Lebaran : Tak Sekadar Baju Baru

Ilustrasi



Oleh : Ismawati (Aktivis Muslimah) 

Tak terasa bulan Ramadhan sudah memasuki pekan ke tiga. Seperti tahun-tahun sebelumnya, beberapa hari terakhir bulan Ramadhan masjid kian sepi. Aktivitas masyarakat berubah dengan berburu pernak-pernik lebaran. Seperti misalnya baju baru. 

Di Indonesia, persiapan lebaran identik dengan penyiapan baju baru. Berbagai mode dan gaya diluncurkan untuk melengkapi hari lebaran keluarga. 

Beberapa tahun terakhir yang paling laris dipasaran adalah model baju gamis dan tunik. Bahkan dengan berbagai nama artis yang sedang viral saat itu. Seperti gamis model Syahrini, dll. 

Tak berbeda dengan tahun ini, gamis terlaris adalah model Andin. Karena terinspirasi dari salah satu sinetron yang sedang viral saat ini.

Gamis dengan model brukat dan tile ini semakin laris seperti di Pasar Kliwon Kudus. Salah satu pedagang mengatakan penjualannya meningkat 60% dibanding tahun lalu. Bahkan pembeli baju muslim tersebut tidak hanya didominasi dari warga lokal. Namun banyak yang berasal dari luar Kabupaten Kudus. Misalnya dari wilayah eks Keresidenan Pati, Grobogan, Semarang, Tegal, dan sebagainya, (suarajawatengah.id 24/04/2021).

Tak heran, dalam sistem kapitalisme segala hal dipandang dari segi materi. Tak ayal, dalam berbusana muslim pun dilihat dari tren kekinian saja. 

Tapi tahukah? Sejatinya busana muslim bukanlah pakaian musiman yang dipakai setahun sekali saja. Sebab, itu adalah pakaian seorang muslim yang bertakwa. 

Sebagaimana firman Allah Swt. "Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri kaum Mukmin, “Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka…” (TQS al-Ahzab [33]: 59).

Di dalam Kamus Al-Muhith dinyatakan, jilbab itu seperti sirdab (terowongan) atau sinmar (lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung. Dalam Kamus Ash-Shahhah, al-Jauhari mengatakan, “Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula’ah (baju kurung/gamis).”

Sesungguhnya pakaian ini adalah sebuah kewajiban yang harus dikenakan oleh muslimah. Bukan pakaian tren yang diikuti musiman. Terlebih di bulan Ramadhan seharusnya menjadikan diri menjadi insan yang beriman dan bertakwa. Sebab, tak ada lagi yang kita harapkan selama berpuasa sebulan penuh kecuali mengharap ampunan dari Allah Swt. 

Rasul Saw. bersabda : “Siapa saja yang berpuasa Ramadan karena iman dan semata-mata mengharap rida Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Siapa saja yang menghidupkan lailatulkadar karena iman dan semata-mata mengharap rida Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad).

Oleh karena itu, sejatinya Ramadhan tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa makna. Sejatinya hari raya lebaran adalah hari untuk meraih ketaatan. Yakni sebagai insan yang tunduk dan patuh atas aturan Allah Swt. Termasuk perkara berpakaian sebagaimana disebutkan di atas bahwa pakaian tersebut bukan sekadar tren tapi kewajiban. 

Sesungguhnya tatkala Ramadhan berakhir yang tersisa dari kita adalah takwa. Bagaimana hasil kita menempa diri sebulan penuh menjadi orang-orang yang terikat hukum-hukum-Nya. Senantiasa takut berbuat maksiat utamanya dalam masalah menutup aurat.

Memaknai lebaran bukanlah sekadar baju baru. Tapi menjadikan diri kita pribadi yang baru. Pribadi yang taat, tidak bermaksiat, berjuang dan berdakwah karena Allah. Sebab, banyak diantara kita yang berpuasa tapi tidak menurup aurat, memakan riba, hingga melakukan korupsi dan suap. 

Mari kita jadikan bulan Ramadhan momentum melakukan perubahan diri. Bukan hanya untuk individu, masyarakat juga negara. Dengan cara menegakkan syariat Islam secara kafah agar pakaian yang hukumnya wajib tak sekadar dipandang sebagai dari sisi keuntungan namun juga kewajiban. Selain itu, menjadikan diri kita benar-benar meraih takwa pasca Ramadhan dengan menerapkan syariat Islam dalam kehidupan.  


Wallahu a'lam bishowab. 

Posting Komentar untuk "Lebaran : Tak Sekadar Baju Baru"