Musibah Momentum Bermuhasabah
Ilustrasi |
Oleh : L. Nur Salamah, S.Pd (Komunitas Aktif Menulis)
Every night in my dreams
I see you, i feel you
That is how i know you go on
...
Ada yang masih ingat dengan penggalan lagu di atas? Lagu dengan judul My Heart Will Go On, yang dipopulerkan oleh Celine Dion, mengingatkan kita kepada sebuah tragedi tenggelamnya kapal Titanic di Samudra Atlantik Utara setelah menabrak gunung es pada 15 April 1912.
***
Di bulan yang sama, April 2021 kabar memilukan kembali menyelimuti negeri yaitu tenggelamnya KRI Nanggala 402 milik TNI AL pada sabtu (24/04/2021) di perairan laut utara Bali dengan kedalaman 850m, yang sebelumnya dinyatakan hilang kontak pada rabu (21/04/2021).
Duka mendalam dirasakan oleh keluarga korban pada khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya, atas musibah yang menimpa orang-orang tercinta, mereka adalah para prajurit TNI yang rela berkorban demi bangsa dan negara. Teriring doa semoga mereka dalam keadaan husnul khatimah dan berada di barisan para syuhada.
Bicara tentang musibah, merupakan sebuah ketetapan Allah Swt, di luar kuasa manusia. Manusia tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas kejadian yang menimpanya. Sebagai orang beriman, sabar dalam menghadapi musibah merupakan suatu keharusan. Karena setiap yang terjadi, baik dan buruknya dari Allah Swt, yang pasti ada hikmah kebaikan di dalamnya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tagabun ayat 11 yang artinya, "Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu."
Mengambil Pelajaran dalam Setiap Kejadian
Kita menyadari sepenuhnya bahwa musibah terjadi atas kuasa dan kehendak Allah Swt, tidak ada yang mampu untuk menerawangnya apalagi menghindar. Peralatan dan teknologi secanggih apapun yang manusia ciptakan, tidak bisa menyelamatkan manusia dari musibah dan maut. Karena sehebat apapun manusia, tetap saja lemah dan terbatas. Namun, sebagai manusia yang diberikan kelebihan berupa akal, tentu dapat mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang menimpa. Sehingga tidak akan terperosok lagi dalam lubang yang sama.
Oleh karena itu, seyogyanya negara mempersiapkan berbagai komponen perlindungan manusia yang diwujudkan dalam alutsista prajurit TNI, antara lain dengan memperhatikan kelayakan,
umurnya dan modernisasi alutsista. Sehingga bisa dipastikan masih kuat dan aman bagi keselamatan. Seperti dilansir dari laman tirto.id (23/04/2021)
Direktur Eksekutif Institute for Security and Strategic Studies Khoirul Fahmi mengingatkan bahwa hilangnya Nanggala 402 adalah insiden ketiga armada TNI AL. Kasus ini menyingkap kembali permasalahan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia. Beliau juga menyoroti bahwa perlu adanya evaluasi terkait masalah pemeliharaan dan perawatan alutsista yang sudah tua itu memadai atau tidak, kemudian alokasi anggaran dananya mencukupi atau tidak. Karena anggaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangatlah mahal, belum ada yang bisa diandalkan.
Sistem Persenjataan dalam Islam
Dakwah dan jihad merupakan bagian dari syariat Islam. Dakwah berarti menyeru manusia kepada Islam. Kemudian jihad adalah aktivitas perang dalam rangka meninggikan kalimatillah, juga untuk membela kemuliaan Islam dan kaum muslim. Aktivitas perang sendiri memerlukan adanya pasukan dan hal-hal yang menjadi keharusan baik berupa persiapan, pembentukan formasi kepemimpinan, komandan maupun tentaranya. Di samping itu, perang juga memerlukan latihan, pembekalan dan logistik yang cukup dan matang. Pasukan harus memiliki persenjataan yang lengkap dan memadai.
Bicara masalah persejataan, maka mengharuskan adanya industri yang berada di wilayah negara, yang dibangun berdasarkan industri perang atau militer. Membangun industri militer adalah wajib, karena bagian dari upaya menggentarkan musuh. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Anfal ayat 60, yang artinya, "Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah, musuh kalian, dan orang-orang selain mereka yang tidak kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya."
Berdasarkan ayat di atas, menunjukkan wajibnya mendirikan industri militer, tidak tergantung pada negara lain, yang harganya cukup fantastis. Maka, jika tidak memiliki anggaran yang cukup, akhirnya membeli barang bekas atau sudah tua. Apabila tidak diperhatikan perawatan, peremajaan dan kelayakannya, akan membahayakan keamanan dan keselamatan terutama para tentara atau prajurit.
Dengan demikian, membutuhkan peran negara untuk mendukung merealisasikan persenjataan atau alutsista demi kemaslahatan dan kedaulatan negara.
Allahua'lam bishowwab
Posting Komentar untuk "Musibah Momentum Bermuhasabah"