Demokrasi Merancang Penistaan Terhadap Islam Secara Sistematis
Oleh: Abu Mush’ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)
Islam sebagai agama dan juga ideologi. Islam mampu mewarnai dunia selama 14 abad lamanya dengan cakupan wilayah 2/3 dunia. Barat pun dengki dan menghantam Islam dengan menyebarkan demokrasi dan budaya ala Barat ke negeri-negeri Kaum Muslimin agar Islam runtuh dan tidak kembali menjadi kepemimpinan yang bersifat global, politis dan ideologis.
Salahsatu cara Barat menghilangkan pengaruh Islam adalah dengan menancapkan sistem demokrasi. Dalam sistem ini, kebebasan berpendapat dan bertingkah laku menemukan momentum terbaiknya. Dengan dalih, kekebasan adalah hak setiap orang maka mulai muncullah penistaan terhadap agama khususnya agama Islam.
Banyak kasus terbaru terjadi. Kece menghina Rasulullah SAW dengan menyebut Beliau sebagai pengikut jin. "Karena memang Muhammad Bin Abdullah ini pengikut jin," ujarnya dalam tayangan di akun YouTube Muhammad Kece berjudul 'Kitab Kuning Membingungkan' yang diunggah pada 19 Agustus 2021. Dalam video lainnya yang berjudul 'Sumber Segala Dusta', Muhammad Kece juga menyebut "Muhammad ini dekat dengan jin, Muhammad ini dikerumuni jin, Muhammad ini tidak ada ayatnya dekat dengan Allah," kata Muhammad Kece.
Padahal Kece tahu bahwa negeri ini mayoritas penduduknya adalah Muslim. Kecintaan Umat Islam terhadap Rasulullah SAW begitu mendalam. Kece pun dilaporkan dan ditangkap oleh aparat keamanan. Keberanian Kece menista Rasulullah SAW bisa diduga karena banyak faktor.
Bisa karena kebencian yang sangat mendalam kepada Islam. Ditambah adanya Hak Asasi untuk berekspresi yang dijamin dalam sistem demokrasi. Adanya maklumat atau informasi sebelumnya bahwa sudah ada contoh orang-orang yang terlebih dahulu menista agama Islam. Dan mereka aman saja.
Walaupun ada respon balik dari kaum Muslimin, orang-orang yang melecehkan Islam toh tidak ada yang dihukum mati. Vonis terberat adalah masuk penjara. Ini tidak akan menimbulkan efek jera. Akibatnya kalau pun Kece divonis penjara, akan muncul penista agama yang lainnya. Mati satu tumbuh seribu.
Seorang komika pernah melakukan dark jokes tentang masak babi dicampur sari kurma akan menjadi makanan halal. Komika ini mendapatkan banyak hujatan dari Umat Islam. Namun sayang, secara hukum komika ini tak bisa diproses karena tidak menyebut secara spesifik nama agama Islam.
Akhirnya Komika ini ditangkap bukan karena demokrasi melindungi Islam dan mencoba menghukum komika tersebut agar jera dari tindakan menistakan agama, Orang itu ditangkap karena terlibat dalam konsumsi sabu. Ditangkap karena melakukan tindakan kriminal.
Ini hanya menunjukkan bahwa demokrasi sejak awal tidak menunjukkan pembelaannya terhadap Islam. Demokrasi berasas sekularisme. Sebuah pemikiran yang memisahkan agama dari kehidupan manusia. Orang-orang yang memang benci terhadap Islam terus saja berkarya menista Islam dengan harapan kaum Muslimin meninggalkan agamanya yang mulia ini.
Bahkan Islamophobia masih terus dilancarkan. Bahasa Arab yang merupakan bahasa kitab suci Al Qur’an dianggap sebagai ciri teroris. Seolah-olah pihak tertentu ingin menyatakan bahwa semua yang berhubungan bahasa Arab adalah cikal bakal teroris dan aksi terorisme.
Padahal aksi terorisme terbesar yang telah menewaskan jutaan orang malah dilakukan oleh negara-negara Barat yang bukan pengguna bahasa Arab. Pendudukan zionis Israel terhadap Palestina, Amerika terhadap Afganistan, Irak dan Suriah telah banyak memakan korban rakyat tak bersalah.
Selain bahasa Arab, pihak ini menyebutkan bahwa ciri-ciri teroris adalah tidak hafal nama partai politik dan nama-nama menteri. Sebaiknya yang disoroti adalah bagaimana menghilangkan aksi korupsi di Indonesia. Banyak koruptor yang tak bisa ditangkap. Dan kalau pun tertangkap mendapatkan diskon hukuman. Bahkan ada yang dipromosikan sebagai jubir lembaga antirasuah. Miris.
Berdasarkan fakta-fakta penistaan terhadap Islam yang semakin marak dan merajalela harusnya masyarakat mulai berfikir kritis. Kebebasan yang digaungkan demokrasi malah menjadi alat untuk menyerang Islam.
Demokrasi memang memberikan kebebasan bagi setiap orang termasuk kebebasan bagi mereka yang mau menista agama Islam. Sudah saatnya sistem ini diganti. Islam jadi solusi pengganti demokrasi.
Dalam rentang sejarah 14 abad lamanya, Islam mampu menguasai 2/3 dunia dan menyuburkan tasamuh atau toleransi antar umat beragama yang berbeda suku bangsa. Semuanya hidup rukun dan saling menghargai dalam sistem Islam jauh sebelum Negara Barat datang menyerang dengan ide-ide kufur menyesatkannya.
Bahkan Islam mampu melindungi kehormatan Nabi Muhammad SAW. Ketika Islam berjaya, Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menista kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Sultan Abdul Hamid II, segera memperingatkan Inggris untuk menghentikan pementasan drama yang menista kemuliaan Nabinya, dan jika tidak, Khilafah Utsmaniyah akan melumat Inggris. Inggris pun membatalkan drama tersebut. Semoga Sistem Islam segera kembali. []
Bumi Allah SWT, 9 September 2021
#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan
Posting Komentar untuk "Demokrasi Merancang Penistaan Terhadap Islam Secara Sistematis"