Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Saatnya Tenaga Kesehatan Dilindungi



  


Oleh: Desi Wulan Sari (Komunitas Revowriter)

Di masa pandemi ini, siapakah yang menjadi garda terdepan penyelamat rakyat? Covid-19 secara masif telah membuat babak baru atas nasib tenaga medis di negara ini. 

Data yang dikeluarkan oleh Amnesty International Indonesia mencatat setidaknya 181 tenaga Kesehatan (nakes) Indonesia meninggal dunia akibat Covid-19 hingga awal September ini, dengan rincian 112 orang dokter dan 69 perawat. Angka tersebut membuat Indonesia berada di jajaran negara dengan angka kematian tenaga kesehatan terbesar di dunia. Analisis terbaru dari Amnesty International menemukan setidaknya 7000 tenaga kesehatan telah meninggal dunia di seluruh dunia karena terinfeksi Covid-19 (Suara.com,4/9/2020).

Akibatnya, Indonesia kembali berduka. tenaga kesehatan di Tanah Air yang meregang nyawa ketika melaksanakan tugas mengurus pasien Covid-19 lantaran berbagai faktor yang menyebabkan gugurnya mereka. Berbagai evaluasi semestinya di lakukan dengan jujur dan terbuka terkait data-data sebaran virus yang terjadi selama ini.

Melihat fakta yang terjadi di lapangan, membuat para tenaga kesehatan nasonal mendesak pemerintah untuk lebih fokus dengan tidak mengabaikan masalah yang mereka hadapi. Upaya-upaya signifikan harus segera dilakukan sebagai langkah perlindungan tenaga medis dan mencegah jatuhnya kembali korban-korban berikutnya. Dimulai dari mmelakukan investigasi darurat terkait penyebab gugurnya para tenaga medis, merevisi kebijakan pemerintah terkait pencegahan sebaran virus yang masif, pengembangan dalam penemuan obat anti virus yang di support seratus persen oleh negara, serta kesiapan pengadaan APD yang memenuhi standar kebutuhan skala nasonal.

Namun, yang menjadi catatan penting, ketika kita hidup dalam satu sistem yang jauh dari kemaslahatn layaknya kapitalisme, semua hal tersebut di atas tidak akan mudah dilakukan. Akan banyak pertimbangan dalam bertindak dan membuat keputusan. Perlunya penguasa oligarki melihat untung rugi dalam mengeluarkan sebuah kebijakan sangat disayangkan oleh rakyat. Mementingkan pertumbuhan ekonomi dari pada urgensi kesehatan menjadi penyebab terbesar banyaknya kasus kematian di masyarakat dan tenaga kesehatan akibat Covid-19.

Semestinya, sebuah negara berperan dalam melindungi warga negaranya. Apapun akan dilakukan demi keselamatan rakyat. Usaha nyata terhadap kepedulian kesehatan rakyat, terlebih pada tenaga medis, sebagai garda terdepan kesehatan akan dilakukan. Jika ia adalah seorang penguasa yang amanah sebagai pengelola negara. Namun, jika kenyataan tidak sesuai harapan, lalu bagaimana para tenaga medis kita mempercayakan nasib, keselamatan, dan hidupnya saat ini, siapa yang mampu melindungi mereka sebagai garis depan kesehatan negara?

Islam selalu memberikan jalan solutif terhadap permasalahan yang muncul. Begitu pun sebagaimana yang dilakukan, saat masa Daulah Islam hadir di tengah umat, kesehatan di golongkan oleh khalifah sebagai kebutuhan pokok masyarakat yang menjadi hak setiap warga negaranya. Pentingnya kesehatan menjadi pertanda bahwa negara tidak boleh abai terhadap kebutuhan ini. 

Berbagai fakta historis kebijakan di bidang kesehatan yang pernah dijalankan oleh pemerintahan Islam sejak masa Rasul saw. menunjukkan taraf yang sungguh maju. Pelayanan kesehatan gratis diberikan oleh negara (Khilafah) yang dibiayai dari kas Baitul Mal.  Adanya pelayanan kesehatan secara gratis, berkualitas dan diberikan kepada semua individu rakyat tanpa diskriminasi jelas merupakan prestasi yang mengagumkan.

Raja Mesir, Muqauqis, pernah menghadiahkan seorang dokter kepada Nabi saw. Beliau menjadikan dokter itu untuk melayani seluruh kaum Muslim secara gratis. Khalifah Umar bin al-Khaththab, menetapkan pembiayaan bagi para penderita lepra di Syam dari Baitul Mal. Khalifah al-Walid bin Abdul Malik dari Bani Umayyah membangun rumah sakit bagi pengobatan para penderita leprosia dan lepra serta kebutaan.  Para dokter dan perawat yang merawat mereka digaji dari Baitul Mal.  Bani Thulan di Mesir membangun tempat dan lemari minuman yang di dalamnya disediakan obat-obatan dan berbagai minuman.  Di tempat itu ditunjuk dokter untuk melayani pengobatan.

Melihat bagaimana seorang penguasa melindungi, menghargai dan memberikan apresiasi besar terhadap dunia kesehatan, menjadi catatan penting sebuah sejarah peradaban mulia. Dimana berharganya nyawa seorang tenaga kesehatan, baik dokter, perawat, ilmuwan dan yang sejenisnya menjadi bukti kepedulian negara kepada aset kesehatan yang negara miliki. 

Saatnya, umat memilih sistem yang melindungi dengan nyata para tenaga medisnya. Memilih penguasa yang tidak abai kepada kebutuhan rakyat. Itulah sebaik-baik sistem yang telah Allah tunjukkan melalui qalamullah Alquran dan Al Hadist sebagai jalan keselamatan. Dengan menjalankan syariat Islam kaffah sebagai solusi problematika umat di negeri ini. Wallahu a’alm bishawab.

Posting Komentar untuk "Saatnya Tenaga Kesehatan Dilindungi "

close