Multaqa Ulama Aswaja Tapal Kuda Jatim, “Syariah islam Untuk Kebaikan Indonesia”
Tapal Kuda, Visi Muslim- Merespon kondisi perpolitikan terkini di negeri tercinta Indonesia, para ulama Tapal Kuda Jawa Timur menggelar acara Multaqa Ulama Aswaja secara daring (Jumat, 24/7/2020) mulai pukul 20.00 hingga 23.00, dengan mengangkat tema “Menetap Masa Depan, Tinggalkan Kapitalisme-Demokrasi-Nasionalisme-Komunisme Menuju Islam”.
Dalam multaqa ini, puluhan ulama Tapal Kuda Jatim, diminta menyampaikan aqwal minal ulama, disaksikan ratusan undagan yang terdiri dari kyai, ulama, pengasuh pondok pesantren, pengasuh majlis taklim dan asatidz di kawasan “Tapal Kuda”, Jawa Timur, yang meliputi perwakilan dari Kota Pasuruan, Malang, Jember, Bondowoso, Probolinggo, Banyuwangi, dan Lumajang.
Pemilihan tema ini didasarkan pada perkembangan situasi dimana, adanya kelompok-kelompok yang ingin memaksakan lahirnya kembali ideologi komunisme melalui pembahasan RUU HIP, yang kini telah bermertamorfosa menjadi RUU BPIP. Nampaknya aksi umat Islam yang menghendaki pembubaran RUU HIP, disikapi dengan menunda pengesahan RUU dan berganti baju menjadi nama baru RUU BPIP, padahal esensinya sama.
Padahal kelompok ini jelas dan tegas ingin merubah haluan negara, namun tidak mendapatkan tindakan apa-apa dari aparat. Justru mereka mencari kambing hitam, dengan menuduh kelompok Islam yang menjadi ancaman. Mereka balik menuduh para pengusung khalifah yang mengancam negeri ini. Padahal sejatinya mereka yang berkuasa, yang menjual aset negara, dan melakukan korupsi.
Ini semua bisa terjadi karena negara ini dikelola dengan sistem kapitalisme, yang melahirkan karakter penguasa rakus kekuasaan dan kekayaan. Sebagaimana namanya, ideologi kapitalisme menempatkan materi (kekayaan) sebagai sesembahannya. Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan dan menguasai kekayaan alam milik negara. Hal ini wajar, karena untuk menjadi penguasa di negara Kapitalisme dibutuhkan biaya yang sangat besar, maka oligarki menjadi pilihan, pengusaha menjadi sponsor bagi naiknya calon penguasa, dan sebagai balas budi atas jasa pengusaha, maka pengelolaan sumber daya alam dan aset negara diserahkan kepada para pengusaha (pemilik modal).
Kondisi inilah yang membuat negara ini sejak merdeka hingga berganti beberapa kali pemimpin tetap sama, terpuruk, bertambah terus hutangnya hingga batas yang tidak mungkin bisa dibayar. Apa sistem seperti ini akan tetap dipertahankan? Yang membuat Indonesia bangkrut.
Sementara itu komunisme yang mencoba bangkit, melalui kaki tangan mereka yang ada di pusat kekuasaan, membuat Indonesia masuk dalam jebakan hutang China. Indonesia berharap China bisa menjadi mitra untuk memperbaiki kondisi ekonomi. Padahal sejatinya China adalah negara miskin, yang mana pengangguran dan tingkat kesejahteraan rakyatnya sangat rendah. Hanya segelintir orang yang menguasai kekayaan negaranya. Maka China berusaha menjadikan negara-negara lain sebagai koloninya, yang akan disedot kekayaan alamnya dan menggirimkan tenaga kerja mereka ke negara-negara koloni melalui program kerjasama Turnkey Project.
Kondisi inilah yang melatarbelakangi para ulama untuk memberikan nasehat, mengingatkan para pemegang kekuasaan. Umat islam harus menjadi tuan di negara sendiri, dan hal ini bisa terwujud dengan diterapkannya syariah Islam sebagai dasar penggelolaan negara.
Hadir sebagai pemateri dalam Multaqa Ulama Aswaja Tapal Kuda Jatim kali ini adalah: Kyai Ahmad Sukirno, Pengasuh MT. Baitus Silmi Pasuruan, Kyai Lukman Aziz, PP. At-Tahdzib Pasuruan, Kyai Zainulloh Muslim, Pengasuh MT. Baitul Muslimin Rembang, Pasuruan, Kyai Yasin, PP Al Fattah Jember, Kyai Sugianto, Pengasuh MT As Salam Bondowoso, Ustad Nurul Muyassir, Dewan Pengasuh PP Kyai Sekar Al Amri Probolinggo, KH. Asrofi, PP Darun Najah Banyuwangi, KH. Abah Qoyyum, Pengasuh MT. Pondok Bambu Malang, Kyai Syaiful Lutfi ST, Pengasuh MT. Tholabin Nusroh Malang, Kyai Masrikan, Mubaligh Kota Malang, Kyai Musthofa Abu Fajar, Malang, dll. []
Posting Komentar untuk "Multaqa Ulama Aswaja Tapal Kuda Jatim, “Syariah islam Untuk Kebaikan Indonesia”"