Menjadi Politisi Sejati





Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

Anda boleh saja, sesekali memberikan nasehat, motivasi, seruan kemaslahatan, pembahasan tsaqofah, mengingatkan tentang kesalehan individual, tetapi Anda tidak boleh melupakan tugas utama Anda sebagai seorang politisi, yakni memikirkan dan mengurusi urusan umat. Ingat, politik itu bukan gerakan sosial, gerakan pendidikan, atau gerakan perbaikan. Politik itu mengurusi urusan umat.

Memang, ada tugas berat bagi anda seorang politisi yang tak memegang tampuk kekuasaan. Anda, harus mengarahkan kekuasaan dan umat, agar merealisasikan agenda mengurusi urusan umat, dengan perspektif syariat, sementara Anda tak memiliki wewenang untuk memerintah dan melarang umat.

Senjata anda hanyalah pemikiran dan politik. Opini publik, adalah rekayasa untuk menggerakkan kekuasaan dan umat, agar menjalankan politik yang sejalan dengan syariat.

Berpolitik meniscayakan adanya benturan, baik secara politik maupun pemikiran, dengan pemikiran dan politisi sekuler, para mengusung nasionalisme, juga penyeru demokrasi. Tak mungkin berjalan beriringan antara al Haq dan al Batil.

Resiko politik itu juga niscaya. Yang penting adalah kemampuan menakar resiko, menghindari resiko, dan mengukur resiko yang sesuai dengan kemampuan. Sehingga, tidak ada ketegangan apalagi merasa kaget dengan resiko. Semua yang terukur akan teratur, betapapun benturannya terasa berat.

Gerakan politik itu terasa pada pemikirannya yang mempengaruhi umat dan kekuasaan, bukan banyaknya jumlah politisi. Karena itu, jangan tertipu dengan jumlah, yang tak memiliki daya merubah keadaan.

Bukankah dahulu Rasulullah Saw dan para sahabat juga bukanlah jumlah mayoritas kaumnya ? Bukankah, banyak kemenangan diberikan Allah SWT kepada golongan yang sedikit ? pertolongan diberikan bukan karena jumlah, bukan karena kekuatan, tetapi karena ketaatan.

Kausalitas itu penting, tapi bukan dasar keyakinan. Keyakinan harus dibangun diatas asas iman. Iman menyeru pada ketaatan, untuk memperoleh kemenangan. Sedangkan kausalitas adalah perintah atas amal yang wajib bersandar pada hukum Syara'.

Menyandarkan kemenangan, keselamatan, pada kausalitas merupakan bentuk pendangkalan akidah. Beramal tanpa bersandar pada kausalitas yang terikat dengan hukum Syara' adalah kemaksiatan.

Tidak boleh terjadi satu diantara keduanya : dangkal iman dan/atau maksiat dalam beramal. Yang wajib dilakukan adalah kuatnya keyakinan atas dasar iman dan menjalani amal yang sejalan dengan hukum Syara'.

Anda sama sekali tidak akan mendapati keraguan dalam menjalankan aktivitas politik, asal anda mendasarkan kemenangan dan keselamatan hanya kepada Allah SWT. Bukan kepada amalan Anda.

Anda juga akan mendapatkan pahala berlipat, saat amal Anda sejalan dengan syariat. Karena tujuan amal sejalan dengan syariat adalah pahala. Sementara keyakinan atas iman, adalah dasar pertolongan kemenangan.

Keberanian adalah syarat mendapatkan pertolongan dan kemenangan. Anda boleh saja memiliki segudang tsaqofah dan ilmu, namun jika anda pengecut, seluruh ilmu yang Anda usahakan dan telah anda miliki menjadi tidak bernilai.

Coba lihat, banyaknya buku-buku pemikiran di perpustakaan. Apakah bisa merubah keadaan ? tidak, itu semua hanyalah tumpukan ilmu yang tak berfaedah, jika tak diterapkan.

Seluruh tsaqofah dan ilmu yang Anda miliki juga tidak berfaedah, ketika Anda tidak memiliki keberanian untuk menyuarakan ilmu, menyampaikan tsaqofah, melawan kekufuran dan menyatakan perang terhadap kezaliman.

Anda tak ubahnya perpustakaan yang mati, jika tsaqofah dan ilmu yang Anda miliki, hanya digunakan untuk diri sendiri, atau sekedar bahan motivasi didalam ruang privat. Anda harus keluar dari belenggu private, dan mengeluarkan seluruh ajian dan ilmu yang Anda miliki, untuk berbenturan secara politik dan pemikiran, mengarungi samudera kehidupan, mengarungi bahtera, melawan ombak dan badai kehidupan.

Sesekali, mungkin saja anda jatuh tercebur, atau tersapu ombak. Tapi Anda akan berenang kembali, meraih kapal dan kembali mengarungi samudera politik, untuk tujuan riayah suunil ummat.

Kegentingan itu harus menjadi sahabat bagi seorang politisi sejati, sebagaimana daulah al Khilafah telah menetapkan hubungan dengan seluruh Dar yang ada di dunia dengan asas al harb (perang). Kegentingan itu akan menjadikan anda tetap siaga dalam dua keadaan : Siaga untuk siap menyerang, siaga untuk siap diserang. Siap untuk jihad kapanpun dibutuhkan, baik dalam keadaan ofensif maupun defensif.

Begitu juga dengan politik, anda harus terbiasa dengan ketegangan, kesiapsiagaan, bukan dalam keadaan bersantai ria. Benturan dan pertentangan dalam politik adalah niscaya, Anda harus membiasakan, bukan menghindari dan mencari zona nyaman.

Kepemimpinan umat ini harus diraih melalui dua cara :

Pertama, kepemimpinan berfikir Islam, dimana anda memimpin umat dengan pemikiran Islam yang Anda sampaikan.

Kedua, kepemimpinan sosok, dimana Anda dapat diindera oleh umat dan mendapatkan predikat layak memimpin, dengan karakter pemberani, memiliki ilmu dan tsaqofah, yang siap menjadi junnah bagi umat. Karena karakter pemimpin itu selain menjadi pelayan, juga harus dapat menjadi junnah (perisai), dimana umat merasa nyaman dan aman berada pada kepemimpinan yang anda kendalikan.

Ayolah, ini fase tafaul ummah tam. Fase berinteraksi dengan umat yang sempurna. Tunjukkan, anda memiliki pemikiran dan keberanian, yang layak dijadikan pemimpin oleh Umat. []. 

Posting Komentar untuk "Menjadi Politisi Sejati"