Kualitas Muslim di Negeri Mayoritas Islam




Oleh: Aisyah Indri (Sahabat Visi Muslim Media)


Negeri ini dikenal agamis, banyak dipuji akan warganya yang mampu hidup rukun berdampingan dan memiliki toleransi dengan agama lain. Seluruh dunia pun mengetahui kalau negeri kita ini paling besar jumlah muslimnya. Namun, jumlah besar penganut muslim secara kuantitas tak sebanding dengan kualitasnya.

Hal ini tak bisa kita tutup mata dan telinga, inilah realitas di Indonesia. Alangkah indahnya bila jumlah Muslim terbesar di dunia ini diikuti pula dengan kualitas muslim yang sama besarnya, yang kurang lebih menyamai seperti di era gemilangnya dunia Islam.Saat itu hingga 2/3 belahan dunia dalam genggaman Islam. Dan saat itu pula kegemilangan, kebangkitan teraih karena hanya mengikuti apa yang diwariskan oleh Rasululloh Saw dan para Shahabat yang mulia.

Tak hanya mengikuti aturan dalam ibadah ritual semata, tapi diikuti pula dalam skala bernegara dan menyelesaikan berbagai urusan dengan berhukum kepada apa yang Allah dan Rasul perintahkan.

Lalu hari ini, kemana kualitas muslim itu pergi? Mengapa hilang tak berbekas? Dengan ikhlasnya kaum muslim melepaskan kualitas diri muslim yang lama melekat karena tak ada penjaganya, tak ada nya para penguasa yang menjaga agama ini. Sehingga tak heran, terjun bebas meluncurlah kualitas muslim ke derajat rendah seperti hari ini. Disempurnakan pula dengan kondisi buruk juga ujian dari berbagai aspek kehidupan. 

Secara KTP agama Islam tertera, namun secara berbagai urusan tak mampu lagi berpegang pada aturan agamanya. Tak lagi menyandarkan diri pada agama Islam yang dianutnya. Sehingga kebodohan dalam beragama melekat, kemiskinan, keterpurukan dan beratnya beban hanya untuk mampu hidup layak. Bahkan, nalar akal sehat pun tak lagi berguna, apalagi keimanan kepada Sang Kholiq yang menjamin rezeki semua mahlukNya pun turut tak mampu dipegang hingga turut terlepaskan.

Pesugihan, perdukunan dan paket kesesatan yang menjanjikan jalan keluar dianggap cepat menjadi solusi. Seperti pertolongan yang mudah didapatkan dan dipastikan menghantarkan kepada yang diharapkan dan diimpikan menjadi pilihan. Tak peduli nyawa keluarga taruhannya, tak menjadi berat pula mengada-adakan syarat yang tak masuk akal. Semua bisa dilakukan demi terwujud apa yang menjadi harapan. Terselesaikannya problematika yang mengitari hidupnya berupa kemiskinan juga penderitaan hidup.

Kontrol masyarakat yang berdiri di atas ukhuwah Islamiyyah dimana mereka memiliki kepekaan yang baik sehingga manakala ada anggota masyarakatnya, ada anggota keluarga terdekatnya dalam kebingungan, keterpurukan dalam hidupnya yang akan mengambil tindakan dengan mencari jalan keluar dengan cara cara kemusyrikan akan segera bertindak cepat, memberi solusi, empati dan saling tolong menolong. Sedaya upaya yang bisa mereka lakukan dipikul, ditanggung, ditolong sehingga terselamatkanlah mereka yang lemah dan sedang bingung, sedang terpuruk dan sedang tak bisa mampu berpikir jernih. Karena beratnya beban hidup atau ujian yang sedang menimpa. Terselamatkan pula aqidahnya dari kerusakan dan ketersesatan.

Skala masyarakat yang memiliki kontrol yang baik terhadap sesama anggota masyarakatnya saja akan sedikit banyak mampu mengentaskan dari kemiskinan, memberikan solusi, apalagi skala besarnya yaitu bila penguasa negeri yang memiliki empati tinggi. Peka terhadap kondisi masyarakat, tulus ikhlas segera mengulurkan pertolongan, bantuan dan jalan keluar yang semata mata karena ketakwaannya yang tinggi kepada Alloh Ta'ala. Karena ketakwaan itu pula seorang penguasa negeri akan menjamin warganya malam hari tidur pulas tanpa lapar, dan siang hari bersemangat menyambut hari dengan berkreasi, berkarya dengan tenang tanpa kebingungan karena tak punya modal atau pekerjaan. Demikian pula turut tenangnya warga dalam menjalankan perintah Allah dengan khusyu beribadah dan menjauhi semua larangan Tuhannya.

Dengan kondisi kehidupan seperti itu, terwujud pulalah kualitas Muslim yang tinggi. Tentu saja kondisi kualitas tinggi yang hakiki tersebut hanya akan teraih hanya manakala negeri dinaungi oleh sistem aturan yang bersumber dari aqidah yang shohih, Islam. Tatkala muslim dipersatukan dalam satu naungan payung yaitu sebuah kehidupan bernegara yang berdiri tegak kokoh dengan hanya menerapkan aturan yang bersumber dari Al Kholiq. Bukan mencoba-coba menerapkan aturan yang bersumber dari akal manusia yang lemah. 

Mari kembali perjuangkan sistem aturan yang bersumber dari Al-Qur'an dan Assunah Nabi Saw, penerapan Islam secara paripurna dalam naungan khilafah Islamiyyah yang sesuai dengan manhaj Nabi Muhammad Saw.


Wallohu a'lam bisshowwab. 

Posting Komentar untuk "Kualitas Muslim di Negeri Mayoritas Islam"