Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tak Cukup Cyber Army Untuk Anies, Harusnya MUI Bentuk Cyber Army Untuk Islam



Oleh: Ainul Mizan (Peneliti LANSKAP)


Mencermati beragam tuduhan dan fitnah yang dialamatkan pada Anies, MUI DKI Jakarta membentuk Cyber Army untuk Anies. Tuduhan dan fitnah ini digencarkan oleh buzzer-buzzer kekuasaan. Mempertimbangkan hal tersebut, menjadi urgen bagi MUI untuk menjelaskan yang sebenarnya kepada warga.

Memang ada perbedaan yang mendasar antara kritik dan fitnah. Kritik itu memberikan koreksi dan masukan berbasiskan data. Tentu saja keberadaan kritik ini dalam rangka menjaga kelurusan dalam penyelenggaraan negara. Bahkan dalam Islam, melakukan kritik dan koreksi pada kekuasaan adalah kewajiban agung.

Berbeda halnya dengan fitnah. Fitnah itu tidak berbasis data. Fitnah itu merupakan kebohongan. Bahkan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Umat dan bangsa bisa terpecah belah lantaran fitnah.

Tuduhan yang dialamatkan ke Anies memang cukup banyak. Dari masalah suap reklamasi, korupsi rumah DP 0%, dapat hadiah rumah mewah, hingga formula E. Menurut Toni Rosyid, semua tuduhan itu hoaks.

Benar membela orang yang benar itu baik dilakukan. Cyber Army untuk Anies ini dampaknya tentu bersifat individual. Orang baik jangan sampai dicitrakan buruk. 

Pertanyaannya, apakah dengan mencukupkan pembentukan Cyber Army untuk Anies akan bisa memperbaiki kondisi negara, bangsa dan umat Islam Indonesia? Keberadaan Anies Baswedan ibaratnya adalah orang yang baik tapi berada di tempat yang salah. Sistem sekuler saat ini meniscayakan terjadinya ketidakadilan secara sistemik.

Artinya, establishnya sistem sekuler inilah yang menjadi masalah utamanya. Umat Islam sebagai mayoritas di negeri ini telah dikebiri hak-haknya. Bahkan ajaran dan ulamanya pun menjadi sasaran diskriminasi dan kriminalisasi. Sekulerisme tidak akan membiarkan Islam bangkit dan maju.

Penerbitan Perppu Ormas yang memakan korban ormas Islam. Tercatat HTI menjadi korban pertamanya. Hanya karena kritis terhadap kondisi negara yang karut marut dengan solusi Syariah dan Khilafah, organisasi HTI pun dikebiri.

Tidak cukup terhadap ormas Islam, ketidakadilan juga menimpa ulama dan aktivis Islam. Baru-baru ini 3 orang ulama ditangkap oleh Densus 88 dengan alibi terlibat terorisme. Salah satu dari ketiga ulama tersebut adalah Ustadz Ahmad an-Najah, anggota Komisi Fatwa MUI. Ironisnya, MUI berlepas tangan terhadap kasus yang menimpa Ust Ahmad An-Najah. MUI mestinya bersikap proporsional. Melakukan pendampingan pada kasus yang menjerat anggotanya. Jelas kasus ini dipakai sebagai upaya melakukan pembusukan terhadap nama baik MUI. Ust Ahmad an-Najah justru dilepas untuk menangani kasusnya sendiri. Hal demikian tentu hanya menjadi senjata makan tuan bagi MUI. Dengan berlepas tangannya MUI, seolah membenarkan bila anggotanya ada yang terindikasi dan terlibat tindak terorisme dan radikalisme. Terhadap anggotanya sendiri saja sedemikian, lantas akankah MUI tergerak untuk membela ulama lainnya yang menjadi korban ketidakadilan?! Padahal membela ulama akan berdampak luas terhadap Islam dan umat Islam.

Begitu pula saat ini serangan diarahkan kepada ajaran Islam. Program moderasi beragama dicanangkan. Moderasi beragama yang notabenenya program untuk mengubah ajaran Islam. Ajaran Islam Khilafah dan jihad menjadi sasaran tembaknya. Adalah kewajaran bila sekulerisme kuatir terhadap perkembangan kesadaran umat terhadap agamanya, apalagi terwujud kesadaran kolektif terhadap ajaran Khilafah. Bahkan di forum AICIS 2021, Menag mencanangkan rekontekstualisasi fiqih, khususnya tentang Khilafah dan Jihad. Menag juga menyatakan bahwa Khilafah itu adalah bencana bagi umat. 

Hal-hal demikian sangatlah layak untuk mendapatkan atensi dari MUI khususnya. MUI sebagai wadah para ulama sangat berkepentingan untuk membela Islam dan kaum muslimin.

MUI dan para ulama seharusnya mengambil peranan untuk memberikan edukasi kepada umat. Edukasi tentang kewajiban bagi umat Islam guna mengembalikan lagi penerapan Islam secara paripurna di dalam wadah al-Khilafah. MUI menjadi garda terdepan sebagai penjaga Islam yang terpercaya. MUI menjadi tameng Islam guna mengkaunter semua serangan pemikiran dan budaya terhadap ajaran Islam. 

Di sisi yang lain, MUI menjelaskan kepada umat akan bobrok dan salahnya sekulerisme. Termasuk juga, MUI menjelaskan kepada umat akan rusaknya sistem demokrasi. Dengan demikian umat bisa membuang kehidupan yang berbasis sekulerisme, berganti mengambil Islam untuk diterapkan secara paripurna dalam kehidupan yang nyata. Walhasil akan bisa diwujudkan sistem yang baik yakni sistem Islam, yang dijalankan oleh orang-orang yang baik dan benar. 


#26 Nopember 2021 

Posting Komentar untuk "Tak Cukup Cyber Army Untuk Anies, Harusnya MUI Bentuk Cyber Army Untuk Islam"

close