Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jilbab Kewajiban Bukan Pilihan



Oleh: Afiyah Rasyad (Aktivis Peduli Ummat)

Jagad media sosial kembali diguncang badai "identitas" seorang muslimah. Lagi-lagi jilbab dipertanyakan oleh pemjlik akun @dw_indonesia.

Dalam postingannya DW Indonesia mencoba mempertanyakan, "Apakah pemakaian jilbab tersebut atas pilihan anak itu sendiri?"

Postingan berupa video itu dikuatkan oleh beberapa psikolog yang tampak berpihak pada DW Indonesia. Tentu saja hal ini mengundang kemarahan netizen karena bertindak sepihak. Bahkan, ketika DW menjawab beberapa komentar netizen dengan yang seolah bijaksana, justru tetap menjadi bulan-bulanan netizen.

"Pemakaian jilbab karena kesadaran, sebagai pilihan dan ekspresi penvarian jati diri, tanpa paksaan atau tekanan, patut dihormati dan dihargai." @dw_indonesia (gelora, 26/09/2020).

Sungguh, jika dalam DW Indonesia jilbab hanyalah sebuah pilihan, dia salah besar. Cara pandang yang dimiliki DW bukan satu-satunya di negeri ini, bahkan di dunia. Jilbab yang dianggap sebagai pilihan atau bukan kewajiban seorang muslimah bagai bola liar yang menggelinding dalam lingkaran setan.

Liberalisme yang kental dalam benak kaum muslim saat ini menganggap bahwa jilbab sebatas pilihan belaka. Asas sekularisme sudah menjamin kemaksiyatan yang melanda. Pemisahan agama dari kehidupan terpampang nyata dengan pernyataan memilukan dan seringnya melecehkan ajaran Islam.

Kaum muslim tak hanya dijauhkan dari jilbab, apakah di ranah domestik ataupun publik. Bahkan, dalam muamalah lainnya, kaum muslim dijaujkan dari agamanya, yakni Islam.

Saat ini pertentangan akan jilbab terus bergulir karena negara menerapkan ideologi kapitalisme yang berasas sekularisme. Berbeda halnya dengan negara yang menerapkan ideologi Islam dalam bingkai khilafah. Justru khilafah akan menciptakan suasana keimanan dan mendukung para ibu yang memberi keteladanan pada putrinya untuk mengenakan jilbab dan kerudung sejak usia dini.

Sudah terang benderang bahwa kerudung (khimar) dan jilbab (gamis/jubah) itu wajib atas muslimah. Allah SWT berfirman tentang wajibnya jilbab:

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (TQS. Al Ahzab: 59)

Sementara firman Allah SWT tentang wajibnya kerudung (khimar):

"... Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya ..." (TQS An Nur: 31)

Sungguh, jilbab dan kerudung adalah kewajiban yang tak bisa ditawar. Layaknya pakaian lain yang dikenakan pada balita, jilbab dan kerudung pun dipakaikan pada putrinya oleh seorang ibu yang taat syariat. Kerudung dan jilbab yang dipakaikan sejak dini akan memudahkan seorang ibu untuk putrinya kelak ketika dia mulai memahami kata-kata. Pembiasaan sejak dini disertai keteladanan merupakan konsekuensi keimanan seorang ibu kepada Allah SWT.

Jilbab dan kerudung adalah kewajiban bagi seorang muslimah yang sudah baligh. Namun, untuk anak yang belum baligh jika sudah berjilbab dan berkerudung, InsyaAllah pahala bagi kedua orang tuanya.


Wallahu a'lam bish showab

Posting Komentar untuk "Jilbab Kewajiban Bukan Pilihan"

close