Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Politik Bebas Aktif Dalam Catatan Kritis

 


Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP) 

Menkopolhukam, Mahfudz MD merasa heran dengan anggapan kepada pemerintah. Di Bulan September, pemerintah dituding pro komunis. Sedangkan di Bulan Oktober, pemerintah dituding pro kapitalis (www.politik.rmol.id, 11 Oktober 2020). 

Lebih lanjut Mahfudz MD menambahkan bahwa pengesahan UU Omnibus Law Ciptaker dipandang sebagian kalangan sebagai karpet merah bagi penjajahan. Pemerintah tidak pro pada rakyatnya sendiri, justru memberi keluasan pada para kapital. Inilah gambaran prismatic society, menurutnya. Masyarakat Indonesia itu akan cepat beralih menuju kemajuan bila bisa meninggalkan unsur - unsur primordial. Menurutnya unsur - unsur primordial ini bisa menghambat kemajuan itu sendiri.

Sesungguhnya peta politik dunia dipengaruhi oleh 3 ideologi dunia yakni Kapitalisme, Komunisme dan Islam. Masing - masing ideologi tersebut mempunyai corak politik luar negeri yang khas. Negara yang mengembannya akan berusaha mengegolkan tujuan politik ideologinya. Jadi adalah kewajaran terjadi kompetisi di antara negara - negara pengemban ideologi.

Tatkala Indonesia menentukan arah polugrinya dengan bebas aktif, Indonesia tidak ingin ikut terpolar ke blok ideologi tertentu. Padahal dalam prakteknya, Indonesia terkesan pragmatis. Artinya Indonesia berusaha mengambil peluang keuntungan dengan memanfaatkan perang dingin antar kubu ideologi.

Hal ini bisa kita tela'ah dari hubungan Indonesia dengan China. Posisi China sebagai pemberi bantuan pembangunan resmi terbesar di dunia, tentunya akan menguntungkan bagi Indonesia. Program OBOR China menjadi jalan kerjasama ekonomi Indonesia - China. 

Sebagian kalangan melihat bahwa China memandang hubungan dengan Indonesia itu strategis. Sebenarnya Indonesia yang memandang hubungan dengan China itu yang strategis. Di samping dalam perang dagang dengan AS, China terlihat lebih unggul di kawasan laut China Selatan. Oleh karena itu, ekspor China tidak ada kecenderungan untuk dikurangi.

Demikianlah posisi hubungan Indonesia - China bersifat keuntungan pragmatis ekonomi dan perdagangan. Dengan begitu bisa mengurangi ketergantungan terhadap AS sebagai negara kapitalis. 

Sesungguhnya yang paling berpengaruh di Indonesia adalah politik AS. Hal ini bisa kita lihat dari beberapa hal berikut ini. 

Pertama, gagalnya rencana Indonesia untuk membeli 11 pesawat SU-35 Rusia, senilai sekitar Rp 17 trilyun. AS menekan Indonesia, sehingga beralih untuk membeli pesawat tempur Eurofighter Typhoon dari Austria. Bagi Indonesia, tekanan AS masih vital. 

Kedua, perusahaan - perusahaan AS masih terus bercokol di Indonesia mengeksploitasi SDA, seperti Freeport Mc Moran, Exxon Mobile, dan lainnya. 

Ketiga, keberadaan China sendiri sebagai one state two system. Ke luar negeri, China menggunakan cara - cara kapitalis dalam mewujudkan ambisi ekonominya. 

Pendek kata, politik bebas aktif tetap terkooptasi oleh politik ideologi yang dominan. Hubungan komprehensif AS - Indonesia adalah dalam rangka menjaga keamanan di lingkungan Laut China Selatan. Di samping itu, negara - negara satelit Inggris ada di kawasan seperti Australia dan Malaysia. Sedangkan Inggris notabenenya adalah negara kapitalis yang berada dalam satu blok dengan AS. 

Adapun potensi kembali bangkitnya Komunisme di Indonesia adalah sebuah keniscayaan. Hanya saja yang patut untuk disadari bahwa Komunisme yang akan muncul bukanlah komunisme sebagaimana PKI 1948 yang berporos ke Uni Sovyet atau Rusia. Komunisme saat ini akan muncul dalam track Kapitalisme. Artinya Indonesia akan tetap menjadi ajang sengketa perang dingin antara Kapitalisme dengan Komunisme, yang saat ini teraktualkan dalam perang dingin antara Washington dengan Tiongkok. Dan kembali lagi, Indonesia akan terjebak dalam pragmatisme politik mengatasnamakan Polugri bebas aktif.

Sebuah Catatan untuk Konsep Prismatic Society

Konsep Prismatic Society mengadopsi pola berpikir sains. Ketika sebuah cahaya monokromatik dilewatkan pada prisma akan mengalami defraksi cahaya yang bermacam - macam. Defraksi cahaya ini membentuk paduan warna yang Indah, layaknya sebuah pelangi. 

Tatkala teori sains ini diterapkan pada realitas masyarakat tentunya akan melahirkan hal yang absurd. Masyarakat itu realitas sosial. Pola pikir masyarakat dipengaruhi oleh ideologi yang dominan di negerinya. 

Sedangkan aspek - aspek primordial di tengah masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh aqidah yang diyakini mayoritas masyarakatnya. Masyarakat Indonesia yang mayoritasnya memeluk Islam tentunya sedikit banyak membentuk pola pikir masyarakat terhadap ideologi yang berpengaruh di negerinya. Hal ini terjadi karena Islam itu selain sebagai agama juga sebagai ideologi. Maka sifat alami Islam akan struggle dengan ideologi lain, walaupun umatnya masih belum mengadopsi Islam sebagai ideologi negerinya. Adalah hal yang lumrah bila umat Islam Indonesia lantas memasang kewaspadaan lebih atas bahaya laten Komunis. Pada saat yang bersamaan mereka akan bangkit menentang kedholiman nyata dari ideologi Kapitalisme di negerinya.

Yang perlu dicatat bahwa fakta empiris menunjukkan tidak ada kemajuan yang akan bisa diraih oleh negeri - negeri yang hanya menjadi ajang persaingan negara - negara ideologi. Yang ada adalah pragmatisme politik.

Ambil contoh Jerman. Pasca perang dunia II, Jerman tidak lagi menjadi adidaya. Melalui Marshal Plan, AS membonsai Jerman menjadi industri non militer dan persenjataan. Karena untuk menjadi negara maju dan adidaya, maka industrinya harus berbasis militer dan persenjataan. Hal demikian ini tidak pernah bisa dicapai oleh Indonesia. Justru yang ada adalah penjajahan dan keterpurukan. Bukan kemajuan sebagaimana yang diteorikan dalam Prismatic Society.

Kesimpulannya, menjadi urgen guna mewujudkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan mandiri. Tidak berada dalam orbit kepentingan para penjajah baik dari timur dan barat. 

Aqidah Islam yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia mempunyai potensi membawa Indonesia berdaulat. Aqidah Islam yang melahirkan konsep kehidupan Islam telah membentuk bangunan Islam sebagai ideologi. Sedangkan Ideologi Islam mempunyai goal setting polugrinya adalah membebaskan manusia dari penjajahan oleh sesama manusia. Dakwah dan jihad menjadi metode baku polugrinya.

Pertanyaannya, bukankah dengan arah polugri Islam tersebut akan mampu membawa kemajuan dan mengubah negara yang mengadopsinya menjadi adidaya dunia? Lantas apa yang menghalangi untuk mengambilnya?


# 13 Oktober 2020

Posting Komentar untuk "Politik Bebas Aktif Dalam Catatan Kritis"

close