Refleksi 2020: Demokrasi Di Ujung Tanduk. Khilafah Memecahkannya
Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Tahun 2020 akan segera berakhir tetapi demokrasi semakin sekarat. Setelah keruntuhan Khilafah, Barat merasa menang telah menghancurkan Islam dan Khilafah.
Demokrasi dipandang sebagai sistem satu-satunya sebagai solusi terhadap setiap persoalan manusia. Tidak ada lagi sistem yang lebih baik dari demokrasi. Namun sayang semakin berganti tahun banyak negara semakin susah karena demokrasi.
Di Amerika Serikat sendiri, para pakar menganggap bahwa demokrasi bisa mati karena para tiran dengan cara yang lunak dan humanis berhasil mengambil hati rakyat dan terpilih dalam pemilu. Donald Trump salahsatu contoh tiran yang berhasil masuk menjadi pemimpin dalam demokrasi AS menurut buku How Democracies Die karya Steven Blantsky.
Trump tidak sendiri ada Hitler, Musollini, Hugo Chaves dll yang dianggap sebagai Tiran yang terpilih secara demokratis. Kegagalan demokrasi kedua adalah tidak mampu memakmurkan negaranya.
George Jr. Bush, Mantan Presiden AS, dalam sebuah Live Streaming mengatakan bahwa jika kita ingin melindungi negara kita dalam jangka panjang kita harus menyebarkan demokrasi. Demokrasi ekspor AS paling mematikan di dunia dan meracuni AS sendiri.
AS sekarang negara dengan utang luar negeri terbesar di dunia. Ribuan triliunan dollar. Hampir saja runtuh kalau AS bukan negara adidaya.
AS ketika dihantam pandemi Corona, sistem demokrasinya goyang dan tak stabil. Ada 30 juta rakyat yang di PHK. Konflik sosial pun terjadi dimana kulit putih mendominasi dan menzhalimi warga kulit hitam.
Negara-negara yang menerima demokrasi wa bil khusus negeri-negeri Kaum Muslimin porak poranda karena ekspor sistem AS ini. Irak, Afganistan, Suriah secara militer rusak dibombardir AS dan sekutunya.
Di Indonesia, demokrasi ala Barat menghasilkan banyak rezim yang bukan saja anti Islam tetapi juga anti rakyat. Para koruptor semakin bertambah banyak tetapi sedikit saja yang diproses hukum.
Koruptor besar terus berjaya. Bisa lari keluar negeri. Anak Pak Lurah pun tak disentuh beda dengan Ulama yabg cepat sekali diproses.
Indonesia penghasil Kelapa Sawit terbesar di dunia namun dikuasai lahannya oleh 25 perusahaan kapitalis. Ada 300 lahan tambang di Indonesia tetapi dikuasai oleh segelintir kapitalis.
Utang negara membengkak, Corona terus menyebar, pemgangguran dan kemiskinan semakin bertambah banyak. Jika ini terjadi, Umat memerlukan sistem Khilafah.
Survey membuktikan kaum Muslimin di seantero dunia semakin menginginkan Khilafah. Kaum Muslimin mulai sadar bahwa dulu Khilafah adalah penyelamat dunia.
Mengapa Khilafah runtuh? Karena ingin dihancurkan oleh Barat. Dalam pandangan Barat, Khilafah terlalu kuat untuk dilawan.
Oleh karena itu mereka menggunakan serangan ekternal dan internal terhadap Kaum Muslimin agar meninggalkan Khilafah. Mereka takut jika Khilafah tegak kembali, Barat akan tersingkir.
Kapitalisnya dilindas. Sehingga Khilafah kembali menguasai dunia dan menerapkan Islam secara Kaffah. Ini artinya dunia akan kembali makmur.
Ini artinya Barat akan kehilangan pengerukan SDA di wilayah Kaum Muslimin. Barat kehilangan penghasilan luar negerinya dari hasil merampok. Jika Khilafah tegak demokrasi hancur.
Sama seperti prediksi NIC bahwa Khilafah akan tegak paling cepat tahun 2020. Ketika Khilafah tegak, Sistem ini akan menguasai dunia bukan untuk menjajahnya tetapi untuk menebar kebaikan bagi seluruh dunia termasuk Eropa dan AS.
Saat inilah yang paling ditakuti oleh imperialis Barat. Mari percepat kedatangan sistem ini dengan dakwah ideologis. []
Bumi Allah SWT, 26 Desember 2020
Posting Komentar untuk "Refleksi 2020: Demokrasi Di Ujung Tanduk. Khilafah Memecahkannya"