah mekanisme Islam dalam mengatur sistem ekonomi. Islam tidak akan memperhitungkan untung atau rugi dalam melayani rakyat, muslim atau pun kafir dzimmi. Maka saatnya seluruh negeri muslim kembali pada aturan Islam dan mencampakkan sistem kapitalisme.

Wallahu a'lam

Posting Komentar untuk "Menyoal Bansos Corona"

close