Saatnya Mahasiswa Bergerak untuk Perubahan Hakiki




Oleh : Habiba Mufida (Paraktisi Kesehatan dan Pemerhati Kebijakan Publik)

Dikabarkan, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) akan menggelar demonstrasi serentak pada 11 April 2022.  Mereka hendak menuntut pernyataan tegas dari Presiden Jokowi terkait penolakan perpanjangan masa jabatan menjadi 3 periode. 

Sebagai langkah awal, mereka telah melakukan aksi besar-besaran juga pada Jumat, 1 April 2022 di ring I Istana Negara. Mahasiswa memberi batas waktu kepada Presiden Jokowi untuk tampil memberikan pernyataan tegas menolak 3 periode atau perpanjang masa jabatan. 

Selain mununtut agar presiden memberikan pernyataan bahwa menolak perpanjangan masa jabatan, mahasiswa juga menuntut beberapa hal yang saat ini menjadi problem bangsa. Tuntutan tersebut antara lain sebagai berikut: Menunda pembangunan Ibu Kota Negara (IKN), menstabilkan harga bahan pokok, usut mafia minyak goreng, menuntut penyelesaian konflik agraria, dan menuntut Jokowi menyelesaikan janji kampanye. (www.suara.com)

Harapan Besar terhadap Pergerakan Mahasiswa

Lebih dari itu, kita patut memberikan apresiai terhadap mahasiswa yang bergerak turun menuntut adanya perubahan. Ada harapan untuk bisa memperbaiki kondisi. Demonstrasi mahasiswa ini mengingatkan kita pada aksi mahasiswa tahun 1998. Saat itu, mereka menuntut reformasi hingga akhirnya Soeharto lengser. Ribuan mahasiswa dari berbagai kota membuat Jakarta memanas, hingga gedung MPR-DPR dikuasai oleh mahasiswa. Bertolak dari pergerakan ini lahirlah reformasi, era baru bagi Indonesia.

Mahasiswa sacara khusus dan pemuda secara umum memang memegang peran besar terhadap perubahan di dalam masyarakat bahkan bangsa. Hal ini merupakan seuatu yang harus terus dijaga, sebagai bentuk amar ma’ruf nahi mungkar. Di pundaknya pula masa depan bangsa ini ditambatkan. Mereka adalah generasi yang kelas menjadi pemimpin bangsa. Maka, gerak dan suara meraka sengatlah diharapkan bergerak untuk perubahan hakiki. Hingga bisa menghantarkan perubahan bagi bangsa Indonesia. Menjadi negeri yang sejahtera dan penuh keberkahan. Maka, seharusnya ke mana lah suara mahasiswa bermuara? 

Berkaca pada Aksi Mahasiswa Era Reformasi

Setelah bertahun-tahun era reformasi ternyata kondisi Indonesia tak jauh berbeda. Memang ada sedikit perubahan keterbukaan informasi berupa kebebasan pers di Era Presiden SBY. Namun, nampaknya kebebasan pers semakin ke sini semakin bebas jika mereka adalah kroni dari penguasa. Berbeda kondisi bagi mereka yang memberikan saran dan kritik, justru ditangkap tanpa ampun dan pertimbangan. Lebih dari itu, nyatanya Indonesia justru memasuki era neoliberal. Kapitalisasi dan liberalisasi di berbagai bidang justru menjadikan Indonesia mengalami kerusakan di berbagai lini kehidupan. 

Di bidang sosial, masyarakat Indonesia telah mengalami degradasi moral yang luar biasa. Contoh kecil saja seks bebas dan perilaku LGBT kini semakin meluas dan membuat rusak tatanan masyarakat. Liberalisasi kekayaan alam Indonesia pun semakin parah. Kekayaan alam Indonesia semakin banyak yang diberikan asing atas nama investasi. Produksi pertanian tenggelam karena kran impor dibuka lebar. Hutan begitu mudah dijarah dan dibakar, sedang gurita korupsi kian mencengkeram. Bahkan, kini rakyat dipaksa mengalah terhadap mafia minyak goreng. Ironi! 

Sedang arah pendidikan juga tak jauh beda. Pendidikan yang tidak merata, ditambah tujuan pendidikan yang mandul dalam mencetak generasi unggul. Terlebih di era pandemi ini, semakian banyak siswa yang tidak bisa mendapatkan pendidikan secara layak bahkan terpaksa putus sekolah. Apalagi kesehatan, pandemi telah menelan ratusan ribu nyawa rakyat Indonesia karena adanya ambivalensi kebijakan. Selain juga, mereka semakin menderita di bawah pengasuhan BPJS yang rumit dan kejam. 

Indonesia Butuh Perubahan Hakiki

Patutlah mahasiswa merenungi. Perubahan pasca reformasi yang hanya sekedar perubahan rezim tak berbuah kepada perubahan yang hakiki. Tersebab, permasalahan Indonesia bersifat sistemik maka diperlukan perubahan sistem. Meskipun dikatakan Indonesia berdasar Pancasila, nyatanya Indonesia adalah negara kapitalis-liberal. 

Mahasiswa, janganlah menggantungkan arah pergerakan pada belas kasihan rezim. Karena jika demikian, demonstrasi mahasiswa akan dibeli dengan undangan santap siang di istana. Oleh karena itu, mahasiswa tak boleh tergoda bujuk rayu kepentingan pragmatis. Sudah sekian lama rezim berkuasa di Indonesia, semua gagal mensejahterakan rakyat. Selama rezim masih menjalankan ideologi kapitalisme-liberal, Indonesia akan terus terjajah, tak akan pernah berbuah kesejahteraan.

Mahasiswa harus fokus pada perubahan sistemis yang sangat dibutuhkan oleh negara ini. Agar terwujud perubahan hakiki, mahasiswa harus memiliki asas perubahan yang benar. Perubahan masyarakat tak boleh sekadar berubah dari satu rezim ke rezim lain, sementara sistemnya tetap kapitalisme-liberal. Mahasiswa harus berani mengambil keputusan sesuai dengan akidah yang benar bukan dari akidah sekuler. Karena ketika menjauhkan agama dari kehidupan (sekuler) nyata telah menimbulkan kerusakan manusia. Karena manusia yang serba terbatas ini harusnya mengembalikan segala pengaturan kehidupan dari Tuhan Semesta Alam saja.

Ideologi sosialis-komunisme dan kapitalis-liberalisme nyata tidak mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Sosialis-komunisme telah menghancurkan Indonesia lewat kudeta berdarah tahun 1948 dan 1965. Sedang kapitalisme-liberal telah gagal mensejahterakan rakyat dan bahkan menjerumuskan dalam penjajahan ekonomi. Satu-satunya solusi adalah menjadikan Islam sebagai ideologi dengan menerapkan aturan Islam secara menyeluruh. Islam hadir bukan untuk unat Islam semata, namun untuk semua umat di dunia. Maka, suah saatnya mahasiswa mengambil Islam sebagai nafas perjuangan untuk perubahan hakiki. Wallahu a'lam bi showab. 

Posting Komentar untuk "Saatnya Mahasiswa Bergerak untuk Perubahan Hakiki"