Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Spirit Doll Ekspansi Sekularisme Dan Gangguan Kejiwaan?




Oleh: Abu Mush'ab Al Fatih Bala (Penulis Nasional dan Pemerhati Politik Asal NTT)


Beberapa artis mengadopsi dan menyayangi spirit dolls (boneka arwah) melebihi anak manusia. Sebagai manusia tentu sangat tidak masuk akal sehat memelihara boneka layaknya anak kandung. Padahal spirit dolls sama seperti benda mati lainnya (kain, batu, kayu dll.)

Tidak ada efeknya sama sekali. Yang namanya boneka sebenarnya hanya permainan belaka. Boneka dalam sejarah kehidupan manusia mulai dari zaman Nabi Adam AS hingga kiamat tak akan pernah bisa dihidupkan. Boneka si benda mati tak bisa berjalan, makan, minum.

Tak bisa pula pergi menuntut ilmu kemudian bekerja, menikah dan memiliki keturunan. Bahkan sangat tidak masuk akal sebuah boneka mampu memberikan keberuntungan atau musibah kepada pemiliknya. Publik pun menduga sebagian orang yang berlebihan memelihara spirit dolls mengalami trauma atau tekanan psikologis berat.

Bisa disebabkan oleh gangguan karena belum menikah, memiliki keturunan meskipun ketenaran dan kekayaan telah didapatkan. Apakah itu bagian dari Hak Asasi Manusia? Masalahnya adalah hal yang tidak bermanfaat dan berlebihan seperti ini dijadikan tren baru.

Dan ini dicontohkan oleh public figure. Mereka seharusnya menjadi panutan dalam hal yang baik. Bukan menjadi contoh teladan dalam hal yang sebenarnya sangat tidak logis.

Inilah buah diterapkannya sekularisme. Sekularisme menyebabkan orang jadi sekuler jauh dari peran agama. Agama dianggap hanya bagian ritual saja.

Yang mana ibadah ritual ini menjadi pilihan bagi orang-orang tertentu. Boleh dikerjakan boleh tidak. Orang yang berfikiran sekuler akan meninggalkan peran agama dalam kehidupannya.

Agama tidak boleh mengatur tingkah laku manusia apakah itu ekonomi, politik, muamalah dan lainnya. Akibatnya perilaku tidak masuk akal dan berlawan dengan fitrah manusia sering terjadi dan dijadikan habits. Misalnya suka sesama jenis. 

Itu perilaku yang berlawanan dengan agama dan kemanusiaan. Bahkan lebih rendah dari hewan. Hewan saja masih kawin dengan lawan jenisnya. Penyuka sesama jenis dalam aturan sekularisme demokrasi kapitalisme malah difasilitasi dan dilindungi oleh undang-undang buatan manusia.

Hampir semua negara di Eropa misalnya telah melegalkan pernikahan sesama jenis. Akibatnya perilaku rusak ini menyebar di masyarakat dan manusia terancam regenerasinya. Selain itu, tingginya angka pergaulan bebas berimbas pada berkembangnya penyakit HIV Aids.

Ini tentu saja berbeda dengan Khilafah Islam yang pernah ada dan menguasai 2/3 dunia. Khilafah menyatukan agama dengan kehidupan manusia. Khilafah menerapkan Islam secara kaffah.

Masyarakat dibina dengan pemikiran bahwa setiap perbuatan manusia wajib terikat dengan hukum Syara (Hukum sang pencipta manusia dan alam semesta). Hasilnya masyarakat hidup harmonis jauh dari perbuatan asusila seperti suka sesama jenis, pergaulan bebas, zina dan lain-lain. 

Masyarakat mengalami kemajuan ilmu pengetahuan, mulianya akhlak dan harmonisnya keluarga. Perilaku menyimpang seperti menganggap boneka sebagai pembawa untung atau sial dicegah.

Karena semuanya melanggar Aqidah Islam. Masyarakat tenang dalam beribadah dan bekerja karena dilindungi dan difasilitasi oleh negara. Masyarakat dibina dengan ilmu Islam sehingga hidup dengan normal dan terus memajukan negara.

Dalam Islam, pernikahan dipermudah dan zina dihilangkan. Segala perkara takhayul dan khurafat diberantas oleh negara. Masyarakat nya hidup makmur dan tentram.

Oleh karena itu, sudah saatnya manusia kembali kepada fitrahnya. Sistem Islam harus ditegakkan kembali agar manusia selamat. Mari berjuang menegakkannya. []


Bumi Allah SWT, 5 Januari 2021.


#DenganPenaMembelaDunia

#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan 

Posting Komentar untuk "Spirit Doll Ekspansi Sekularisme Dan Gangguan Kejiwaan?"

close