Mudik Lebaran Longgar, Hati-hati Covid-19 Makin Berkibar
Ilustrasi |
Oleh: Afiyah Rasyad (Aktivis Peduli Ummat)
Gerbang Ramadhan semakin terlihat. Waktu melesat dengan cepat. Sementara, virus corona masih bergentayangan di mana-mana. Meski vaksinasi telah disosialisasikan dan dilaksanakan, namun masyarakat masih terkungkung dalam mindset kekhawatiran. Ditambah lagi, kepercayaan masyarakat akan keberadaan virus corona kian menghilang. Geliat mudik mulai terasa dan mendapatkan lampu hijau.
"Keledai saja tak jatuh di lubang yang sama sampai dua kali. Pepatah itu bermaksud mengingatkan, bahwa sebodoh-bodohnya orang, ia tak akan mengulang kesalahan sebelumnya."
Di masa pandemi corona, pepatah yang pertama kali dipopulerkan penulis Yunani Homer dan Aesop, itu kembali dilontarkan Ketua Institut Studi Transportasi (Instran) Darmaningtyas. Dia mengingatkan pemerintah agar konsisten dalam menerapkan kebijakan untuk menanggulangi covid-19, terutama soal rencana pemerintah untuk memperbolehkan mudik (CNNIndonesia.com, 18/03).
Tentu kabar mudik yang dilonggarkan akan memberi animo segar bagi masyarakat yang kian tak percaya akan adanya virus corona. Sikap santai dan abai terhadap protokol kesehatan kerap dijumpai dalam lingkungan sehari-hari. Pemakaian masker asal-asalan, jaga jarak sudah jarang, mencuci tangan, dan semua imbauan mengenai pencegahan sebaran covid-19 semakin tak diindahkan.
Siaga mudik lebaran harus digalakkan, pasalnya pelonggaran mudik tidak menutup kemungkinan akan menambah deretan kasus positif. Sebaran virus corona bisa semakin terkendali, akan menjadi siklus yang bergentayangan di negeri ini.
Epidemiolog Universitas Airlangga Windhu Purnomo lantas menilai kebijakan pada pelonggaran mobilitas warga itu sebagai sebuah ancaman yang besar. Bila melihat riwayat kenaikan kasus covid-19 setelah libur panjang, Windhu yakin libur lebaran disertai tak ada larangan mudik akan membuat lonjakan kasus covid-19 terjadi di tanah air.
"Kita lihatnya mudah, antara Mei tahun lalu menjelang lebaran itu mudik dilarang yang boleh pulang kampung. Padahal itu kasus harian 10 kali lebih rendah dari sekarang, dan itu dilarang. Sekarang kasus harian per hari 10 kali lipat malah tidak dilarang, itu saja dari logika bingung begitu kan," kata Windhu saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (18/3).
Jika mudik dilonggarkan, benarlah bahwa perhatian pemerintah pada pencegahan rantai penyebaran virus corona dari sektor kesehatan masih rendah. Keselamatan nyawa rakyat dari ancaman infeksi virus seolah tak dihiraukan. Setiap individu rakyat harus ekstra menjaga diri sendiri agar terhindar dari serangan virus, dimana penularan melalui kontak erat atau interaksi intens sesama anggota keluarga, teman sekantor atau teman bekerja, dan interaksi lainnya.
Setahun tak menampakkan virus corona mereda, justru lonjakan kasus semakin meningkat. Sementara kebijakan penanganan pencegahan kasus covid-19 berubah-ubah dan terkesan asal. Sejatinya penanganan yang terkesan setengah hati ini adalah hal yang wajar dalam tatanan kehidupan kapitalisme yang diadopsi negara. Dimana, asas manfaat menjadi pedoman dalam pemeliharaan urusan rakyat. Dengan demikian, untung rugi menjadi fokus utama. Jika perhatian pada urusan rakyat menimbulkan kerugian, maka sistem kapitalisme akan mendorong negara mengabaikannya.
Pemeliharaan urusan rakyat tidak menjadi tanggung jawab negara agar tidak menjadi beban dan mengakibatkan negara merugi. Dalam sistem kapitalisme, rakyat dibiarkan memenuhi kebutuhan pokoknya sendiri, bebas dengan cara apa pun, tak peduli halal ataukah haram. Pasalnya, sekularisme manjadi asas yang membuat negara dan masyarakat kompak meninggalkan agama dalam setiap sendi kehidupan, termasuk saat wabah melanda.
Sistem kapitalisme ini bertolak belakang dengan sistem Islam. Islam adalag agama sekaligus ideologi kehidupan. Islam mengatur segala perkara dan memiliki solusi atas seluruh persoalan. Islam memiliki metode mutakhir dalam menyelesaikan wabah di tengah masyarakat, yakni dengan membangun ide karantina untuk mengatasi wabah penyakit menular.
Al kisah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Baginda Rasulullah saw. Saat itu wabah yang melanda adalah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Solusi yang dipilih untuk mengatasi wabah tersebut, Rasulullah saw. menerapkan karantina terhadap penderita. Beliau bersabda:
لاَ تُدِيمُوا النَّظَرَ إِلَى الْمَجْذُومِينَ
"Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta." (HR al-Bukhari)
Bahkan, Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda:
“Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR al-Bukhari)
Selain karantina pada penderita, Rasulullah saw. melakukan upaya katantina wilayah total. Masyarakat dilarang masuk ke wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah, mereka dilarang untuk ke luar dari wilayah tersebut. Beliau bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا
"Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu." (HR al-Bukhari)
Sungguh, karantina wilayah ini menjadi primadona dalam mencegah rantai penyebaran wabah. Sementara, wilayah yang tidak terdampak wabah tetap bisa melakukan produktivitas. Hal ini tentu menguntungkan negara dalam aspek ekonomi. Pasalnya, wilayah yang masih produktif bisa membantu negara dalam pembiayaan pengadaan alat, obat, ataupun gaji tenaga kesehatan.
Bagaimanapun, Islam mewajibkan khalifah memenuhi segala kebutuhan pokok individu rakyat, termasuk kesehatan. Maka, khalifah akan benar-benar memperhatikan kebijakan yang dikeluarkan. Kebijakan yang ada tentu untuk menyejahterakan dan melindungi keselamatan rakyat. Khalifah menjadikan tolak ukur dalam mengadopsi aturan kehidupan hanya berasal dari sumber hujum Islam, yakni Alquran, Assunnah, ijma' sahabat, dan qiyas. Khalifah akan senantiasa siaga dengan mobilisasi di masa wabah dengan karantina wilayah. Sehingga, penanganan wabah bisa dicegah dengan mudah.
Wallahu a'lam
Posting Komentar untuk "Mudik Lebaran Longgar, Hati-hati Covid-19 Makin Berkibar"