Bulan Rajab, Potensi Memasifkan Gambaran Islam Kaffah
Oleh: Zulhilda Nurwulan (Relawan Opini Kendari)
Rajab merupakan salah satu bulan haram (mulia) yang memiliki keistimewaan dari dua belas bulan yang ada dalam kalender hijriah.
Imam Ja’far ash Shadiq meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Rajab adalah bulan pengampunan bagi umatku, maka perbanyaklah beristighfar di bulan ini, karena Ia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Bulan Rajab dijuluki dengan al-Ashab (pelimpahan) karena pada bulan ini rahmat Allah dilimpahkan kepada umat-Ku, karena itu perbanyaklah mengucapkan Astagfirullah wa as’aluhu al-taubah yang artinya “aku memohon ampun kepada Allah dan aku meminta kepada-Nya agar diterima taubatku”.
Sehubungan dengan hal ini maka sudah sepantasnya kaum muslim menjadikan bulan Rajab sebagai momentum memasifkan gambaran Islam secara Kaffah (menyeluruh) dalam setiap tatanan kehidupan.
Berbagai konflik sosial masyarakat yang kerap terjadi dalam dunia dewasa ini adalah dampak dari tidak diterapkannya sistem yang sistemik, sistem Islam. Berpalingnya manusia, terutama pemimpin dari menerapkan Islam dalam kehidupan merupakan langkah yang ceroboh dan mengundang mufradat.
Runtuhnya Islam sebabkan Kemungkaran dimana-mana
Pasca runtuhnya daulah Islam pada 03 Maret 1924 di Turki menyebabkan masyarakat Turki berubah menjadi masyarakat sekuler. Hal ini tidak hanya berdampak pada masyarakat Turki kala itu melainkan hingga hari ini terhadap seluruh masyarakat Islam di seluruh dunia.
Penerapan sistem sekuler di seluruh negeri-negeri muslim memberi dampak negatif yang signifikan terhadap masyarakat muslim yang hidup di dalamnya. Umat muslim selalu dibenturkan dengan rezim, atau penguasa negeri mereka sendiri. Bahkan, umat muslim yang hidup di negeri minoritas menjadi bulan-bulanan rezim untuk menghapuskan Islam dalam negara mereka. Wanita-wanita muslim dilecehkan, anak-anaknya disiksa, laki-laki muslim bahkan dibunuh.
Keruntuhan Khilafah benar-benar telah membuka pintu keburukan bagi umat Islam. Negeri-negeri Islam tercerai-berai dan harta kekayaan mereka dijarah. Kehidupan anak dan kaum perempuan jauh dari kemuliaan.
Peristiwa yang menimpa muslimah India beberapa waktu lalu merupakan salah satu dampak hilangnya junnah (pelindung) umat. Dilansir dari merdeka.com, Sebuah video yang diunggah di Twitter menampilkan seorang mahasiswa Muslim berjilbab dihina sekelompok orang dari sayap kanan Hindu di negara bagian Karnataka, India.
Peristiwa ini berlanjut pada larangan berjilbab di lembaga pendidikan. Pemerintah Karnakata, di mana 12 populasinya adalah Muslim, mengatakan dalam sebuah perintah pada 5 Februari bahwa semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan sekolah.
Bukan hanya itu, dilansir dari laman New York Times pada Selasa (4/1), seorang mahasiswa Muslim India di Amerika serikat, Hiba Beg, mengetahui dirinya telah dijual pada seorang penawar melalui media daring. Ini merupakan bentuk penindasan terhadap muslimah yang telah terjadi sejak sistem sekuler menguasai negeri-negeri muslim.
Disisi lain, berbagai bentuk penindasan pun kerap menyerang muslim di seluruh dunia baik di negeri minoritas bahkan mayoritas sekalipun. Misalnya bagi muslim Uighur di Cina, pemerintah komunis Cina selalu menindas muslim Uighur demi memastikan wilayah Xinjiang, tempat muslim Uighur tinggal menjadi bagian dari wilayah mereka. Dengan alasan mencegah separatisme, Cina menerapkan program asimilasi budaya seperti mendorong migrasi besar-besaran suku Han ke Xinjiang dan membatasi akses masyarakat muslim pada sektor-sektor strategis.
Beberapa fakta di atas telah membuktikan jika Islam memang selalu menjadi korban dalam setiap penindasan yang dilakukan oleh kaum kafir.
Dunia Butuh Khilafah
Berbagai penindasan yang dialami oleh umat Islam sudah tidak bisa lagi dibiarkan. Umat muslim perlu bersatu, menyebarkan Islam sebagai agama yang paripurna dengan segala aturannya yang mampu melindungi seluruh umat manusia baik muslim maupun yang lain.
Hilangnya junnah (pelindung) umat Islam telah membuat Islam tidak memiliki apa-apa. Organisasi-organisasi muslim dan pemimpin negeri muslim bahkan tidak mampu mengeluarkan umat Islam dari kesengsaraan. Sehingga, berharap kepada mereka hanyalah kesia-siaan. Oleh karena itu, Islam perlu dihadirkan kembali sebagai sebuah sistem tidak hanya sebagai agama spiritual melainkan juga agama politik. Sebab, hanya Islam yang mampu mengeluarkan umat Islam dari kesengsaraan baik fisik maupun rohani.
Kegemilangan Islam di masa lalu adalah bukti bahwa kekuatan Islam tidak bisa dipandang sebelah mata. Keberhasilan Islam yang pernah menguasai hingga ¾ belahan dunia dalam kurun waktu kurang lebih 14 abad menjadi ketakutan tersendiri bagi musuh. Hal inilah yang membuat kaum kafir hari ini sengaja mempropaganda kaum muslim dengan berbagai alasan agar umat muslim terlena dengan kesibukan pribadi saja dan lalai dari penderitaan yang menimpa saudara-saudara muslim mereka yang lain bahkan diri mereka sendiri. Tanpa sadar, pemikiran umat muslim telah dicekoki dengan ide kafir barat yang menjauhkan muslim dari agama mereka.
Hal ini membuat para kafir makin semena-mena terhadap muslim minoritas. Sehingga, muslim tidak pernah lepas dari penderitaan, kesengsaraan, dan kecaman dari kafir. Oleh karena itu, umat hanya membutuhkan khilafah, sebuah institusi negara yang akan menghapuskan berbagai bentuk penjajahan baik fisik maupun pemikiran. Sebuah institusi yang akan menghentikan perpecahan diantara muslim dan umat yang lain. Sebuah institusi yang mampu mengayomi, melindunginya, menjaga dan melayani umat di seluruh dunia. Aamiin.
Posting Komentar untuk "Bulan Rajab, Potensi Memasifkan Gambaran Islam Kaffah"