Mental Breakdown. Aku Bisa Apa?


Ilustrasi



Oleh : Bylkhis Nahdatul


Istilah mental breakdown terdengar begitu familiar bagi kita. Baik di kalangan remaja,orang dewasa ataupun yang lanjut usia. Menurut halosehat.com Nervous Breakdown atau Mental Breakdown itu sendiri bukanlah istilah medis, melainkan sebuah istilah populer untuk menjelaskan fase kemunculan berbagai gejala fisik dan mental serta perubahan perilaku yang sangat Intens sebagai puncak reaksi negatif terkait stres berat,kepanikan, dan cemas berlebihan. Seseorang yang mengalami ini adalah mereka yang kelewat stres sehingga membuat aktivitas mereka terganggu dan bahkan sampai terhenti.

Mental breakdown ini bisa dialami oleh berbagai kalangan mulai dari lansia,pekerja,mahasiswa hingga anak sekolah. Yang sekolah dituntut agar mendapat nilai besar supaya bisa masuk ke perguruan tinggi yang bergengsi. Yang kuliah di tuntut untuk punya IPK tinggi dan banyak pengalaman supaya bisa mendapat pekerjaan yang bergaji tinggi. Yang bekerja mereka dituntut untuk tahan dengan semua tekanan kerja. Dan yang lansia dibebani dengan kecemasan masalah keuangan kesehatan serta ketakutan mereka akan kematian dan lain sebagainya.

Semua dilakukan demi kehidupan ekonomi yang lebih baik. Seperti kata orang "hidup ini seperti Hukum Rimba" yang kuat lah yang akan bertahan. Padahal semua punya kekawatiran yang sama yakni "masa depan". Di Indonesia sendiri Kementerian Kesehatan juga meriset depresi pada 2018. Data riset kesehatan dasar 2018 mengungkap prevalensi depresi di Indonesia adalah 6% dari total penduduk. Kelompok usia yang paling rentan menderita depresi adalah usia 75 tahun ke atas,sebanyak 8,9% dari total penduduk berusia tersebut menderita depresi. Selain itu,usia depresi juga banyak terjadi di kalangan anak muda berusia 15-24 tahun sebanyak 6,2% kaum milenial mudah depresi. (dikutip dari lokadata.id)

Kita kini tengah hidup di negara yang tidak peduli dengan nasib rakyatnya. Rakyat yang dituntut agar mandiri,sementara para penguasa sibuk mempertebal kantong sendiri. Tidak peduli dengan masalah ekonomi,pendidikan,kesehatan dan beban hidup warga negaranya. Kebijakan pemerintah yang semakin membebani rakyat. Seperti biaya sekolah yang semakin mahal,harga sembako naik terus,dan mahalnya biaya kesehatan menjadi faktor pemicu terjadinya mental breakdown. Inilah yang terjadi ketika kita hidup di sistem yang hanya mengutamakan keuntungan materi di atas segalanya. Yaitu kapitalisme dan sekularisme.

Di sistem ini agama tidak digunakan untuk mengatur kehidupan manusia. Mereka yang berpandangan kapitalis sekuler pun menjadikan materialisme sebagai tujuan hidupnya. Tetapi karena hidup mereka yang jauh dari agama akibatnya mereka tumbuh menjadi pribadi yang rapuh,lemah dalam kesabaran dan tidak bertawakal kepada Allah. Itulah mengapa mereka sangat rentan mengalami mental breakdown ini. Oleh karena itu kita harus menjadi muslim yang kuat agar dapat menangkis segala paham dan pandangan yang salah. Maka sudah seharusnya untuk kita kembali ke pandangan hidup Islam yang didasarkan pada aqidah Islam. 

Lalu bagaimana dengan hasil baik dan buruk dalam hidup kita meski kita sudah berpandangan hidup Islam?

Di dalam Islam kita harus punya pemikiran bahwa segala hal baik atau buruk semua berasal dari Allah. Dan semua yang berasal dari Allah adalah kebaikan untuk kita.

Allah SWT berfirman :

كُتِبَ عَلَيۡکُمُ الۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٌ لَّـكُمۡ‌ۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡ‌ۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal Ia amat baik bagimu,dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal Ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S Al-baqarah-216) 

Agar bisa menjadi Muslim yang kuat seperti ini caranya adalah kita harus terus memperbaiki diri dengan mengikuti kajian Islam secara rutin. Hal ini tentunya tidaklah mudah butuh dorongan yang kuat dari diri kita sendiri. Dan pastikan agar kita mencari komunitas dakwah islam ideologis yang akan serius membina kita dengan Islam. tentunya kita harus tetap semangat dan istiqomah agar bisa mengamalkan dan mendakwahkannya. Sehingga ketika mengalami kesulitan dalam hidup akan dipandang sebagai ujian hidup. Ikhlas dan tawakal karena semua dilakukan hanya demi meraih ridho Allah SWT.

Akan tetapi mental breakdown tidak akan tuntas hanya dengan mengkaji Islam saja. Yang harus dilakukan adalah dengan menghilangkan sumber terjadinya mental breakdown ini. Yakni sistem kapitalisme,selama sistem ini masih ada maka tekanan hidup akan terus ada dan mental breakdown pun akan semakin bertambah parah. Jadi kita sangat butuh sistem yang menerapkan Islam secara Kaffah,yakni sistem Islam. 

Di dalam Islam negara wajib mengurusi semua warga negaranya. Meski pada mulanya,pemenuhan dan kesejahteraan manusia merupakan tugas individu itu sendiri dengan cara bekerja. Tetapi jika mereka tidak bisa memenuhi maka negara wajib untuk menyediakannya. 

Rasulullah SAW bersabda :

"Imam(Khalifah) adalah raa'in(pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya" (H.R Al-bukhari)

Selain itu negara wajib memberikan pendidikan berbasis aqidah Islam yang menerapkan aturan Islam secara Kaffah. Serta mencampakkan paham dan pandangan sistem kehidupan materialis dan sosialis yang berasal dari ideologi kapitalisme tadi. Sehingga mental breakdown pun bisa diatasi dengan sistem Islam. Maka sudah saatnya bagi kita untuk kembali pada sistem Islam yang sempurna ini. Jadi apalagi yang ditunggu? []

Posting Komentar untuk "Mental Breakdown. Aku Bisa Apa?"